Kisah Meliput Motor Lawan Arus dan Naik Mobil Polisi

Konten dari Pengguna
6 November 2017 15:26 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Sarah Yulianti Purnama tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Liputan hari ini, Senin (6/11) aku mendapat tugas untuk meliput motor lawan arus. Kabar itu aku dapat ketika malam hari dan baru melihat kabar itu pada pukul 23.40 WIB. Masih belum terpikirkan angle apa yang akan diambil. Sudah larut malam, ku pikir akan melanjutkannya esok pagi saja.
ADVERTISEMENT
Matahari pagi pun sudah terbit, masih juga belum menentukan kemana tempat yang akan dituju pada liputan hari ini. Akhirnya aku memutuskan untuk pergi ke Polres Jakarta Pusat terlebih dahulu karena dekat dengan daerah tempat tinggal ku.
Untuk bepergian kemana-mana, aku biasa menggunakan angkutan berbasis online. Selama diperjalanan, aku iseng untuk menanyakan apakah ia pernah melawan arus atau tidak. Dani (32) seorang pengendara ojek online mengaku bahwa ia pernah melawan arus.
“Saya pernah lawan arus gara-gara muternya kejauhan, kadang suka ada penumpang juga yang minta” ucap Dani.
Setelah melakukan perbincangan singkat diatas motor, akhirnya tiba lah di Polres Jakarta Pusat. ketika sampai disana, saya bertanya kepada polisi yang sedang berjaga diluar Polres.
ADVERTISEMENT
“Pak kalau mau tau tentang pelanggar motor yang lawan arus kemana ya?” tanyaku.
“Ke bagian Lantas, masuk aja ke dalam naik ke lantai dua” jawab Pak Polisi itu.
Aku pun masuk ke dalam Polres dan mencari tempat sesuai dengan yang diarahkan. Saat tiba di lantai dua, ternyata mereka belum sampai di kantor. Didalam hati, sempat kecewa sih karena belum ada informasi yang di dapat dan belum tau selanjutnya harus kemana.
Tiba-tiba seorang polisi yang juga berada di lantai dua memanggilku, mungkin karena ia melihatku kebingungan.
Lalu aku tanyakan kembali pertanyaan yang sama seperti pada pak polisi di awal.
“ke Pospol yang ada di Jalan Banteng aja, mereka lagi apel pagi disana, nanti ikut mereka untuk operasi zebra”
ADVERTISEMENT
Tanpa menunggu lama, aku langsung bergegas ke Pospol yang berada di Jalan Banteng itu.
Sangat disayangkan, tim yang akan melakukan operasi zebra sudah berangkat ke tempat mereka bertugas.
Namun, disana aku bertemu dengan Iptu Sri Ngamini. Dengan ramah, wanita berkerudung hitam lengkap dengan seragam polisinya dengan ramah menyambutku.
Aku memperkenalkan diri terlebih dahulu “Saya Sarah dari Kumparan media online.” Lalu aku memberitahu maksud dan tujuan kedatangan ku kesana.
Ia memberitahu lokasi yang sedang melakukan operasi zebra, bahkan ia menelpon timnya untuk memberi tahu kalau akan ada media yang kesana dan mengarahkan saya untuk ke Jalan Alaydrus.
Jujur, aku memang tidak tahu dimana alamat itu. Kebetulan ada rekan sesama polisi yang datang dan ia meminta kepada rekannya untuk mengantarkan ku kesana, rekannya pun setuju. Betapa baik hatinya mereka, senang sekali rasanya bisa bertemu dengan mereka pagi ini.
Diantar oleh seorang polisi dengan menaiki mobil polisi, ini adalah pengalaman baru bagi ku. Kapan lagi bisa seperti ini? Pasti jarang orang yang bisa memiliki kesempatan ini.
ADVERTISEMENT
Keasyikan mengobrol, membuatku lupa untuk berkenalan. Ia bernama Aiptu Sahrul Ependi, berasal dari Palembang. Sudah dari tahun 1994 ia menjadi Polisi, tapi ia masih terlihat sebagai seorang Polisi yang gagah dan berwibawa.
Selama perjalanan, kami banyak berbagi cerita. Untuk membuka obrolan, kami membahas tentang pelanggaran lawan arus yang terjadi.
“keselamatan itu nomer dua, nomer satunya menantang bahaya.” ujar Aiptu Sahrul
Begitulah yang ada dipikiran Aiptu Sahrul ketika ada orang yang melawan arus, padahal bukan polisi atau pemerintah yang akan merasa rugi. Diri sendiri lah yang akan menanggung akibatnya.
Bahkan ada pelanggar yang sama dalam satu hari melakukan tiga kali pelanggaaran. Setelah SIM, STNK, motor juga ikut disita dalam hari yang sama. Ironi memang mendengarnya.
ADVERTISEMENT
Kebanyakan yang melakukan pelanggaran adalah kalangan yang berasal dari usia produktif.
Selain menanyakan tentang lawan arus, hukum, dan pelanggaran yang terjadi, kami saling bercerita tentang profesi.
Menurutnya, kesabaran adalah hal yang paling penting dalam menjalankan pekerjaan. “menjadi wartawan dan polisi sama-sama membutuhkan kesabaran. Setiap hari kita menghadapi orang yang berbeda-beda.” Ucap Aiptu Sahrul.
“Untuk wartawan, mungkin ada narasumber yang tidak mau jawab ketika di wawancara. Untuk polisi, ada saja orang yang marah-marah ketika di razia” tambahnya.
Ucapannya memang benar, hal itu memang aku rasakan walaupun baru beberapa hari liputan.
Setelah sampai ke Jalan Alaydrus, ternyata operasi zebra sudah berpindah tempat. Sayang sekali saya tidak bisa melihat langsung polisi menilang pengendara yang sedang melawan arus.
ADVERTISEMENT
Lalu Ia menyarankan ku untuk kembali ke Polres Jakarta Pusat untuk meminta data jumlah pelanggar yang melawan arus dan bertemu dengan Aiptu Bayu Novianto.
Sungguh perjalanan singkat yang luar biasa. Masih ingin rasanya mengobrol panjang lebar, tapi sudah saatnya tiba ditempat tujuan. Mungkin, lain kali kita bisa untuk mengobrol lagi ya pak?
Kembali lagi ketempat awal kunjunganku, langsung saja menuju lantai 2 untuk menemui Aiptu Bayu Novianto. tanpa basa basi, setelah mengenalkan diri aku langsung meminta data jumlah pelanggar yang melawan arus.
Aiptu Bayu Novianto yang memakai kemeja dan duduk di depan komputer sedang berusaha mencari data-data yang aku minta dan hasilnya pun muncul.
Jumlah total pengendara yang melawan arus di Jakarta Pusat sejak Januari sampai Oktober 2017 mencapai 16.594 orang. Tanggal 1 hingga 5 November 2017 pelanggar yang tercatat ada 803 orang. Sehigga, total keseluruhan ada 17.397 orang yang melanggar. Pelanggaran paling banyak terjadi pada jam berangkat dan pulang kerja.
ADVERTISEMENT
Bertambah lagi pengalaman ku hari ini. Senang sekali bisa berbincang dengan orang yang memiliki tugas mulia untuk melindungi bangsanya. Terima kasih sudah berusaha untuk menebar kebaikan disetiap kesempatan yang ada.