Asita Riau: Karakter Orang Indonesia Itu Bawa Oleh-oleh

Konten Media Partner
16 Februari 2019 7:05 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
ANTREAN pesawat terbang untuk tinggal landas.
zoom-in-whitePerbesar
ANTREAN pesawat terbang untuk tinggal landas.
ADVERTISEMENT
SELASAR RIAU, PEKANBARU - Association of The Indonesian Tours and Travel Agencies (Asita) atau Asosiasi Perusahaan Perjalanan Wisata Indonesia Provinsi Riau, menyoroti melonjaknya tarif bagasi pesawat dalam beberapa waktu terakhir.
ADVERTISEMENT
Ketua Asita Riau, Dede Firmansyah, Sabtu, 16 Februari 2019, menilai kebijakan tarif bagasi bertolak belakang dengan kultur masyarakat Indonesia.
Ia menjelaskan, budaya Indonesia selalu membeli buah tangan saat bepergian. Sehingga, kebijakan tersebut secara akumulatif memberatkan masyarakat sebagai pembeli dan dampak dominonya kepada usaha kecil.
"Jangan samakan kita dengan orang asing. Orang Asing tidak budaya mereka jika bepergian beli oleh-oleh, Sementara orang kita sudah menjadi budaya. Ini sesuatu hal positif karena budaya tersebut mampu membantu ekonomi masyarakat," tuturnya.
Sepanjang awal 2019 ini, Asita mencatat jumlah penumpang di Bandara Sultan Syarif Kasim (SSK) II Pekanbaru mengalami penurunan hingga 24 persen.
Penurunan itu akibat melonjaknya harga tiket pesawat semua maskapai dengan rute domestik.
ADVERTISEMENT
Terkait hal itu, Dede kembali menyoroti pihak mengambil kebijakan, seseharusnya lebih paham dan mengerti dampak gunung es tersebut.
Dede juga khawatir, jika kondisi ini terus berlanjut, maka perekonomian masyarakat kelas kecil, terutama UMKM akan lumpuh.
"Bisa dibayangkan jika nanti orang Indonesia sudah berubah menjadi terbiasa tidak beli oleh-oleh, sama-sama kita lihat sebuah kehancuran bagi ekonomi Masyarakat kecil akan datang," tegasnya.
Dede menganggap pemerintah gagal mencapai tujuan pembangunan wisata. Tujuan pariwisata adalah mensejahterakan masyarakat. "Khusunya mereka yang mendiami destinasi wisata itu sendiri," ujarnya.