news-card-video
Jakarta
imsak
subuh
terbit
dzuhur
ashar
maghrib
isya

Mengenal Manggala Agni, Pahlawan Penakluk Kobaran Api di Hutan Riau

Konten Media Partner
16 Mei 2019 22:44 WIB
comment
1
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Dua petugas Manggala Agni memadamkan api di atas lahan gambut di Riau.
zoom-in-whitePerbesar
Dua petugas Manggala Agni memadamkan api di atas lahan gambut di Riau.
ADVERTISEMENT
Bukan Sekadar regu pemadam api. Manggala Agni adalah ujung tombak pencegahan kebakaran hutan dan lahan di tingkat tapak. Aktif berpatroli serta memberi penyuluhan di tengah masyarakat. Sebuah ikhtiar penyelamatan negeri dan ekosistem.
ADVERTISEMENT
"Saya hari ini lumayan sibuk, ada patroli terpadu bersama kepolisian dan TNI," kata Rahmad, seolah terburu-buru ketika diajak berbincang pada awal Mei 2019.
Laki-laki berperawakan tegap ini harus bergegas bergabung bersama Babinsa dan Bhabinkamtibmas di Kecamatan Bangko Pusako, Rokan Hilir, guna memberikan penyuluhan kepada petani dan masyarakat agar tidak membakar lahan.
Komandan Regu Satu Manggala Agni Daerah Operasi Dumai itu kebagian tugas patroli di Kecamatan Bangko Pusako. Beberapa desa di sana, yang meliputi Desa Bangko Permata, Bangko Bakti, dan Bangko Jaya, dianggap kawasan rawan terjadinya kebakaran lahan.
Kesibukan Rahmad beserta rekannya dari kepolisian dan TNI tak berkurang, walau asap yang membekap Rokan Hilir, Dumai, dan sekitarnya luruh seiring datangnya musim hujan sejak awal April lalu.
ADVERTISEMENT
Ya, pada awal Mei 2019, Rahmad tetap harus kembali siaga, berpatroli guna memastikan dua wilayah tugas yang berada di pesisir timur Riau itu bebas api.
Jadi, meski Riau tidak lagi berasap, pria 33 tahun itu tetap harus melewatkan awal pekan puasa Ramadan bersama keluarga demi menjalankan tugas sebagai panglima Manggala Agni. Tugas dan tanggung jawab sebagai brigade penakluk api mendorong Rahmad harus turun ke tengah masyarakat sekaligus memantau lingkungan memastikan lahan tak lagi membara.
Kontur tanah yang bergambut di wilayah Rokan Hilir dan Dumai harus selalu dipantau. Mereka sekarang terus berupaya menyadarkan masyarakat agar tidak membuka lahan dengan cara membakar, hingga mengajak warga bergotong-royong membuat sekat kanal ataupun embung di perkebunan dan lahan kosong sebagai sumber air. Tujuannya untuk mengantisipasi kebakaran lahan dan pembasahan gambut.
ADVERTISEMENT
"Dengan sosialisasi diharapkan timbul kesadaran masyarakat untuk tidak membuka lahan dengan cara bakar," katanya.
Bersama perangkat desa, Rahmad beserta kepolisian dan TNI harus keluar-masuk kampung demi memberikan penyuluhan kepada masyarakat dan petani. Tidak cukup dengan komunikasi dua arah, mereka juga menyebarkan brosur dan leaflet, serta berkeliling dengan sepeda motor untuk memantau kondisi lingkungan yang didominasi lahan kosong bergambut.
Peran kepolisian dan TNI dalam sosialisasi ini adalah memberikan pemahaman masyarakat ihwal risiko hukum yang bakal dihadapi bagi pelaku pembakar lahan.
Tim Manggala Agni berjibaku memadamkan api di lahan gambut.
"Jadi masyarakat tahu, ada sanksi hukum bagi pelaku yang sengaja membakar lahan," ujarnya.
Patroli terpadu dinilai efektif dalam mencegah kebakaran lahan. Komunikasi yang dibangun dengan elemen masyarakat membuat kebakaran lahan dapat dicegah sejak dini.
