Mengenali Kematangan Individu dalam Perkuliahan Psikologi Pendidikan

Selvia Parwati Putri
Mahasiswi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Konten dari Pengguna
8 Oktober 2021 17:47 WIB
comment
2
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Selvia Parwati Putri tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Perkuliahan Psikologi Pendidikan berlangsung di kelas 3C program studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Kelas dimulai pukul 07.30 WIB seperti biasanya. Pada pagi hari itu, perkuliahan membahas mengenai “Kematangan, Teori Belajar Behavioristik dan Humanistik”. Pertama-tama, mahasiswa yang bertugas untuk presentasi langsung memaparkan materi yang telah disiapkan dengan menayangkan salindia dengan pernik yang menarik. Kemudian, dilanjut dengan sesi tanya jawab antarmahasiswa dan diakhiri oleh pemaparan materi atau meluruskan hasil diskusi yang dipaparkan oleh Ibu Maolidah, M.Psi., selaku dosen pengampu mata kuliah Psikologi Pendidikan yang berlangsung pada Jumat (01/10/2021).
ADVERTISEMENT
Ibu Ida –begitu panggilan akrabnya— menjelaskan mengenai kematangan pada individu manusia. Menurutnya, usia 40 tahun ialah usia dengan puncak tingkat kematangan seseorang. Pola berpikir pada usia tersebut bukan hanya berfokus pada tataran fisik. Sedangkan, usia remaja, masih ingin memuaskan tataran fisik. “Masih seneng kalau liat minuman-minuman boba dengan berbagai rasa, kemasan yang cantik, dan tempat yang menarik.”, jelas Ibu Ida sambil tersenyum kecil lalu diikuti senyuman dari para mahasiswa di layar Meet.
“Nah, tentu kesiapan belajar itu juga tergantung bagaimana kesehatan fisik dan psikologisnya. Kematangannya juga menentukan.”, terang Ibu Ida. Menurutnya, penyimpangan seksual yang juga marak terjadi tidak terlepas dari kematangan reproduksi seseorang yang telah siap. “Orang tua jangan anggap sepele kalau anaknya sudah mengalami menstruasi bagi perempuan. Kadang ada orang tua yang masih ‘ah, biarin aja, anak sendiri ini.’ Nah, itu yang masih keliru.”
Tangkapan layar saat perkuliahan Psikologi Pendidikan tengah berlangsung
Ibu Ida menjelaskan bahwa perbuatan-perbuatan sepele orang tua yang dilakukan kepada anaknya akan berdampak jauh untuk pemikiran dan perilaku anak ke depan. Mengganti pakaian di depan anak yang sudah matang, tidur bersama, itu merupakan hal yang menjadi warning terhadap pola pertumbuhan psikis anak, begitu menurut perempuan asal Majalengka itu.
ADVERTISEMENT
“Ketika pola pertumbuhan psikis anak terganggu, maka kematangannya juga akan terganggu. Apabila ada seseorang yang mengalami disharmonisasi terhadap perkembangan emosinya, kita harus melihat background perkembangan emosinya. Kita harus melihat regresinya. Apakah orang itu mengalami proses pertumbuhan atau perkembangan yang terlambat atau tidak.”, ungkap Ibu Ida
Menurutnya, ketika kita sudah mengetahui latar belakang dari perkembangan emosi, pertumbuhan, dan perkembangan seseorang, maka kita bisa mengetahui bagaimana cara kita berhadapan dengan seseorang itu. Selain itu, kita diharapkan sudah tidak heran apabila mendapati seseorang yang umurnya sudah dewasa, tetapi terlihat belum matang.