Lolos dari Mosi Tidak Percaya, Kredibilitas Presiden Macron Dipertanyakan

Sekarsari Sugihartono
Mahasiswi Pascasarjana Universitas Gadjah Mada Studi Hubungan Internasional
Konten dari Pengguna
22 Maret 2023 9:48 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Sekarsari Sugihartono tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Presiden Prancis Emmanuel Macron memberikan keterangan persa usai melakukan pertemuan dengan Perdana Menteri Jepang Fumio Kishida di Istana Elysee di Paris, Prancis. Foto: Gonzalo Fuentes/REUTERS
zoom-in-whitePerbesar
Presiden Prancis Emmanuel Macron memberikan keterangan persa usai melakukan pertemuan dengan Perdana Menteri Jepang Fumio Kishida di Istana Elysee di Paris, Prancis. Foto: Gonzalo Fuentes/REUTERS
ADVERTISEMENT
Rakyat Prancis melakukan demo besar-besaran di berbagai kota sebagai dampak tindakan Presiden Emmanuel Macron yang mengeluarkan RUU baru tentang aturan batas usia pensiun.
ADVERTISEMENT
RUU ini mendapatkan kritik dan kecaman dari semua lapisan masyarakat Prancis, di mana terjadi mogok kerja, perusakan properti, pembakaran sampah, bahkan bentrok dengan aparat kepolisian. Saat ini semua mata publik menyorot Prancis yang dinilai sangat kotor dan tidak higienis karena banyak sampah yang menimbun di berbagai daerah.
Banyak video yang beredar di sosial media yang menunjukkan timbunan sampah dan tikus yang berkeliaran, sebagai akibat dari para petugas kebersihan yang mogok kerja dan para rakyat yang turut membiarkan sampah bergeletak sebagai bentuk protesnya terhadap pemerintah.
Demo pembakaran di Prancis menolak RUU Pensiun. Sumber: PBS https://images.app.goo.gl/DujeuSeUgkNno9pV8
Semua dimulai dengan keputusan Macron untuk mengeluarkan RUU pensiun baru yang menaikkan batas usia pensiun dari usia 62 tahun menjadi 64 tahun. Perdana Menteri Prancis, Élisabeth Borne, juga menerima banyak kecaman bahkan menerima perilaku walk-out dari para anggota parlemen karena ia telah menggunakan kekuatan konstitusional khusus Pasal 49:3 untuk mendorong RUU tersebut tanpa adanya pemungutan suara.
ADVERTISEMENT
Tindakan Borne telah menyulut api kemarahan tidak hanya dari rakyat, tapi juga para anggota parlemen yang berujung pada dibuatnya mosi tidak percaya terhadap Presiden Macron. Mosi ini ditandatangani oleh sebanyak 278 anggota parlemen, hanya kurang 9 dari jumlah suara yang dibutuhkan, yaitu 287. Mosi ini pertama kali ditandatangani oleh independen dan anggota koalisi sayap kiri Nupes di Parlemen, sedangkan yang kedua ditandatangani oleh Partai National Rally sayap kanan.
Walaupun Macron lolos dari mosi tidak percaya dan secara legal dapat mendorong RUU Pensiun ini untuk disahkan, ia telah kehilangan kepercayaan secara total dari rakyatnya dan kredibilitasnya dipertanyakan.
Pengesahan RUU ini hanya akan melemahkan kepemimpinannya dan merusak reformasinya. Para anggota parlemen bahkan menyuruh Borne dan Macron untuk mundur dan dianggap telah mematikan harapan rakyat dan bersikap tuli akan demokrasi.
Suasana ricuh anggota parlemen Prancis yang menolak RUU Pensiun. Sumber: Reuters https://pictures.reuters.com/
Di daerah Bordeaux, terjadi demo oleh para anak muda sekitar 200 sampai 300 orang yang berteriak menyuruh Macron mundur sembari membakar tempat sampah sebagai simbol pemerintahan Macron yang akan meledak dan digulingkan.
ADVERTISEMENT
Para demonstran berencana untuk melakukan protes nasional pada hari kesembilan pemogokan kerja, yaitu pada hari Kamis, 23 Maret 2023. Partai Oposisi juga siap untuk tetap menentang RUU ini di Dewan Konstitusi, yang berpotensi dapat menggagalkan usaha Macron.
Apabila Macron tetap maju dan mensahkan RUU ini, tak hanya dirinya mengalami ancaman untuk digulingkan, tapi stabilitas dan keamanan negara juga tentu terancam. Dengan mendorong RUU ini tanpa adanya pemungutan suara, Macron dianggap telah menginjak-injak nilai demokrasi dan merusak prinsip negaranya sendiri.
Macron sejauh ini tetap tegas pada keputusannya dengan berpendapat bahwa RUU pensiun sangat penting untuk mengatasi masalah krisis keuangan yang dialami pemerintah dan mencegahnya dari keruntuhan.
Presiden Emmanuel Macron dari Prancis bereaksi selama percakapan menjelang jamuan makan siang di KTT G20di Nusa Dua, Bali, Indonesia, Selasa (15/11/2022). Foto: Leon Neal/Reuters
Perdebatan ini telah berlangsung cukup lama dan apabila diteruskan akan melemahkan kondisi negara. Adanya pemblokiran pengiriman bahan bakar dan perencanaan penghentian produksi di kilang besar yang terletak di Normandia menyatakan secara tidak langsung bahwa konflik ini sudah semakin mengkhawatirkan.
ADVERTISEMENT
Dengan sampah yang makin menimbun tentu akan menjatuhkan citra Prancis di mata para turis internasional, mengingat Paris adalah salah satu destinasi wisata paling banyak diminati, secara tidak langsung akan menjatuhkan sektor pariwisata negara tersebut.
Keamanan nasional Prancis pun dipertanyakan dengan adanya pembakaran dan kekerasan yang terjadi di banyak kawasan untuk saat ini dan sudah berlangsung lebih dari seminggu.
Publik berharap Macron lebih bijak dan memikirkan ulang langkah pengesahan RUU pensiun karena permasalahan ini akan mengakibatkan efek domino ke berbagai sektor pemerintahan. Tak hanya itu, dengan lapisan masyarakat dan anggota parlemen yang menentang Macron, ini seperti bom waktu yang memungkinkan terjadinya kudeta di kemudian hari.