Kebijakan Erdogan Melunak dan Meratifikasi Masuknya Swedia ke NATO

Sekarsari Sugihartono
Mahasiswi Pascasarjana Universitas Gadjah Mada Studi Hubungan Internasional
Konten dari Pengguna
15 Juli 2023 11:46 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
1
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Sekarsari Sugihartono tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan meresmikan pembangkit listrik tenaga nuklir pertama Turki melalui tautan video, di istana Presiden di Ankara, Kamis (27/4/2023). Foto: Kepresidenan Turki melalui AP
zoom-in-whitePerbesar
Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan meresmikan pembangkit listrik tenaga nuklir pertama Turki melalui tautan video, di istana Presiden di Ankara, Kamis (27/4/2023). Foto: Kepresidenan Turki melalui AP
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Presiden Turki, Recep Tayyip Erdogan, menyatakan pada tanggal 12 Juli 2023 bahwa beliau tetap akan meneruskan proses ratifikasi masuknya Swedia ke NATO.
ADVERTISEMENT
Pada pernyataannya, Erdogan mengatakan bahwa dengan masuknya Swedia ke NATO, ia berharap Swedia akan tetap mengusahakan beberapa kebijakan terhadap aksi melawan terorisme sebagai imbalannya.
Sejauh ini Turki telah mendapatkan banyak perhatian publik akan penolakan terhadap masuknya Swedia ke NATO, yang mengakibatkan proses ratifikasi yang panjang dan berlangsung lama. Turki menganggap bahwa Swedia kurang melakukan usaha dalam mengatasi orang-orang yang dianggap sebagai teroris, seperti anggota Kurdi dari Partai Pekerja Kurdistan.
Namun perubahan kebijakan dan perlakuan Erdogan yang sepertinya melunak dan tiba-tiba setuju untuk meneruskan proses ratifikasi aksesi NATO Swedia ke Parlemen cukup mengejutkan publik.
Presiden Turki Tayyip Erdogan menyapa para pendukungnya di markas Partai AK di Ankara, Turki pada Senin (15/5/2023). Foto: Umit Bektas/Reuters
Perubahan sikap Erdogan ini memiliki tujuan baru dikarenakan ia mengharapkan Swedia mendukung pembaharuan perjanjian bea cukai Turki dengan Uni Eropa dan memberlakukan perjalanan bebas visa. Kebijakan Erdogan berubah drastis setelah terpilih kembali menjadi Presiden, dan dinilai menjadi lebih pro Barat dengan penerimaannya terhadap Swedia masuk ke NATO.
ADVERTISEMENT
Salah satu alasan mengapa Turki enggan menerima Swedia sebagai anggota NATO dikarenakan dugaan Islamofobia yang dilakukan saat demonstrasi sebelumnya.
Aksi pertama dilakukan oleh Paludan pada bulan Juni tahun lalu di depan Kedutaan Turki di Swedia dengan membakar kitab suci Al Quran, yang menyulut api kemarahan dari banyak negara dan mendapat ancaman terhadap boikot beberapa produk terkenal dari Swedia yang dapat mengancam perekonomian mereka.
Aksi kedua dilakukan pada hari raya Idul Adha tahun ini, di mana beberapa demonstran membakar Al Quran di depan sebuah masjid di Stockholm. Tentunya aksi ini kembali mendapat kecaman dari banyak negara, tak terkecuali Turki.
“Saya mengutuk protes keji di Swedia terhadap kitab suci kami pada hari pertama Idul Adha yang diberkati,” ujar menteri luar negeri Turki, Hakan Fidan, pada hari Rabu, menambahkan bahwa “tidak dapat diterima untuk mengizinkan protes anti-Islam di nama kebebasan berekspresi”.
Presiden Turki, Recep Tayyip Erdogan melunak dan menyatakan dukungan proses ratifikasi masuknya Swedia ke NATO dalam konferensi pers saat NATO Summit di Vilnius, 12 Juli 2023. Sumber: AFP
Pemimpin Partai Gerakan Nasionalis (MHP), Devlet Bahceli mengatakan bahwa sejauh ini Swedia telah gagal mengatasi aksi terorisme, namun Erdogan tetap akan membuat panggilan terakhir tentang penawaran keanggotaan Swedia di NATO.
ADVERTISEMENT
Sejauh ini hanya MHP merupakan satu-satunya Partai yang mendukung kebijakan Erdogan dalam meneruskan proses ratifikasi Swedia, sedangkan partai-partai lain belum mengambil keputusan untuk mendukung kebijakan ini.
Turki juga mengharapkan dengan mengizinkan Swedia masuk ke NATO, diharapkan aka nada pencabutan beberapa pembatasan ekonomi, seperti embargo dan pembatasan perdagangan senjata oleh Swedia beserta negara-negara Uni Eropa dan NATO lainnya.
Merespons hal ini, Swedia menegaskan bahwa mereka tidak akan memberikan dukungan terhadap kelompok Kurdi serta akan secara aktif mendukung kebijakan Turki guna menghidupkan kembali kerja sama antar dua negara yang sebelumnya menegang.
Bendera Turki, NATO, dan Swedia sebagai simbol kerjasama di masa depan. Sumber: shutterstock
Perubahan sikap Erdogan ini mendapatkan respons yang cukup beragam, baik positif maupun negatif. Di satu sisi, kebijakan yang dilakukan Erdogan diharapkan dapat memperbaiki kerja sama antara Turki dan Swedia, serta meningkatkan ekonomi Turki dengan rencana ke depannya akan pencabutan embargo.
ADVERTISEMENT
Di sisi lain, masyarakat merasa kesal mengapa Erdogan melunak dan tetap menerima Swedia bahkan setelah adanya aksi Islamofobia dengan pembakaran Al Quran yang terjadi dua kali.
Diharapkan ke depannya Swedia akan bertindak lebih tegas dalam memberi sanksi kepada aksi-aksi Islamofobia tersebut, sehingga hubungan Turki dan Swedia beserta negara-negara anggota NATO dapat berlangsung secara kondusif dan memperbaiki kebijakan-kebijakan dan kondisi ekonomi masing-masing negara.