ADVERTISEMENT
Seperti keberadaan masyarakat peduli api (MPA) sebagai pengambil tindakan sekaligus sumber informasi awal, sangat membantu kinerja Manggala Agni dalam memerangi kebakaran lahan.
"Komunikasi terus kami bangun dengan mitra masyarakat peduli api," kata Rahmad.
Menurut Rahmad, mencegah kebakaran lahan lebih baik ketimbang memadamkan. Bila lahan sudah terbakar, menguras waktu, tenaga, dan tentunya biaya yang cukup mahal yang harus ditanggung negara.
Bergabung dengan Manggala Agni sejak 2004, Rahmad jadi paham betul sulitnya menjinakkan api. Terlebih, kebakaran terjadi di lahan gambut. Permukaan yang sudah dibasahi menggunakan mesin pompa tidak menjadi jaminan gambut padam.
Kenapa api sulit mati? Karena masih tersimpan sekam bara api di kedalaman dua hingga tiga meter di bawahnya.
ADVERTISEMENT
"Untuk satu hektare gambut yang terbakar bisa memakan waktu tujuh hari untuk memadamkan," kata Rahmad.
Peristiwa kebakaran pada Januari 2019 sempat membuat brigade Manggala Agni kewalahan. Titik api terus bermunculan dan hampir menyebar di wilayah pesisir Riau: Dumai, Rokan Hilir, Rupat.
Saat itu, asap pekat sisa kebakaran lahan mulai menyelimuti Dumai dan sekitarnya. Jumlah personel yang tidak banyak itu harus dibagi.
"Dalam satu regu itu 15 orang, kami harus bagi tujuh di Dumai dan delapan di Rohil (Rokan Hilir), atau sebaliknya," tuturnya.
Rahmad lalu menggali lebih dalam ingatannya, menceritakan tentang kebakaran hebat yang melanda lahan gambut di Jalan Hasan Jalaludin, Kecamatan Teluk Makmur, Dumai. Bunyi keretek ranting-ranting pohon terdengar jelas di telinga.
ADVERTISEMENT
Saat itu, api begitu cepat merambat akibat adanya tiupan angin yang cukup kencang. Bunga-bunga api meriung terbang ke udara, dalam sekejap melalap lahan lainnya. Rahmad terperanjat, satu bunga api mendarat di pundaknya.
"Cuaca panas dan angin kencang menjadi tantangan terberat memadamkan api, terutama di lahan gambut," ujarnya.
Regu pemadam yang sudah bersiap dengan sejumlah mesin pompa dan selang terpaksa mundur menunggu api reda. Tim kesulitan menjangkau kepala api, karena api menjalar begitu cepat membentuk huruf U dalam satu lahan kosong.
Namun, apapun yang terjadi, api harus tetap dipadamkan, mengingat kabut asap pekat sisa kebakaran lahan dikhawatirkan menyelimuti kota atau mengaburkan jarak pandang di Bandara Pinang Kampai, Dumai.
ADVERTISEMENT
Kondisi cukup sulit tidak membuat regu pemadam Manggala Agni kehilangan akal. Pasukan berseragam oranye ini sudah terlatih menghadapi kobaran api ekstrem. Penyisiran api dari tepi kiri dan kanan dinilai lebih efektif dalam memadamkan api.
Aparat kepolisian, Babinsa dan Manggala Agni memberikan edukasi kepada warga serta pekebun kelapa sawit.
"Pemadaman dilakukan lewat sayap kiri dan sayap kanan," ujarnya.
Berhasil memadamkan sejumlah titik api di Dumai maupun Rokan Hilir tidak lantas membuat Rahmad dan tim Manggala Agni bisa tenang begitu saja. Jusman, Kepala Manggala Agni Daerah Operasi Dumai, turut memantau bekas lahan terbakar yang berubah menjadi padang hitam.
ADVERTISEMENT
Menurut Jusman, lahan yang sudah padam pun perlu dipantau setiap waktu. Cuaca panas disertai angin kencang memicu bara api yang tersisa di ujung ranting kayu kembali menyala. Tiupan angin dapat menerbangkan bunga api dari bara di ujung tunggul kayu ke lahan kering lainnya.
