Kisah Rubiati, Guru Honorer di Pulau Terluar Indonesia di Riau

Konten Media Partner
25 November 2019 22:55 WIB
comment
3
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
RUBIATI, guru honorer di pulau terluar Indonesia di Pulau Bengkalis. Ia mengajara di SMAN 5 Bantan, Bengkalis, Riau.
zoom-in-whitePerbesar
RUBIATI, guru honorer di pulau terluar Indonesia di Pulau Bengkalis. Ia mengajara di SMAN 5 Bantan, Bengkalis, Riau.
ADVERTISEMENT
SELASAR RIAU, BENGKALIS - Rubiati, guru honorer di SMAN 5 Bengkalis, Kabupaten Bengkalis, merupakan satu dari ratusan guru honorer yang mendarmabaktikan hidupnya mencerdaskan anak bangsa di pulau terluar Indonesia.
ADVERTISEMENT
Sejak 2012 silam, usai lulus dari Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP) sebuah universitas di Pekanbaru, Rubiati langsung mengabdikan diri guna menularkan ilmu didapatkan di bangku kuliah tersebut.
Terhitung 1 Oktober 2012, ia mengabdi sebagai guru bidang studi Biologi di SMAN 5 Bengkalis, yang terletak di Jalan Sungai Gadung, Desa Sungai Batang, Kecamatan Bengkalis.
"Jarak kadang tak jadi persoalan. Asalkan bisa membagikan ilmu kepada anak didik," kata Rubiati, Senin (25/11).
Rubi, panggilan Rubiati, menceritakan, untuk sampai ke tempatnya mengajar, ia harus bangun lebih awal. Setiap harinya, berangkat dari rumah yang beralamat di RT03, RW 01, Desa Telukpambang, pukul 05.40 WIB.
"Sebagai guru tentu harus datang lebih awal. Jadi minimal pukul 07.00 WIB sudah tiba di sekolah. Jadi kecepatan motor harus 60 Km per jam. Itu juga terkadang terlambat juga tiba," ujar Rubi
ADVERTISEMENT
Anak kelima dari delapan bersaudara ini mengakui, terkadang melihat jarak tempuh dilalui setiap hari terasa letih juga. Tapi jika terkenang pelajar dengan setia menunggu di ruang kelas, semua itu jadi hilang.
Kurun waktu lima tahun sejak 2012 hingga 2017, rutinitas itu terus dilakukan, dan akhirnya jadi kebiasaan.
"Letih. Ya tentu letih. Tapi untuk anak-anak didik agar lebih baik dan berilmu lebih utama. Alhamdulillah tetap nyaman, walaupun masih status honorer hingga sekarang," jelasnya.
Setelah lama mengabdi di SMAN 5 Bengkalis, Desa Sungai Batang, Kecamatan Bengkalis, Rubi kemudian harus memilih untuk ikut suami.
Masih menyandang status honorer komite sekolah, ia kemudian pindah ke sekolah menengah di kecamatan berbeda, namun lebih dekat ke Malaysia, yakni di SMAN 3 Bantan, di Desa Teluklancar.
ADVERTISEMENT
"Tantangannya lain lagi. Kalau dulu jalan ditempuh bagus. Sekarang jalannya kurang bagus. Tapi sekali lagi tetap semangat," jelasnya.
Ia sadar, dengan status honorer dan gaji jauh dari cukup, bahkan harus menerima hak tersebut sekali tiga bulan, keputusan menjadi guru merupakan kemauan dari hati paling dalam. Ia sadar akan itu semua.
"Masalah gaji janganlah disebutkan. (Yang) jelas di bawah satu juta per bulan. Tapi keikhlasan mengabdi itu saya kedepankan," katanya menghibur diri.
Selama mengabdi sejak 2012, Rubiati harus rela menerima honor enam bulan sekali atau dirapel. Setiap bulannya ia menerima honor di bawah Rp 1 juta.
"Itu tak masalah asalkan anak-anak kita bisa belajar dengan baik dan mengenyam pendidikan hingga tingkat SLTA," kata Rubi.
ADVERTISEMENT