Politik Etis yang Mendorong Lahirnya Kesadaran Nasionalisme Bangsa Indonesia

Sejarah dan Sosial
Artikel yang membahas seputar sejarah hingga topik sosial lainnya.
Konten dari Pengguna
20 Mei 2024 20:14 WIB
·
waktu baca 2 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Sejarah dan Sosial tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Foto Hanya Ilustrasi: Bidang Politik Etis yang Mendorong Lahirnya Kesadaran Nasionalisme Bangsa Indonesia. Sumber: Emily Ranquist/Pexels.com
zoom-in-whitePerbesar
Foto Hanya Ilustrasi: Bidang Politik Etis yang Mendorong Lahirnya Kesadaran Nasionalisme Bangsa Indonesia. Sumber: Emily Ranquist/Pexels.com
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Salah satu bidang politik etis yang mendorong lahirnya kesadaran nasionalisme bangsa Indonesia adalah bidang pendidikan.
ADVERTISEMENT
Politik etis berdiri dilatarbelakangi oleh berbagai perubahan sosial politik dalam negeri Belanda, di mana kelompok reformis agama (Calvinis) ikut menentukan kebijakan kolonialnya. Lebih jelasnya, simak di sini!

Pelaksanaan Politik Etis Zaman Belanda Bidang Pendidikan

Foto Hanya Ilustrasi: Bidang Politik Etis yang Mendorong Lahirnya Kesadaran Nasionalisme Bangsa Indonesia. Sumber: Pixbay.com
A. Ferry T. Indratno dalam buku berjudul Sejarah SMA/MA Kelas XI-IPA menjelaskan bahwa ide dasar politik etis yang dicetuskan kaum etis dalam praktiknya sudah diselewengkan oleh pemerintah kolonial Belanda.
Namun, bangsa Indonesia tetap mendapatkan keuntungan. Program edukasi yang dilaksanakan Belanda bisa menumbuhkan golongan terpelajar di Indonesia dan bisa melahirkan kesadaran nasionalisme bangsa Indonesia.
Begitu program Politik Etis mulai dilaksanakan, dibukalah sekolah. Untuk anak-anak bumi putra kalangan bawah didirikan Sekolah Dasar Bumi putra Kelas Dua (de Tweede Klasse) dan biayanya sangat mahal.
ADVERTISEMENT
Untuk anak bumi putra kelas menengah didirikan Sekolah Dasar Bumi Putra Kelas Satu ( de Eerste Klasse), sekolah ini lama pendidikan juga lima tahun. Tetapi, karena oleh Van Heutsz dinilai kurang bermutu dalam bahasa Belanda, maka masa belajarnya ditingkatkan menjadi enam tahun.
Untuk anak Eropa didirikan sekolah khusus, yakni ELS atau Europese Lagere School. Pada pihak lapisan terbawah, pemerintah kolonial mendirikan semacam Sekolah Rakyat (Volkschool), yang sekedar memberi kemampuan bergaul lebih luas dari lingkungannya.
Namun murid yang pandai berhak melanjutkan ke Sekolah Menengah (Vervolkschool). Untuk lapisan menengah, pemerintah mendirikan HIS (Holland Inlandsche School). HIS ini setingkat dengan sekolah dasar, namun memakai bahasa Belanda sebagai pengantar dan lama belajarnya tujuh tahun.
ADVERTISEMENT
Rushdy Hoesein dalam buku berjudul Terobosan Sukarno dalam Perundingan Linggarjati menjelaskan bahwa selain sekolah dasar dan sekolah menengah, pemerintah kolonial juga menyediakan perguruan tinggi.
Namun perguruan tinggi baru diselenggarakan setelah tahun 1920 Sebelumnya, para siswa yang ingin melanjutkan pendidikan tinggi harus menempuh di Eropa.
Perguruan tinggi yang didirikan di dalam negeri antara lain Perguruan Tinggi Hukum, Perguruan Tinggi Kedokteran, dan Perguruan Tinggi Teknik. Para pelajar bumi putra yang telah mengenyam pendidikan dan berhasil menjadi intelektual baru mendirikan sekolah-sekolah.
Salah satunya R.M Suwardi Suryaningrat (Ki Hajar Dewantara) yang mendirikan Perguruan Taman Siswa pada tahun 1920 di Yogyakarta, Tujuannya adalah mendidik para pelajar bumi putra supaya mempunyai wawasan kebangsaa Indonesia.
Demikianlah penjelasan tentang bidang politik etis yang mendorong lahirnya kesadaran nasionalisme bangsa Indonesia. Semoga membantu! (eK)
ADVERTISEMENT