Daniel Macleod, si Psikopat dan Bandar Narkotika yang Hobi Membunuh

Selidik
"Hanya ada satu kebenaran yang pasti," Conan Edogawa
Konten dari Pengguna
22 November 2020 14:58 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Selidik tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Ilustrasi penjualan narkoba, foto: dok. Pixabay
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi penjualan narkoba, foto: dok. Pixabay
ADVERTISEMENT
Daniel Macleod ialah seorang bandar narkoba yang kerap disebut-sebut sebagai bandar yang hobi membunuh. Tak hanya itu, untuk memperlancar bisnis narkobanya ia juga tak segan-segan untuk membunuh kliennya tanpa pandang bulu.
ADVERTISEMENT
Untuk mempertanggungjawabkan perbuatanya Macleod (37) diganjar maksimal seumur hidup penjara dan minimal 19 tahun. Melansir dari BBC, korban diketahui bernama Abdul Deghayes (22) seorang pemuda yang pecandu akan obat-obatan terlarang tersebut.
Abdul dikabarkan tewas pada 19 Februari 2019 lalu dengan luka tusuk yang cukup serius di bagian belakang tubuhnya. Menurut Macleod, ia membunuh Abdul dengan delapan kali tusukan.
Hal itu dilakukan ketika si korban berhasil sepakat dengan harga kokain yang ditawarkan. Namun sesaat setelah ia membalikan badan dan melangkah pergi, Macleod justru menusuknya secara brutal yang mengakibatkan Abdul mengalami pendarahan hebat.
Ilustrasi Penusukan, foto: dok. Pixabay
Usut punya usut, rencana pembunuhan ini sebenarnya telah direncanakan Macleod jauh-jauh hari. Tepatnya ketika Abdul mencoba menghubunginya bahwa ia tertarik membeli kokain dari Macleod. Alhasil dari pembunuhannya ini Macleod disebut sebagai si psikopat kokain.
ADVERTISEMENT
Di dalam persidangan sang ayah Abubaker Deghayes nampak terpukul atas tewasnya putra ketiganya tersebut. Terlebih ketiga saudara lainnya sudah terlebih dulu meninggal di pertempuran Suriah beberapa tahun lalu. Ia juga sempat mengatakan, bahwa Abdul merupakan anak yang menyenangkan. Walaupun ia adalah seorang pecandu berat.
Di waktu yang sama, Macleod sempat mengelak bahwa ia tak berniat sama sekali untuk membunuh Abdul. Bahkan ia juga menyesali atas pekerjaanya sebagai pengedar narkoba.
Namun jaksa penuntut umum membantah itu semua dengan semua barang bukti kuat yang mengarah padanya. Jaksa pun beranggapan bahwa semua pembelaan yang disampaikan Macleod ialah bertujuan untuk meminta “pengampunan”, agar mengurangi beban hukuman yang akan diberikan.
Benar saja apa yang disimpulkan jaksa akhirnya diamini hakim. Oleh karena itu, Deghayes pun menangis dan berterima kasih lantaran telah memberikan hukuman setimpal kepada si pelaku.
ADVERTISEMENT
Terlebih pembelaan Macleod sebenarnya tak logis. Jika memang Macleod tak bersalah, dan insiden tewasnya Abdul adalah bentuk pertahanan diri akibat Abdul yang lebih dulu menyerangnya. Seharusnya luka sobek akibat tangkisan pisau itu ada di antara kedua tangan Macleod.
Ilustrasi pengadilan, foto: dok. Pixabay
Tapi pada kenyataanya, luka sobek itu ada di tangan kanan korban. Hal ini juga diperkuat dari hasil olah TKP, yang menunjukan bahwa luka di lengan kanan Abdul merupakan bentuk perlawanannya sebelum ia berhasil tertusuk oleh Macleod. Lalu hakim kemudian secara tegas memberikan hukuman berlapis untuk pelaku, yakni pembunuhan tingkat pertama dan penjualan barang narkotika.
Sember: https://www.bbc.com/news/uk-england-sussex-54937225