216 Desa Terendam Banjir, Pemprov Riau Tetapkan Siaga Bencana
ADVERTISEMENT
ADVERTISEMENT
Pertimbangan Pemerintah Provinsi (Pemprov) Riau menetapkan Status Siaga Banjir dan Longsor usai enam kabupaten mengalami bencana alam tersebut.
“Kami sudah mendeteksi beberapa penyebab utama mengapa masalah banjir di Riau selalu berulang. Banjir dan longsor karena penggundulan hutan, sehingga tidak ada resapan air, bebas menuju sungai dan meluap,” kata Sekretaris Daerah Provinsi (Sekdaprov) Riau, Yan Prana Jaya, Jumat, 20 Desember 2019, usai memimpin Rapat Penetapan Status Siaga Banjir dan Longsor di Ruang Kenanga, Kantor Gubernur Riau.
Catatan Pemprov Riau, setidaknya sudah 216 desa terendam akibat luapan Sungai Kampar, Rokan dan Batang Kuantan.
Ke-216 desa terdampak banjir tersebut berada di tiga aliran sungai itu. Antara lain, Kabupaten Rokan Hulu, Rokan Hilir, Kampar, Pelalawan, Kuantan Singingi (Kuansing) dan Indragiri Hulu.
Mantan anak buah Gubernur Riau, Syamsuar, saat menjabat Bupati Siak ini menjelaskan, penyebab banjir dan longsor tersebut juga dipicu penebangan hutan di wilayah hulu ketiga sungai sehingga semakin memperbesar potensi bencana alam.
ADVERTISEMENT
Tak hanya itu, ujar Yan Prana Jaya, perubahan drainase tanpa mempertimbangkan Analisa mengenai Dampak Lingkungan (Amdal).
Kemudian, saluran air di permukiman warga yang tersumbat, tanah tertutup semen serta dibukanya pintu waduk PLTA Koto Panjang di Kabupaten Kampar, juga jadi pemicu banjir.
"Untuk meminimalisir dan mengatasi banjir dan longsor, Pemprov Riau mengimbau kepada seluruh masyarakat Riau, agar meningkatkan kewaspadaan sekaligus menyiapkan obat-obatan pribadi, terutama yang tinggal di wilayah yang rawan banjir dan longsor," ujarnya. (*)