Wasit Lisensi FIFA Asal Pekanbaru Aniaya Pemain U17

Konten Media Partner
14 Februari 2019 18:28 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
NURUL Ilham Rezkianda, pemain U17 Bantan FC dengan luka di bagian bawa mata sebelah kanannya.
zoom-in-whitePerbesar
NURUL Ilham Rezkianda, pemain U17 Bantan FC dengan luka di bagian bawa mata sebelah kanannya.
ADVERTISEMENT
SELASAR RIAU, PEKANBARU - Wasit berlisensi FIFA asal Pekanbaru, Agus Prima Aspa, harus berurusan dengan polisi.
ADVERTISEMENT
Agus yang juga aktif sebagai pengadil lapangan hijau di kompetisi tertinggi sepak bola Indonesia, Liga I, dilaporkan atas kasus penganiayaan terhadap seorang pesepakbola belia U-17.
Aksi pemukulan itu dilakukan saat digelarnya turnamen U-17 di Stadion Kaharudin Nasution, Rumbai, Pekanbaru.
Paur Humas Polresta Pekanbaru, Ipda Budhianda, Kamis, 14 Februari 2019, membenarkan adanya laporan tersebut.
Ia menjelaskan, saat ini penyidik Satuan Reserse Kriminal Polresta Pekanbaru tengah mendalami laporan tersebut.
"Saat ini proses penyelidikan tengah berjalan," kata Budhi.
Ipda Budhi mengatakan, laporan polisi perkara penganiayaan berat menyebabkan bagian mata korban atas nama Nurul Ilham Rezkianda (17), terluka parah hingga berdarah itu ditangani Unit III Satreskrim Polresta Pekanbaru.
KARTU lisensi wasir yang dikeluarkan FIFA milik Agus Prima Aspa.
Dalam proses penyelidikan, korban Ilham beserta dua saksi berikut manager tim sepakbola dan pelatih, telah menjalani pemeriksaan di Mapolresta Pekanbaru, Rabu, 13 Februari 2019.
ADVERTISEMENT
Ilham dan manager tim, Adam Fauzi kepada wartawan menjelaskan, insiden penganiayaan tersebut terjadi pada pekan pertama Februari 2019 lalu.
Saat itu, Adam mengatakan, korban tergabung dalam kesebelasan Bantan FC mengikuti turnamen U-17 bertema Singapura, Johor, Riau (Sijori) Championship di Stadion Kaharudin Nasution, Rumbai, Pekanbaru.
Sijori Championship sejatinya merupakan turnamen persahabatan antara tiga negara, Singapura, Johor (Malaysia) dan Riau (Indonesia).
Dari Riau sendiri diwakili empat klub. Belakangan, kata Adam, dua negara tetangga membatalkan hadir. Sehingga turnamen hanya diikuti empat klub asal Riau, Bengkalis (Bantan FC), Kampar, Rokan Hulur dan Pusat Pembinaan Pelatihan Pelajar (PPLP) Riau.
Adam menjelaskan, insiden pemukulan berawal ketika Tim Bengkalis telah mengantongi empat poin melakukan protes akibat pertandingan dua tim lainnya terindikasi pengaturan skor.
DATA pribadi Agus Prima Aspa dan deretan prestasinya sebagai wasit di sepak bola nasional.
Saat itu, katanya, Agus tidak memimpin pertandingan, namun tengah berada di tempat panitia selaku ketua pengadil lapangan hijau.
ADVERTISEMENT
Protes dilayangkan Adam ternyata membuat Agus berang. Tim Bengkalis telah meninggalkan stadion dan sebagai bentuk protes meninggalkan turnamen dikejar Agus serta dua rekan ofisial pertandingan lainnya hingga parkiran.
"Dia memukuli pemain kami dengan tinju tangan kanannya hingga anak kami berdarah," ujarnya.
Tak hanya itu, Agus juga menantang Tim Sepakbola Bantan FC melaporkannya ke Polisi. "Kami langsung membuat laporan polisi. Awalnya ke Polda Riau namun kemudian diarahkan ke Polresta Pekanbaru. Anak kami juga sudah divisum," lanjut Adam.
Saat ini, kasus tersebut tengah didalami Polisi.
Sementara itu, Agus Prima Aspa, wasit Pekanbaru berlisensi FIFA diduga telah melakukan pemukulan terhadap pesepakbola belia usia bawah 17 tahun, juga diketahui aktif sebagai dosen sebuah perguruan tinggi negeri terkemuka di Riau.
ADVERTISEMENT
Agus Prima tercatat sebagai dosen aktif di Fakultas Keguruan Ilmu Pendidikan (FKIP) jurusan pendidikan kesehatan jasmani.
Status itu tertera dalam laman Web resmi Universitas Riau, penjaskes.fkip.unri.ac.id.
Agus menjadi dosen aktif dan telah menyandang gelas Magiter Pendidikan. Agus juga mengampu beberapa mata kuliah seperti Sepakbola, Ilmu Kesehatan Olahgra, Senam, Pendidikan Kesehatan Sekolah.
Rektor Unri, Prof Aras Mulyadi, tidak bersedia berkomentar saat dikonfirmasi terkait insiden menimpa dosennya yang terlibat aksi pemukulan kini ditangani Polresta Pekanbaru tersebut.
Sementara itu, telepon dan pesan singkat dilayangkan SELASAR RIAU, tidak ditanggapi hingga berita ini diturunkan, Kamis, 14 Februari 2019, pukul 18:30 WIB.