Bara'an, Tradisi Berhari Raya Warga Melayu Pulau Bengkalis, Riau

Konten Media Partner
8 Juni 2019 21:33 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
SEORANG warga meminta maaf ke orangtua di rumah dikunjungi dalam Bara'an. Bara'an merupakan sebuah ritual hanya ada di Pulau Bengkalis, Riau, saat Lebaran Idul Fitri. Bara'an berarti berombongan mendatangi rumah warga.
zoom-in-whitePerbesar
SEORANG warga meminta maaf ke orangtua di rumah dikunjungi dalam Bara'an. Bara'an merupakan sebuah ritual hanya ada di Pulau Bengkalis, Riau, saat Lebaran Idul Fitri. Bara'an berarti berombongan mendatangi rumah warga.
ADVERTISEMENT
SELASAR RIAU, BENGKALIS - Mengunjungi sanak saudara, memohon maaf pada teman dan sahabat menjadi agenda utama setiap Lebaran Hari Raya Idul Fitri setiap Muslim usai sebulan penuh berpuasa di Ramadan.
ADVERTISEMENT
Di kalangan Melayu Riau, terutama di Pulau Bengkalis, ada sebuah tradisi turun-temurun hingga kini masih dikerjakan saat Lebaran Idul Fitri.
Tradisi itu barangkali membuat setiap perantau ingin kembali pulang ke Pulau Bengkalis setiap lebaran tiba. Tradisi melekat erat dan merekat tali persaudaraan antarsesama.
Secara harfiah, Bara'an mirip dengan halal bi halal jamak dilakukan masyarakat Nusantara. Tapi di Bengkalis, Bara'an dilakukan, begitu juga halal bi halal. Tentu waktunya berbeda.
Bara'an biasa dilakukan sejak 1 Syawal. Di beberapa tempat, Bara'an juga punya sebutan lain sebagai "rombongan" dilakukan hingga sepekan lamanya.
Lantas apa itu Bara'an? Secara rinci tidak ada penjelasan makna Bara'an tersebut. Di Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) juga tidak ditemukan makna kata itu.
ADVERTISEMENT
Akan tetapi, menurut warga lahir dan besar di Pulau Bengkalis, Amarudin, Bara'an merupakan kegiatan sekelompok orang berada di satu lingkungan dusun, RW atau RT yang sama dan saling mengunjungi secara bersamaan pula satu dengan lainnya.
Nama tradisi itu Bara'an. Bagi masyarakat Melayu Bengkalis, Bara'an berarti rombongan. Tak mengenal tua muda, laki-laki perempuan, mereka berombongan mendatangi rumah tetangga untuk bersilaturahmi saling maaf-memaafkan.
Bagi laki-laki paruh baya kini masih aktif sebagai tenaga pendidik pada daerah terpencil di Kecamatan Bantan mengatakan, masyarakat secara bersamaan, baik tua, muda, pria, wanita mengunjungi satu per satu rumah. Mereka saling bermaafan dan mendoakan. Mencicipi hidangan pasti disediakan.
Termasuk dilakukan pemuda dan pemudi RT 003/RW 008 Desa Berancah, Kecamatan Bantan. Berombongan mereka datangi rumah warga, dan rumah didatangi dengan tangan terbuka, bahkan memberikan yang terbaik, spesial untuk rombongan mendatangi kediaman mereka.
LAKI-LAKI perempuan tua muda ikut tradisi Bara'an dari rumah ke rumah.
"Lebaran dengan Bara'an ini sudah menjadi tradisi tahunan di Desa Berancah hingga sekarang masih tetap kita jalankan," kata Tokoh Pemuda Desa Berancah, Syamsul Huda saat rombongan Bara'an pemuda mendatangi rumahnya.
ADVERTISEMENT
Manfaat Bara'an, tuturnya, saat lebaran begitu nyata dirasakan. Dengan silaturahmi, rasa persaudaraan makin erat dan tak ada lagi permusuhan serta kebencian.
"Idealnya, adanya Bara'an, pemuda ini mengajarkan kita tetap menghormati orangtua dengan mendatangi rumah mereka dan meminta maaf khilaf dan dosa," tambah Syamsul Huda.
Dalam kunjungan bara'an pemuda juga mendapat sambutan spesial dari tuan rumah. Mereka dapat menikmati sajian makanan yang dihidangkan untuk disantap bersama. Kebersamaan itu menambah meriahnya kebersamaan di hari raya Idul Fitri.
