Mengulik Legenda dan Mitos Gunung Slamet

SARAH DWI TANIA
Mahasiswa Desain Komunikasi Visual ITTP
Konten dari Pengguna
31 Mei 2022 16:47 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari SARAH DWI TANIA tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Gunung Slamet (sumber: foto dari smartphone pribadi)
zoom-in-whitePerbesar
Gunung Slamet (sumber: foto dari smartphone pribadi)
ADVERTISEMENT
Siapa yang tidak mengetahui Gunung Slamet, gunung yang berdiri dengan gagah sebagai penengah dari lima kabupaten di Jawa Tengah yakni Kabupaten Banyumas, Kabupaten Brebes, Kabupaten Purbalingga, Kabupaten Pemalang, dan Kabupaten Cilacap. Jika diukur jarak dari Kota Purwokerto akan menghasilkan angka 20 km. Bersaing dengan Gunung Semeru yang mempunyai tinggi 3.676 mdpl, Gunung Slamet memiliki tinggi 3.432 mdpl yang mana dengan memiliki ketinggian ini Gunung Slamet menempati posisi ke-2 sebagai gunung tertinggi di Pulau Jawa.
ADVERTISEMENT
Gunung Slamet masuk ke dalam gunung api komposit dengan bahasa kerennya gunung api strato atau Stratovolcano. Ditandai dengan bentuk Gunung Slamet yang menyerupai kerucut dan memiliki medan yang curam serta terdapat kawah. Selain ciri yang disebutkan di atas gunung api aktif yang masuk jenis Stratovolcano dikabarkan memiliki daya ledak yang luar biasa hebat, dapat diambil contoh dari peristiwa yang telah lalu yakni letusan Gunung Semeru, Gunung Merapi, Gunung Sinabung dan masih banyak lagi. Tak heran jika terdapat berbagai mitos yang menyangkut pautkan dengan Gunung Slamet jika mengamuk dan memuntahkan muatannya suatu saat nanti.
Gunung Slamet terkenal tak hanya dari pesona alamnya tapi juga kisah-kisah yang beredar di kalangan masyarakat yang mengundang niatan untuk mengusutya. Salah satunya adalah cerita muasal nama gunung ini yakni ‘Slamet’. Bayak orang bilang bahwa nama adalah doa, maka dari itu nama ‘slamet’ mengandung doa bahwasanya gunung ini tetap membawa keselamatan, ketentraman, dan berkah. Merupakan sebuah keajaiban, tercatat Gunung Slamet belum pernah meletus besar hingga kini meskipun kondisinya tidak pernah diam dalam artian tetap menunjukan aktivitas gunung aktif pada umumnya.
ADVERTISEMENT
Adapun cerita yang beredar di masyarakat khususnya masyarakat Banyumas, Purbalingga, dan sekitarnya mengenai asal-usul gunung ini. Ada beberapa versi mengenai legenda yang berkaitan dengan Gunung Slamet yang pertama yakni berasal dari dunia pewayangan. Diceritakan bahwa gunung slamet merupakan gunung yang sangat tinggi, menurut cerita yang satu ini tingginya Gunung Slamet dapat menggapai bintang, sehingga siapa saja yang mendaki gunung ini dan sampai hingga puncaknya bisa mengambil bintang itu dan membawanya turun ke bumi. Suatu waktu para monyet terpukau dengan bintang-bintang yang ada dilangit dan mereka pun mengambil bintang itu dengan mendaki hingga ke puncak gunung. Setelah bintang itu diambil, langit malam semakin suram dan redup yang membuat manusia sedih karena tanpa bintang, malam terlihat menakutkan dan gelap.
ADVERTISEMENT
Selain manusia yang merasa dirugikan dewa di khayangan pun marah atas apa yang telah dilakukan oleh para monyet. Kemudian Batara Guru meminta Ki Semar untuk menghukum para monyet. Hal tersebut disanggupi oleh Ki Semar, untuk menjalankan rencananya dalam upaya menghukum para monyet Ki Semar meminta bantuan dari anak-anaknya. Gareng ditugaskan untuk menggiring monyet agar turun dari gunung, setelah semua monyet turun Ki Semar memotong puncak gunung dan dilemparkan, yang menurut cerita lemparan dari potongan Gunung Slamet ini menjadi Gunung Ceremai yang ada di Cirebon.
Kemudian ada juga cerita yang cukup terkenal dan mungkin cerita satu ini sudah sangat melekat di telinga orang-orang mengenai Gunung Slamet yakni sebuah kisah yang menceritakan bahwa ada seorang penyebar agama Islam dari negeri Rum-Turki yang bernama Syeh Maulana Maghribi. Pada suatu waktu setelah Syeh Maulana Maghribi selesai melaksanakan salat subuh beliau melihat cahaya misterius, kemudian muncul rasa ingin tahu pada diri beliau untuk mengetahui dari mana sumber cahaya itu. Maka mulailah perjalanan Syeh Maulana Maghribi dalam usahanya mengetahui sumber cahaya. Dengan ditemani pengikutnya yang setia bernama Haji Datuk.
