Sejarah Perdagangan Rempah-Renpah di Maluku
Konten dari Pengguna
26 Maret 2024 22:10 WIB
·
waktu baca 2 menitTulisan dari Sejarah dan Sosial tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
ADVERTISEMENT
Untuk penjelasan selanjutnya, simak artikel ini!
Monopoli Rempah-Rempah di Maluku
Rudi setiawan dalam buku berjudul Rempah Indonesia di Pasar Dunia menjelaskan bahwa sepanjang abad ke-16 dan 17, orang-orang dari benua Eropa utamanya Portugis, Spanyol, dan Belanda berlomba-lomba memperebutkan penguasaan tanah atas rempah-rempah di Nusantara.
Rempah-rempah, seperti cengkeh dan pala asalnya dari Kepulauan Rempah-Rempah (yang sekarang adalah Provinsi Maluku dan Maluku Utara di Indonesia), rempah-rempah tersebut dijual dengan harga tinggi di Eropa.
Kepulauan Maluku sendiri lokasinya ada di tengah-tengah jalur perdagangan dunia serta jaringan pelayaran yang melintasinya. Letak geografis Maluku didukung iklim tropis yang baik memungkinkan datangnya para pedagang dari Tiongkok dan Eropa.
Selanjutnya pusat perdagangan di Maluku muncul berangsur-angsur sejak 1460-1490, tepatnya di Hitu. Hitu yang muncul menjadi bandar utama Maluku Tengah abad ke-16 bersama dengan meluasnya penanaman cengkeh di kawasan tersebut. Utamanya perairan di Huamual di kawasan Seram Barat.
ADVERTISEMENT
Selanjutnya, kepulauan Maluku menjadi lokasi pertama kali bersandarnya kapal Bangsa Portugis pada tahun 1512. Pada awalnya masyarakat menerima kehadiran Bangsa Portugis dengan baik, namun Bangsa Portugis berusaha melakukan monopoli perdagangan rempah-rempah.
Hal inilah yang memunculkan konflik antara Portugis dengan Sultan Ternate dan akhirnya memicu peperangan yang semakin besar. Kemudian pada masa pemerintahan Sultan Baabullah (1570-1584), hak monopoli Portugis dihapuskan dari Maluku.
Kedatangan VOC
Sejarah munculnya VOC, baik di Hitu atau di Maluku Utama memicu persaingan dagang Belanda dan Portugis. Ternate maupun Hitu meminta bantuan VOC untuk melawan Portugis. Imbalannya yang diminta VOC adalah memonopoli rempah-rempah.
Ternate menerima tawaran tersebut dengan damai dengan tujuan sebagai tameng menghadapi Spanyol di Filipina, namun kemudian Hitu melakukan perlawanan sampai abad ke-17.
ADVERTISEMENT
Hal ini mengakibatkan hancurnya perairan Hitu dalam dunia niaga. VOC kemudian semakin beringas dengan menghancurkan berbagai bandar niaga di seluruh Kepulauan Maluku.
Atas perilaku VOC muncul berbagai perlawanan rakyat untuk menentang monopoli perdagangan rempah-rempah. Contohnya, perlawanan Kapiten Pattimura.
Demikianlah penjelasan tentang sejarah perdagangan rempah-rempah di Maluku yang perlu diketahui. (eK)