Lapar (8)
27 Maret 2022 23:58 WIB
·
waktu baca 11 menitIa lapar. Laika pikir, saat ini ia bisa saja melahap satu gurita raksasa tanpa dikunyah. Terakhir kali ia menyesaki lambungnya dengan makanan sekitar 2 jam lalu. Namun, kini ia benar-benar lapar. Saat tangan kanannya menggenggam skalpel dan tangan kirinya menggenggam pinset dan kedua matanya memindai isi perut yang tampak seperti kalio usus terendam lado merah, benaknya bertanya:
Bagi sebagian orang, lapar adalah hasrat manusia paling primitif. Tak heran Maslow meletakkannya di piramida paling dasar. Namun bagi Laika, lapar adalah lubang hitam tak berdasar yang harus ia tutup dengan segala sesuatu yang bisa ia raih dengan tangan. Dan itu berarti makanan. Tiap setengah jam ia jejali mulutnya dengan kudapan. Beruntung mitokondrianya—mesin dalam sel yang menghasilkan energi—bekerja dengan sangat efisien sehingga semua makanan diubah menjadi energi tanpa menyisakan lemak sebagai simpanan.
Lanjut membaca konten eksklusif ini dengan berlangganan
Keuntungan berlangganan kumparanPLUS
Ribuan konten eksklusif dari kreator terbaik
Bebas iklan mengganggu
Berlangganan ke newsletters kumparanPLUS
Gratis akses ke event spesial kumparan
Bebas akses di web dan aplikasi
Kendala berlangganan hubungi [email protected] atau whatsapp +6281295655814