Sementara itu, di RT Pancasila, Desa Selatbaru, Kecamatan Bantan, sejak pagi buta, sebelum azan Subuh berkumandang, Purwati, sejak pukul 03.00 WIB, telah sibuk berada di dapur.
Dibantu anak dan menantunya, Aparatur Sipil Negara (ASN) berasal dari Pacitan, Jawa Timur, telah menyiapkan sejumlah menu sarapan. Menu disiapkan untuk warga akan melakukan Bara'an pagi harinya.
ADVERTISEMENT
Opor ayam, lontong dan ketupat serta pecel telah dihidangkan. Kediaman Ibu Purwati pagi itu akan menjadi tujuan pertama dimulainya kegiatan Bara'an. Istri Amarudin itu bahagia, meski harus bangun sangat pagi untuk menyiapkan semua.
Meskipun ia harus beradaptasi dengan tradisi tidak ditemukan di kampung halamannya di Pulau Jawa, Purwati mengakui Bara'an merupakan even penting harus disambut dan disiapkan.
Sedikitnya sebanyak 20 rumah harus dikunjungi di RT tersebut. Secara bergantian mereka akan saling mengunjungi dan bermaafan. Kegiatan Bara'an di tempat itu hanya berlangsung setengah hari, karena jumlah rumah dikunjungi tidak terlalu banyak.
Setiap satu rumah, untuk kegiatan doa, bercengkrama dengan tuan rumah serta mencicipi hidangan menghabiskan waktu antara 7 hingga 12 menit.
ADVERTISEMENT
Namun, kondisi berbeda akan ditemukan di sudut kampung lain di Pulau Bengkalis. Di Desa Wonosari, Kecamatan Bengkalis, misalnya.
Di sana, Bara'an bisa berlangsung hingga tiga hari lamanya. Jumlah warga terlibat dan rumah dikunjungi lebih banyak dibandingkan dengan RT Pancasila, Desa Selatbaru.
Sementara di beberapa lokasi lain, bahkan kegiatan Bara'an atau rombongan itu dapat berlangsung hingga lebih dari sepekan lamanya. Itu semua tergantung kesepakatan antarwarga, dan kesiapan tuan rumah ang akan dikunjungi.
Apapun itu, Bara'an sarat akan manfaat dan menurut warga setempat, lebaran di Bengkalis identik dengan Bara'an.
Pemuda desa Selatbaru, Ibnu mengatakan, Bara'an telah diturunkan dari generasi ke generasi. Secara berkesinambungan pemuda juga belajar untuk menjaga tali silaturahmi dan kebersamaan sesama mereka.
PESERTA Bara'an berfoto bersama di depan rumah yang dikunjungi saat Berlebaran Idul Fitri.
Selain itu Ibnu mengatakan setiap lebaran begitu banyak pemuda desa yang sebelumnya merantau ke kota atau bahkan ke negeri Jiran Malaysia kembali ke kampung halaman. Mereka sangat merindukan tradisi ini.
ADVERTISEMENT
Selain Bara'an, magnet lain yang menarik para perantau kembali ke kampung halaman adalah gemerlap pertunjukan lampu colok pada setiap tiga malam terakhir di Bengkalis.
Kegiatan itu telah tersohor hingga seluruh penjuru negeri dan pemerintah setempat menjadikannya sebagai even wisata, meski pemerintah setempat sendiri tak begitu berpartisipasi dalam menjaganya.
Terpisah, Camat Bantan, Kabupaten Bengkalis, Reza Noverinda, memberikan apresiasi kepada para pemuda pemudi di kecamatan dipimpinnya masih tetap melestarikan budaya Bara'an.
Tradisi an ini, kata Camat sudah menjadi tradisi turun-menurun mengisi lebaran dan sangat positif. Dia mengatakan, Idealnya budaya ini dapat dilestarikan hingga anak cucu.
"Alhamdulilah, Kecamatan Bantan telah melakukan budaya positif dan saya apresiasi hal tersebut. Ini menjadi bukti, hingga sekarang Bara'an masih tetap dilakukan dan harapan saya budaya ini dapat kita lestarikan hingga anak cucu," harap Camat Bantan ini.
ADVERTISEMENT