Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
Konten dari Pengguna
Asal-usul Perayaan Tahun Baru, Tradisi yang Bertahan selama Berabad-abad
28 Desember 2024 10:26 WIB
·
waktu baca 4 menitTulisan dari Sejarah dan Sosial tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Asal-usul perayaan tahun baru berasal dari tradisi yang sangat beragam dan sudah ada sejak ribuan tahun yang lalu.
ADVERTISEMENT
Perayaan tahun baru sudah dikenal sejak ribuan tahun lalu, di berbagai peradaban di seluruh dunia. Namun, tradisi yang kita kenal sekarang memiliki evolusi yang cukup menarik.
Asal-Usul Perayaan Tahun Baru
Mengutip dari britannica.com, asal-usul perayaan tahun baru dimulai di Mesopotamia sekitar 2000 SM.
Pada zaman Babilonia, tahun baru (Akitu) dimulai dengan bulan baru pertama setelah ekuinoks musim semi. Tradisi ini diikuti oleh banyak peradaban lainnya, meskipun waktu dan cara merayakannya berbeda-beda.
Di Assyria, tahun baru dimulai pada bulan baru yang paling dekat dengan ekuinoks musim gugur, sekitar pertengahan September.
Sementara itu, bangsa Mesir dan Fenisia merayakan tahun baru pada ekuinoks musim gugur, yang jatuh pada tanggal 21 September.
Pada zaman kuno, bangsa Persia merayakan tahun baru mereka pada ekuinoks musim semi, yaitu sekitar tanggal 21 Maret. Bagi mereka, perayaan ini tidak hanya menjadi awal tahun, tetapi juga simbol pembaharuan alam setelah musim dingin yang panjang.
ADVERTISEMENT
Berbeda dengan bangsa-bangsa tersebut, bangsa Yunani kuno memulai tahun baru mereka pada solstis musim dingin, sekitar 21 Desember.
Ini menunjukkan bahwa setiap peradaban memiliki cara tersendiri dalam merayakan pergantian tahun.
Pada masa Romawi, tahun baru awalnya dimulai pada tanggal 1 Maret. Namun, pada tahun 153 SM, Kaisar Julius Caesar memutuskan untuk merubah awal tahun menjadi 1 Januari untuk menghormati dewa Janus, dewa yang memiliki dua wajah.
Dua wajah tersebut, satu menghadap ke belakang untuk mengenang masa lalu, dan satu lagi menghadap ke depan untuk menyambut masa depan.
Perubahan ini kemudian diikuti dalam kalender Julian yang mulai diberlakukan pada tahun 46 SM. Dengan perubahan ini, 1 Januari mulai diterima sebagai awal tahun baru di kalangan negara-negara Eropa.
ADVERTISEMENT
Pada Abad Pertengahan, banyak negara Kristen di Eropa mengadopsi tanggal 25 Maret sebagai awal tahun baru, bertepatan dengan perayaan Hari Raya Kabar Gembira.
Namun, pada tahun 1582, Paus Gregorius XIII memperkenalkan kalender Gregorian yang mengembalikan tanggal 1 Januari sebagai awal tahun baru.
Sistem kalender ini kemudian diadopsi secara bertahap oleh berbagai negara Eropa. Skotlandia mengikuti pada tahun 1660, Jerman dan Denmark sekitar tahun 1700, Inggris pada tahun 1752, dan Rusia pada tahun 1918.
Perayaan tahun baru tidak hanya tercermin dalam perubahan penanggalan, tetapi juga dalam tradisi dan kebiasaan yang sangat beragam di seluruh dunia.
Berbeda lagi dengan Tiongkok. Tahun Baru dirayakan dengan festival yang berlangsung selama sebulan penuh, dimulai pada bulan baru pertama antara 21 Januari dan 20 Februari.
ADVERTISEMENT
Di negara-negara seperti Vietnam dan Korea, perayaan Tahun Baru juga dilakukan dengan berbagai upacara dan tradisi yang penuh makna.
Perayaan di India, berbagai daerah merayakan tahun baru pada waktu yang berbeda, tergantung pada kalender lokal.
Jika di Kerala, perayaan Tahun Baru disebut Vishu dan jatuh pada tanggal 14 April, sementara di Tamil Nadu, perayaan Puthandu juga jatuh pada tanggal yang sama.
Jika di Thailand, festival Songkran menjadi tradisi Tahun Baru yang meriah, di mana orang-orang menyiramkan air sebagai simbol pembersihan dan pembaruan.
Perayaan Tahun Baru juga diwarnai dengan berbagai simbol dan kebiasaan yang telah ada sejak zaman kuno.
Di Romawi kuno, misalnya, ada kebiasaan memberikan janji atau resolusi sebagai cara untuk menyambut tahun yang baru.
ADVERTISEMENT
Kebiasaan ini diyakini berasal dari bangsa Babilonia lebih dari 4.000 tahun yang lalu, di mana mereka membuat janji untuk memperbaiki diri di hadapan para dewa.
Di banyak negara, perayaan tahun baru sering diisi dengan pesta kembang api, pertunjukan musik, dan berbagai acara sosial yang membawa kegembiraan dan harapan baru.
Asal-usul perayaan tahun baru telah melalui perjalanan panjang yang melibatkan berbagai budaya dan peradaban dunia.
Dari Babilonia hingga penerimaan kalender Gregorian, perayaan ini tetap menjadi momen penting dalam kehidupan masyarakat global, penuh dengan simbolisme dan harapan untuk masa depan yang lebih baik. (Khoirul)