Kisah Warga Kabupaten Kampar Saat Banjir Merendam Rumah Selama 14 Hari
ADVERTISEMENT
ADVERTISEMENT
Walau tertimpa bencana banjir, namun warga tak mau hanyut dalam duka. Justru mereka 'menikmati' banjir dengan makan bersama di atas pompong.
Hendri Domo, warga Buluh Cina mengatakan, walau kampungnya tergenang banjir, namun hal itu tidak menghalangi masyarakat untuk bersilaturahmi dengan satu sama lain.
Caranya dengan makan bersama di atas pompong (transportasi air) sambil melihat kampung yang terendam luapan Sungai Kampar usai pintu air PLTA Koto Panjang dibuka.
"Sudah dua pekan kami dilanda banjir, tapi kami menikmatinya dengan makan dan masak bersama keluarga di atas pompong," kata Hendri, Sabtu, 28 Desember 2019.
Untuk masak sendiri, tuturnya, tidak hanya dilakukan di atas pompong saja, sebagian warga melakukannya di dalam rumahnya yang sudah dibuatkan semacam pentas.
ADVERTISEMENT
"Ada juga mereka memasak tetap di dalam rumah, di dalam rumah dibuat seperti pentas, ditinggikan supaya tidak kena air. Sebagian lagi memasak diatas pompong dengan kompor gas," ujarnya.
Bahan makanan, jelasnya, ikan Sungai Kampar dan pemberian pemerintah maupun swasta. Bantuan tersebut berupa makanan cepat saji (instan), seperti telur dan mie.
"Selama kena banjir, Alhamdulillah dari pemerintah maupun ormas sudah menyalurkan bantuan, semoga pemberi bantuan bertambah rezekinya," tambahnya.
Aktivitas seperti ini sudah menjadi tradisi bagi masyarakat Desa Buluh Cina. Pasalnya, desa mereka selalu dilanda banjir hampir setiap tahunnya meski dengan kondisi yang berbeda.
"Setiap tahun selalu banjir, tinggi atau tidaknya tergantung dari curah hujan baik disini maupun di hulu," tutupnya.
ADVERTISEMENT