"Ini yang menyebabkan api kecil-kecil itu muncul lagi. Maka lahan yang sudah padam itu harus terus dipantau," ujar Jusman.
Walau sejumlah titik api di Dumai berangsur padam, namun Jusman gusar kobaran api yang melalap lahan gambut di seberang, Pulau Rupat, terus membara. Kiriman kabut asap sisa kebakaran lahan turut menyelimuti wilayah Dumai. Rupat menjadi daerah terluas penyumbang titik api di Riau.
Hingga pertengahan Februari, Badan Penanggulangan Bencana Daerah Riau mencatat luasan lahan terbakar mencapai 200 hekatare. Jusman yakin, pasukan penakluk api tak akan pulang sebelum api padam. Hampir separuh kekuatan Manggala Agni dikerahkan ke pulau yang berhadapan langsung dengan Selat Malaka itu.
ADVERTISEMENT
Kini, situasi mulai kondusif. Meski sesekali muncul titik api di wilayah Dumai, tetapi masih bisa tertangani sejak dini. Peran Manggala Agni di tingkat tapak tak melulu memadamkan api.
Setiap anggota dibagi tugas melakukan patroli di sekitar kawasan rawan terbakar. Setidaknya, ada tujuh posko patroli Karhutla didirikan oleh Manggala Agni Daops Dumai.
"Patroli berkolaborasi dengan Babinsa dan Kapolpos, begitu juga kepala desa," kata Jusman.
Jusman mengaku, patroli terpadu bersama gabungan TNI dan kepolisian dinilai sangat efektif dalam mencegah kebakaran lahan. Bukan hanya memantau kondisi saat ada api, tim patroli aktif memberikan penyuluhan dan pemahaman di tengah masyarakat.
"Patroli terpadu ini cukup efektif, ketemu api sekecil apapun langsung dipadamkan," jelasnya.
ADVERTISEMENT
Direktur Pengendalian Kebakaran Hutan dan Lahan, Raffles B. Panjaitan, mengakui peran penting Manggala Agni sebagai garda depan penanggulangan kebakaran lahan.
Menurutnya, Manggala Agni bukan sekadar regu pemadam, tetapi lebih sebagai ujung tombak pencegahan kebakaran lahan di tingkat tapak. Sebab, Manggala Agni memberikan penyuluhan kepada masyarakat serta berpatroli setiap saat di kawasan rawan terbakar.
"Manggala Agni itu jadi leader di setiap desa, bukan cuma memadamkan api tapi mereka mampu merubah pola dan sikap masyarakat untuk tidak membakar lahan," ujar Raffles.
Raffles mengaku, kinerja Manggala Agni yang berkolaborasi dengan masyarakat TNI dan kepolisian dalam pencegahan ditingkat tapak sudah cukup baik. Terbukti dengan penurunan titik api di sejumlah wilayah Riau pasca kebakaran hebat tahun 2015.
ADVERTISEMENT
Selang dua tahun berturut-turut, Bumi Lancang Kuning terbebas dari fenomena kabut asap yang sudah 18 tahun menghantui masyarakatnya.
Meski harus kembal terbakar lagi pada awal tahun 2019, tetapi sinergisitas antara regu pemadam dari TNI, kepolisian, dan Manggala Agni berhasil mencegah api meluas. Luas lahan terbakar mencapai 2.900 hektare, jauh lebih sedikit dibanding tahun 2015 yang mencapai lebih dari 183.000 hekatare.
"Memang persoalan di Riau ini sangat rumit," kata Raffles.
Namun, Raffles menyadari jumlah personel yang terbilang sedikit belum mampu menangani seluruh wilayah Riau. Sejauh ini, Manggala Agni masih memiliki empat daerah operasi (Dapos) yang terbagi untuk menangani 12 kabupaten dan kota di Riau.
Perlu dukungan dari pemerintah daerah menambah kekuatan Manggala Agni dalam mencegah kebakaran lahan.
ADVERTISEMENT
"Minimal Pemda membantu sarana dan prasarana sehingga terbentuk sinergisitas untuk mencegah kebakaran lahan," ujarnya.
Reporter: RIYAN NOFITRA