Butuh 50 Tahun untuk Memecahkan Kasus Pembunuhan Berantai 'Pencekik Boston'

Selidik
"Hanya ada satu kebenaran yang pasti," Conan Edogawa
Konten dari Pengguna
24 November 2020 10:31 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Selidik tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Foto: dok. huffpost.com
zoom-in-whitePerbesar
Foto: dok. huffpost.com
ADVERTISEMENT
Dari Juni 1962 hingga Januari 1964, 13 wanita lajang berusia antara 19 hingga 85 tahun dibunuh di seluruh wilayah Boston. Banyak orang percaya bahwa setidaknya 11 pembunuhan ini dilakukan oleh orang yang sama karena cara yang sama di mana setiap pembunuhan dilakukan. Selain itu, polisi meyakini bahwa para wanita yang hidup atau sedang berjalan sendiri adalah target utama pembunuh. Pelaku menyamar sebagai tukang reparasi atau pengantar barang agar para wanita secara sukarela mengizinkan.
ADVERTISEMENT
“Dalam setiap kasus, para korban telah diperkosa - terkadang dengan benda asing - dan tubuh mereka dibaringkan telanjang, seolah-olah dipajang untuk foto porno. Kematian selalu terjadi karena pencekikan, meskipun pembunuhnya terkadang juga menggunakan pisau, ligatur, stoking, sarung bantal, dan apa pun - pasti tertinggal di sekitar leher korban.. Rangkaian kejahatan ini sering disebut sebagai "Pembunuhan dengan Kaus Sutra" dan penyerang yang dicari dikenal sebagai “Boston Strangler.”
Semua pembunuhan tersebut dilakukan oleh pembunuh berantai bernama Albert DeSalvo. Selama hampir 50 tahun, pembunuhan ini sulit untuk diungkap. Keberhasilan polisi dalam mengungkap kasus tersebut terjadi setelah pamannya DeSalvo memberikan polisi bukti DNA yang mereka butuhkan untuk menyelesaikan kasus tersebut. Kejadian tersebut terjadi pada 11 Juli 2013.
Foto: dok. pinterest.com
Sebelumnya sejak tahun 1973, DeSalvo selalu berhasil menghindar dari tuntutan hukum. Selain itu, DeSalvo dikenal berhasil dalam menyembunyikan bukti kriminalnya. Akan tetapi, kesempatan untuk menjerat DeSalvo dimulai saat polisi menemukan cairan mani pembunuh korban terakhirnya, Marry Sulivan. Cairan tersebut merupakan satu-satunya bukti yang terus disimpan hingga 50 tahun, mengingat pada saat itu, teknologi DNA nuklir belum ditemukan.
ADVERTISEMENT
Pertama, polisi harus memastikan kromosom Y dalam sampel DNA tersebut cocok dengan keluarga DeSalvo untuk meyakinkan hakim agar membiarkan penyelidik mengganggu kuburannya. BPD Sersan. Brian Albert, seorang ahli pengawasan, mengikuti keponakan laki-laki Tim DeSalvo ke tempat kerjanya di Boston dan mengambil botol air yang dia minum dan tinggalkan. Sampel tersebut cocok dengan sampel yang dikumpulkan dalam pembunuhan terakhir.
Salah satu ilmuwan forensik dari Kepolisian Boston bernama Robert Hayes memiliki andil besar atas kesabarannya dalam menuntaskan teka-teki kriminal besar AS pada saat itu. "Saya tahu sains suatu hari nanti akan memberi kami jawaban dalam kasus ini, '' kata Hayes dilansir dari ABC News.
Foto: dok. pinterest.com
Tapi Elaine Sharpe, pengacara keluarga DeSalvo, bersikeras bahwa polisi belum secara sah mengidentifikasi Albert sebagai Pencekik Boston. Dia menambahkan bahwa keponakannya tidak tahu dia telah diikuti dan secara tidak sengaja memberikan bukti untuk surat perintah penggeledahan yang akan menyebabkan mayatnya digali 30 tahun setelah dimakamkan. Albert DeSalvo sendiri tewas pada 25 November 1973 akibat ditikam di rumah sakit penjara oleh Robert Wilson, salah satu anggota geng penjara di Penjara Boston.
ADVERTISEMENT
Sumber: https://www.crimemuseum.org/crime-library/serial-killers/the-boston-strangler/