ADVERTISEMENT
Perjalanan mereka dimulai dari Pantai Gresik, Jawa Timur hingga ke Pantai Pemalang, Jawa Tengah. Singkat cerita setelah sampai ke Banjar, Syeh Maulana Maghribi menderita sakit gatal. Namun, penyakit gatalnya dapat disembuhkan setelah mandi di sumber air panas yang memiliki tujuh pancuran yang ada di Gunung Gora. Kemudian sumber air panas yang memiliki tujuh pancuran tersebut diberi nama Pancuran Pitu. Karena Syeh Maulana Maghribi mendapat kesembuhan dan keselamatan dari penyakit gatalnya di tempat yang ada di Gunung Gora maka digantilah nama gunung tersebut menjadi Gunung Slamet.
Setelah mengetahui cerita asal-usul Gunung Slamet, alangkah baiknya kita juga membahas tentang mitosnya. Ada banyak mitos yang berkembang di masyarakat dan para pecinta gunung atau para pedaki. Namun, saya akan membahas mitos yang paling membuat heboh dan gempar bukan hanya penduduk yang ada di sekitar Gunung Slamet saja tapi seluruh penghuni Pulau Jawa. “Nugel tanah Jawa kaping pindo” begitulah yang tertulis dalam sebuah ramalan yang jika dialih bahasakan ke bahasa Indonesia menjadi “Mematahkan atau membelah tanah Jawa kedua kali”. Ramalan tersebut disusun oleh Raja Kediri yang termasyhur yakni Prabu Jayabaya.
ADVERTISEMENT
Sebagian besar masyarakat Indonesia pasti sudah tidak asing lagi dengan Prabu Jayabaya, raja yang terkenal akan ramalannya. Kembali ke pembahasan mengenai mitos tentang Pulau Jawa yang akan terbelah menjadi dua, hal ini bukanlah hal yang mustahil karena menurut sejarah, dulu Pulau Jawa dan Sumatera tergabung menjadi satu daratan kemudian terpisah dan banyak orang yang percaya terpisahnya kedua pulau ini disebabkan oleh letusan Gunung Krakatau Purba. Hal ini pun mengundang pertanyaan yang menyangkut pautkan dengan ramalan Prabu Jayabaya di atas benarkah pulau jawa akan terbelah untuk kedua kalinya.
Diketahui posisi Gunung Slamet terdapat di tengah-tengah Pulau Jawa, banyak yang beranggapan jika Gunung Slamet meletus besar maka akan membentuk sebuah parit besar yang akan mempertemukan laut utara dan laut selatan. Lagi-lagi hal ini bukanlah hal yang mustahil karena terdapat suatu teori yang menurut saya cukup masuk akal. Ada sebuah patahan purba yang bernama Patahan Besar Kebumen-Muria-Meratus, patahan ini memiliki panjang kurang lebih seribu kilometer. Bermula dari Karangbolong ke arah timur laut melewati Semenanjung Muria dan laut Jawa hingga berujung di pegunungan Meratus Kalimantan Selatan. Nah, patahan ini menurut mitos merupakan penyebab dari terbelahnya Pulau Jawa. Walau merupakan patahan mati tetapi masih terdapat support muda yang masih aktif. Yang mana akan kembali aktif jika terdapat suatu sumbu yang memicu patahan ini, dan banyak yang meyakini bahwa Gunung Slamet inilah sumbu yang dapat menyebabkan terbelahnya Pulau Jawa.
ADVERTISEMENT
Legenda merupakan cerita yang berkaitan dengan peristiwa sejarah. Meskipun kadang tidak logis dan terasa tidak rasional di hati pembaca tetapi itu merupakan kekayaan dan budaya dari negeri ini yang harus kita hormati dan lestarikan. Begitu juga mitos, walau ceritanya terkadang di luar jangkauan norma namun mitos ini dapat tersebar pasti karena ada yang berpikiran dan mengira-ira apa yang akan terjadi. Sebagai contoh adalah hal yang sudah dibahas sebelumnya yakni mitos mengenai terbelahnya pulau jawa. Meskipun cerita itu di luar norma tetapi ada juga bukti ilmiahnya. Sekali lagi, kita harus menghormati apa yang sudah nenek moyang kita tuturkan dan wariskan karena pasti ada tujuan baik dari apa yang mereka wariskan pada kita.
ADVERTISEMENT
Sarah Dwi Tania, Mahasiswa Desain Komunikasi Visual ITTP