NASA Garap Navigasi Otonom untuk Pesawat Luar Angkasa

13 Januari 2018 12:32 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Voyager 1 (Foto: NASA, ESA, dan G. Bacon)
zoom-in-whitePerbesar
Voyager 1 (Foto: NASA, ESA, dan G. Bacon)
ADVERTISEMENT
Persiapan NASA untuk mengirimkan manusia dalam program eksplorasi luar angkasa semakin mantap. Badan Antariksa Amerika Serikat itu berhasil melakukan terobosan pada bidang navigasi luar angkasa yang dapat membantu umat manusia menjelajahi antariksa lebih jauh lagi.
ADVERTISEMENT
Dilansir Science Alert, NASA telah berhasil mengembangkan sistem navigasi baru, yaitu Station Explorer for X-ray Timing and Navigation Technology (Sextant) yang mampu mengarahkan pesawat luar angkasa secara otonom.
Sextant menggunakan pulsar, bintang neutron yang berotasi dengan cepat, sebagai patokan kerjanya yang sama seperti GPS di Bumi menggunakan satelit.
Satelit di luar angkasa (Foto: Wikimedia Commons)
zoom-in-whitePerbesar
Satelit di luar angkasa (Foto: Wikimedia Commons)
Bedanya, GPS bekerja dengan tiga satelit berbeda untuk menemukan suatu lokasi. Sementara Sextant akan menggunakan empat bintang pulsar sebagai patokannya dalam menemukan suatu posisi.
"Demonstrasi ini adalah suatu terobosan bagi eksplorasi luar angkasa yang lebih jauh di masa depan," kata Jason Mitchell, manajer proyek Sextant.
Ia juga menjelaskan bahwa Sextant adalah yang pertama untuk memperlihatkan kemampuan navigasi secara otonom di luar angkasa.
ADVERTISEMENT
Mengapa Menggunakan Pulsar?
Karena rotasinya yang sangat cepat, pulsar memancarkan radiasi elektromagnetik yang jika diobservasi dari posisi yang tepat, terlihat seperti mercusuar di luar angkasa.
Selain itu, mereka juga berada pada posisi yang tetap di luar angkasa sana. Itulah yang menjadikan pulsar sebagai patokan terbaik untuk Sextant di luar angkasa.
Cara Kerja Sextant
Karena pancaran radiasi elektromagnetik pulsar terlihat sangat jelas di spektrum X-ray, maka para peneliti NASA menggunakan pendeteksi X-ray di Sextant.
Untuk mendeteksi X-Ray tersebut, NASA menggunakan sebuah observatorium di Stasiun Luar Angkasa International (ISS) Observatorium yang dinamakan Neutron-star Interior Composition Explorer (NICER) menyimpan 52 teleskop X-Ray dan juga pendeteksi silikon untuk mempelajari bintang neutron, salah satunya adalah pulsar.
ADVERTISEMENT
Para peneliti kemudian mengarahkan NICER pada empat pulsar berbeda, J0218+4232, B1821-24, J0030+0451, dan J0437-4715.
bintang neutron (Foto: Kevin Gill/Flickr)
zoom-in-whitePerbesar
bintang neutron (Foto: Kevin Gill/Flickr)
Dalam dua hari, NICER berhasil mendapatkan 78 hitungan dari empat pulsar tersebut. Hasil data yang didapat NICER kemudian diolah oleh Sextant untuk mengkalkulasikan posisi NICER dan ISS di orbit Bumi.
Dalam waktu delapan jam, Sextant berhasil menemukan posisi NICER dengan akuransi yang cukup lumayan.
"Kami memiliki indikasi bahwa sistem kami dapat bekerja, tetapi eksperimen pada akhir pekan akhirnya mendemonstrasikan kemampuan sistem untuk bekerja secara otonom," kata Luke Winternitz, arsitek sistem Sextant, dilansir Science Alert.
Logo NASA. (Foto: NASA)
zoom-in-whitePerbesar
Logo NASA. (Foto: NASA)
Walau begitu, masih diperlukan beberapa tahun lagi untuk mengembangkan teknologi ini agar dapat dipakai untuk pesawat luar angkasa.
Sekarang tim tersebut akan melakukan peningkatan atas software Sextant sebagai persiapan eksperimen lanjutan di pertengahan 2018 nanti. Tim peneliti NASA juga berharap untuk mengurangi ukuran, berat, dan kebutuhan listrik dari hardware Sextant.
ADVERTISEMENT
"Kesuksesan demonstrasi ini secara tegas menetapkan kemampuan navigasi X-ray pulsar sebagai navigasi otonom baru," ujar Mitchell. "Kami telah menunjukan bahwa versi masa depan dari teknologi ini dapat membantu meningkatkan eksplorasi luar angkasa di bagian mana saja dari tata surya kita."