IPW: Jokowi Harus Minta Maaf atas Pembantaian Terkeji di Indonesia

Konten Media Partner
5 Desember 2018 14:28 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
IPW: Jokowi Harus Minta Maaf atas Pembantaian Terkeji di Indonesia
zoom-in-whitePerbesar
ADVERTISEMENT
SELASAR RIAU, PEKANBARU - Presiden Joko Widodo (Jokowi) didesak harus meminta maaf atas kasus pembantaian 31 pekerja PT Istaka Karya di Yigi, Nduga, bekerja di Jalur Trans Papua.
ADVERTISEMENT
Tak hanya itu, Jokowi juga didesak segera mencopot Kapolda Papua dengan alasan tidak mampu menjaga keamana proyek strategis nasional tersebut.
"Ini menunjukkan lemahnya koordinasi pemerintah menjaga keamanan Papua, khususnya terhadap pekerja sedang mengerjakan proyek ambisius Jokowi, yakni Jalur Trans Papua. Pasalnya, dalam dua hari, Sabtu dan Minggu, 31 pekerja terbiarkan terbunuh," kata Presidium Indonesia Police Watch (IPW), Neta S Pane, kepada SELASARRIAU.COM, Rabu, 5 Desember 2018.
Padahal selama ini, tuturnya, Jokowi sudah menyatakan Nduga sebagai daerah merah, sementara Kadiv Humas Polri mengatakan daerah tersebut aman. Menurutnya, hal ini membuat publik bingung.
"Mengingat Jokowi sebagai presiden mengatakan Nduga adalah daerah merah, lalu kenapa pengamanan terhadap pekerja tidak maksimal? Atas kecerobohan inilah Jokowi harus minta maaf dan harus segera mencopot Kapolda Papua," tegas Neta.
ADVERTISEMENT
IPW juga mendesak Polda Papua segera menjelaskan secara transparan terkait peristiwa sesungguhnya yang terjadi di Distrik Yigi, penyebab 31 pekerja bisa tertembak dan kronologis kejadiannya.
Neta menegaskan peritiwa di Yigi adalah sebuah pembantaian paling keji yang pernah terjadi di Papua. Kejadian tersebut kado hitam akhir tahun 2018 kepada Polda Papua sebagai pihak bertanggung jawab.
"Kasus pembantaian di Yigi ini juga menjadi kado hitam bagi rakyat Papua dan bangsa Indonesia. Kasus pembantaian 31 pekerja ini sebuah gambaran betapa lemah dan tak berdayanya Kapolda Papua dalam membuat dan menerapkan strategi keamanan bagi masyarakat di daerah itu hingga bisa terjadi pembantaian massal," terangnya.
Ironisnya, kata Neta, aksi penyerangan tiga hari berturut-turut itu terbiarkan. Sabtu dan Minggu, lanjutnya, kelompok bersenjata membantai pekerja, lalu di hari Senin kelompok itu menyerang Pos Yonif 756/Yalet dan membunuh satu TNI.
ADVERTISEMENT
"Dimana intelijen Polda hingga kelompok itu bisa bebas selama tiga hari melakukan pembantaian?" katanya.
Dijelaskan Neta, melihat kenyataan ini strategi dan kinerja Kapolda Papua patut dipertanyakan, apalagi jika mengingat di era kapolda-kapolda sebelumnya kasus pembantaian seperti ini tidak pernah terjadi.
IPW berharap kasus ini segera diungkap dan pelakunya harus segera ditangkap untuk diproses hukum. IPW juga berharap, Presiden Jokowi tidak sekedar menggagas proyek ambisius Trans Papua tapi juga bisa menjamin nasib para pekerjanya hingga tidak dibantai secara sadis seperti di Yigi.