Truk Sampah tak Lewat, Cara Membakar Jadi Solusi

Konten Media Partner
21 Februari 2019 10:11 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
SEORANG mahasiswa UIN Suska Pekanbaru, saat membakar sampah di halaman kost tempat tinggalnya di Jalan Kamboja, Tampan, Pekanbaru.
zoom-in-whitePerbesar
SEORANG mahasiswa UIN Suska Pekanbaru, saat membakar sampah di halaman kost tempat tinggalnya di Jalan Kamboja, Tampan, Pekanbaru.
ADVERTISEMENT
SELASAR RIAU, PEKANBARU - Sampah memang menjadi permasalahan setiap orang. Setiap harinya selalu ada sampah dihasilkan, namun tak semuanya bisa menyikapi sampah ini secara bijak dan pintas dengan cara membakarnya.
ADVERTISEMENT
Termasuk di kalangan terdidik, mahasiswa. Salman Hidayatullah, mahasiswa Fakultas Hukum dan Syariah UIN Suska Riau, tinggal di Jalan Kamboja, Kecamatan Tampan, Pekanbaru ini memilih membakar sampah setiap harinya ia kumpulkan.
Tak hanya sampah rumah tangga saja ia bakar, juga sampah organik dari dedaunan pohon yang jatuh ke tanag di depan kost-nya. Sampah-sampah inilah ia bakar hampir setiap harinya.
Ia tidak mengetahui apa dampak dari asap sampah setiap pagi ia bakar ini, karena selama ini belum ada sosialisasi dari dinas terkiat maupun LSM.
"Saya sering bakar sampah rumah karena kerap kali membersihkan sampah di sekeliling rumah. Jika menumpuk, maka akan kotor, saya juga tidak terlalu paham bahaya membakar sampah ini sebab sosialisasi tentang bahaya pembakaran sampah organik dan non organik saya tidak paham," katanya.
Namun, dikatakan mahasiswa asal Tembilahan ini, ia baru mulai membakar sampah sejak 2018 lalu. Pasalnya, truk pengangkut sampah tidak terlihat lagi di komplek perumahannya.
ADVERTISEMENT
"Kost kami ini kan satu pagar dengan rumah ibu kost, dulu waktu ibu kos masih ada, truk pengangkut sampah selalu lewat, sampah kami digabung, terus diangkut, tapi sekarang yang menghuni rumah anaknya ibu kost, sejak itu truk sampah gak ada lagi," jelasnya, Kamis. 21 Februari 2019.
Diceritakan Salman, dulu saat masih ada truk pengangkut lewat kost, ia wajib membayar iuran sebesar Rp 15.000 setiap bulan.
Salman menuturkan, ia tidak tahu truk tersebut merupaman truk milik dinas atau swasta.
"Sekali berapa hari lah, kami letak sampah di depan pagar, tapi sekarang sama sekali gak lewat, makanya kami bakar saja daripada bertumpuk," tukasnya.
Kedepannya Salman berharap ada sosialisasi dan pemungutan sampah yang lebih terkoordinir oleh pemerintah sehingga masyarakat bisa nyaman tinggal di rumah.
ADVERTISEMENT