Guru Besar Jepang Sebut Pulau Bengkalis, Riau, Akan Tenggelam

Konten Media Partner
20 Juni 2019 18:15 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
GURU Besar Universitas Yamaguchi, Jepang, Profesor Koichi Yamamoto, memprediksi Pulau Bengkalis akan tenggelam akibat abrasi setiap tahun 40 meter.
zoom-in-whitePerbesar
GURU Besar Universitas Yamaguchi, Jepang, Profesor Koichi Yamamoto, memprediksi Pulau Bengkalis akan tenggelam akibat abrasi setiap tahun 40 meter.
ADVERTISEMENT
SELASAR RIAU, PEKANBARU - Guru Besar Universitas Yamaguchi, Jepang, Profesor Koichi Yamamoto, mengatakan, abrasi akibat hempasan ombak Selat Malaka di bagian timur Pulau Bengkalis mengancam keberadaan pulau tersebut.
ADVERTISEMENT
Peneliti Jepang tersebut memperkirakan dengan laju abrasi hingga 40 meter per tahun mengakibatkan Pulau Bengkalis akan tenggelam.
Yamamoto menyampaikan hal tersebut dalam diskusi ilmiah tentang ancaman Erosi dan Abrasi Lahan Pesisir Pulau Gambut yang diselenggarakan Pusat Studi Bencana (PSB) Universitas Riau, awal pekan ini.
Ahli Enviromental Engineering dan Sediment Transport itu telah melakukan penelitian selama enam tahun terakhir di Pulau Bengkalis, pulau pesisir Riau dan tepat berlokasi di bibir Selat Malaka.
Dalam diskusi tersebut, Yamamoto menyoroti aspek penting yang ia jumpai di lapangan, yaitu peat failure dan dampaknya bagi pulau-pulau gambut di Riau, termasuk Pulau Bengkalis.
Ia menuturkan, masifnya kanalisasi sebagai upaya drainasi pembangunan perkebunan menjadi penyumbang terbesar ancaman itu.
ADVERTISEMENT
"Kanal-kanal mengiris kubah gambut dan mengoyak keutuhan lahan gambut. Akibatnya, ketika hujan deras turun, bongkahan-bongkahan gambut longsor dan terburai ke arah laut," jelasnya.
Proses ini, katanya, sangat degeneratif dan mengancam eksistensi pulau-pulau gambut dalam jangka panjang.
"Melaui proses ini, daratan pulau gambut bisa lenyap dengan laju mencapai 40 meter pertahun," tuturnya.
Fenomena lain yang menarik ditemukan peneliti Jepang ini adalah munculnya beting-beting gambut ia sebut temporary peat fan di sepanjang garis pesisir.
Beting-beting ini tidak lain sebagian massa gambut yang terburai ke laut dan terhanyut balik ke pesisir. "Orang Melayu menyebutnya serpihan gambut ini sesai," katanya.
Yamamoto mengungkapkan, umumnya beting-beting dibentuk sesai sangat tidak stabil. Biasanya terburai ulang dalam jangka hitungan bulan atau tahun.
ADVERTISEMENT
Meskipun demikian, ia menemukan di lokasi yang tepat, beting gambut bisa stabil bahkan membentuk daratan baru.
Proses menjadi kebalikan dari erosi atau abrasi pesisir ini disebut akresi. Dalam hal ini, hasil akresi muncul di ujung barat laut Pulau Bengkalis.
Faktor menentukan stabilitas daratan baru ini adalah kehadiran vegetasi mangrove yang perakarannya menjadi penggenggam lumpur maupun sesai.