Polemik Aturan Larangan terhadap LGBT dalam Ajang FIFA Piala Dunia di Qatar

Sekarsari Sugihartono
Mahasiswi Pascasarjana Universitas Gadjah Mada Studi Hubungan Internasional
Konten dari Pengguna
21 November 2022 17:53 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Sekarsari Sugihartono tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Ajang Piala Dunia FIFA pada tahun 2022 kali ini diselenggarakan di Qatar, dari 20 November hingga 18 Desember 2022. Ini merupakan Piala Dunia pertama yang diadakan di negara Arab dan sudah mengundang banyak kontroversi. Turnamen ini melibatkan sebanyak 32 tim peserta dan dilangsungkan selama kurang lebih 29 hari. Iklim di Qatar yang sangat panas dan intens telah mengundang banyak kekhawatiran bagi pihak yang terlibat. Banyak yang beranggapan bahwa Qatar bukan tempat yang cocok untuk ajang piala dunia kali ini, dengan alasan bahwa negara ini telah secara buruk memperlakukan para pekerja yang turut serta membangun proyek ini. Dengan upah yang sangat rendah dan penyitaan paspor terhadap para pekerja imigran menuai kebencian dan kritik dari banyak pihak.
Bendera Piala Dunia 2022 di Qatar. Sumber: shutterstock
Tidak hanya itu saja, baru-baru ini Qatar menetapkan larangan kepada kaum LGBT dalam kampanye mereka. Pemerintah Qatar menyatakan bahwa prinsip para kaum LGBT bertentangan dengan syariat Islam dan bendera pelangi dilarang dikibarkan selama piala dunia berlangsung, apabila ada pelanggaran maka bendera-bendera tersebut akan disita. Hal ini menuai kontroversi dari seluruh dunia, dimana mereka beranggapan bahwa hak asasi mereka telah direbut. Hal ini merupakan dilemma yang sangat besar bagi semua pihak di Piala Dunia, dikarenakan sebagian besar penonton dan pendukung yang datang berasal dari negara-negara Barat, dimana mereka telah menormalisasikan budaya LGBT. Alkohol pun dilarang dalam acara ini, padahal beberapa merk alcohol merupakan sponsor dari piala dunia. Qatar juga melarang kumpul kebo dan beberapa hotel telah menolak para pengunjung yang datang apabila mereka bukan sepasang suami istri. Hal ini dapat menjadi bumerang bagi Qatar dan menimbulkan beberapa hambatan dalam berjalan nya piala dunia.
ADVERTISEMENT
Namun, kita juga harus melihat dari perspektif Qatar. Negara ini merupakan Negara Arab yang mejunjung tinggi hakekat Islam. Harus ada pemahaman dan toleransi dari para pengunjung untuk menghormati budaya dan prinsip yang telah Qatar ikuti selama ratusan tahun, toh acara ini hanya berlangsung selama beberapa waktu. Qatar tidak melarang adanya para kaum LGBT datang untuk melihat pertandingan, namun mereka meminta para turis untuk datang secara damai dan mematuhi serta menghormati budaya dan agama mereka. Alangkah bagus nya apabila kedua pihak saling menghormati akan agama dan budaya satu sama lain, sehingga proses piala dunia dan selebrasi dapat dilakukan secara kondusif.
Bendera LGBT yang dilarang dikibarkan di Qatar. Sumber: shutterstock
Presiden FIFA, Gianni Infantino, tidak memberi respon yang kuat terkait kontroversi ini, dan ia menyatakan bahwa kita hanya harus berfokus pada sepak bola dan mengesampingkan semua perbedaan untuk mendukung jalan nya acara ini. Hal ini ada benar nya karena prioritas dan perhatian utama akan acara ini adalah olahraga sepak bola, yang menyatukan segala perbedaan dan mengharmonisasikan seluruh manusia. Mari kita lupakan sejenak tentang perbedaan latar belakang kita dan saling menghormati dalam mendukung piala dunia kali ini.
ADVERTISEMENT