Obesitas Dari Manisnya Impor Gula Indonesia

Hasran Nawira
Nama:Hasran Nawira Alamat:Jl.A.Yani lorong tunggala 2 Kendari Pekerjaan:Pelajar/Mahasiswa Politeknik STIS
Konten dari Pengguna
24 September 2021 18:11 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Hasran Nawira tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
sumber : https://pixabay.com/photos/sugar-cup-pile-of-sugar-cute-sweet-1514247
zoom-in-whitePerbesar
sumber : https://pixabay.com/photos/sugar-cup-pile-of-sugar-cute-sweet-1514247
ADVERTISEMENT
Tambahan gula berlebih akan tingkatkan risiko obesitas dan menghambat produktifitas seseorang,hal yang sama menggambarkan kondisi Indonesia saat ini yang ‘obesitas’ karena terus menerus menerima impor gula yang mengakibatkan tidak produktifnya produksi gula dalam negeri imbas dari harga gula yang turun dan para petani tidak menambah area luas tanam tebu. Jika masalah ini dibiarkan, akan mengakibatkan ketergantungan impor gula yang nantinya akan mematikan industri gula dalam negeri.
ADVERTISEMENT
Komoditas gula memang merupakan salah satu kebutuhan pokok masyarakat Indonesia. Sebagai kebutuhan pokok ketersediaan gula harus tetap dijaga baik dengan meningkatkan produksi dalam negeri atau dengan melakukan impor.
Jika dilihat dari data impor gula ,Indonesia sejak tahun 2016-2020 trennya mengalami peningkatan,sempat mengalami penurunan pada tahun 2019 kemudian naik lagi pada tahun 2020 sebesar 35%.
Tahun 2020 merupakan nilai impor tertinggi dalam sejarah Indonesia,hal ini sangat disayangkan karena Indonesia pernah menjadi eksportir gula terbesar di dunia yang pernah mengekspor gula sebanyak 2,4 juta ton. Pada tahun 2021 pada bulan juni indonesia sudah melakukan impor gula sebanyak 3,5 juta ton,hal yang patut dinanti apakah di akhir tahun 2021 akan melewati rekor impor ditahun sebelumnya.
ADVERTISEMENT
Alasan pemerintah terusmenerus melakukan impor gula tidak lain disebabkan naiknya tingkat konsumsi masyarakat dan rendahnya tingkat produksi gula. Data produksi cenderung turun dalam lima tahun terakhir dan data konsumsi trennya terus naik .
Dari data konsumsi dan produksi gula, dapat dilihat bahwa kesenjangan antara konsumsi gula dan produksi gula yang kian melebar tiap tahunnya. Di tahun 2016 konsumsi gula di Indonesia 1,2 kali lebih tinggi dari produksinya. Kesenjangan paling lebar di tahun 2020 di mana konsumsi gula 1,48 kali lebih tinggi dari produksinya. Ditahun 2020 konsumsi gula naik sebesar 2%,hal ini cukup ganjil karena impor gula di tahun 2020 merupakan yang tertinggi dalam sejarah padahal tidak ada lonjakan konsumsi gula yang signifikan pada tahun 2020.
ADVERTISEMENT
Gemuknya kuota impor dan turunnya produksi gula dalam negeri disebabkan rendahnya produktifitas pabrik tebu yang merupakan imbas dari kurangnya bahan baku,kurangnya bahan baku imbas dari kurangnya penyediaan lahan untuk tanaman tebu bagi petani. Oleh karena itu,untuk mencapai swasembada gula diperlukan sinergi dan perbaikan di tiap sisi mulai dari sisi petani, pabrik dan pemerintah.
Dari sisi petani,petani harusnya dibantu dalam memperoleh bibit yang unggul, pemberian pupuk dan segala penunjangnya agar rendemen bisa ditingkatkan.
Dari sisi pabrik dilakukan penambahan jumlah pabrik dan revitalisasi pabrik gula,yaitu memperbaiki kondisi pabrik agar menghasilkan gula yang berkualitas,Kesejahteraan petani bergantung pada rendemen dari pabrik yang bahan baku penggiling gulanya berasal dari petani sendiri. Dengan menata ulang alat-alat pabrik akan menambah volume produksi pabrik, sehingga produksi gula bisa meningkat dan kebutuhan gula dalam negeri dapat terpenuhi.
ADVERTISEMENT
Dari sisi pemerintah,pemerintah dapat membuat kebijakan yang bisa menarik investor untuk pendanaan dan membatasi kuota impor. Jika pabrik sudah di revitalisasi selanjutnya adalah masalah ketersediaan bahan baku. Menurut data dari kementrian pertanian, produksi gula terbesar di Indonesia berada pada provinsi jawa timur yang mana ditahun 2020 memproduksi gula sebesar 1,16 juta ton. Angka ini menunjukkan bahwa pemerintah harus membuat kebijakan memperluas lahan pertanian ke luar jawa dan merata di seluruh Indonesia agar terciptanya swasembada gula.
Tiga komponen diatas yaitu petani ,pabrik dan pemerintah harus harmonis dan berjalan bersama karena ketiganya akan mempengaruhi satu sama lain. Untuk menangkal ‘obesitas’ dari manisnya impor gula, ketiga komponen tersebut harus bekerja sama untuk menciptakan produksi gula dengan kualitas dan daya saing tinggi sehingga nantinya swasembada gula bukanlah hal yang mustahil untuk Indonesia.
ADVERTISEMENT