Mengetahui Konvensi Sastra dalam Perkuliahan Teori Sastra

Selvia Parwati Putri
Mahasiswi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Konten dari Pengguna
22 Oktober 2021 18:01 WIB
·
waktu baca 2 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Selvia Parwati Putri tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Tangkapan layar saat perkuliahan Teori Sastra berlangsung.
zoom-in-whitePerbesar
Tangkapan layar saat perkuliahan Teori Sastra berlangsung.
ADVERTISEMENT
Perkuliahan Teori Sastra berlangsung di kelas 3C program studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Kelas dimulai pukul 10.30 WIB. Pada pagi hari menjelang siang itu, perkuliahan membahas mengenai “Konvensi Sastra”. Pertama-tama, mahasiswa yang bertugas untuk presentasi langsung memaparkan materi yang telah disiapkan dengan menayangkan infografis yang telah dikemas dengan menarik.
ADVERTISEMENT
Kemudian, dilanjut sesi memberikan jawaban terhadap pertanyaan yang sudah diberikan oleh kelompok lain di hari sebelumnya, dan diakhiri oleh pemaparan materi atau meluruskan hasil diskusi yang dipaparkan oleh Bapak Ahmad Bahtiar, M.Hum. selaku dosen pengampu mata kuliah Teori yang Sastra. Kelas ini berlangsung pada Kamis (21/10/2021).
Pak Abah – begitu panggilan akrabnya – menjelaskan mengenai konvensi sastra. Menurutnya, konvensi sastra itu perlu dan penting, tetapi sifatnya tidak membatasi. “Tidak mungkin puisi disebut puisi kalau tidak ada konvensi sastra. Namun, konvensi sastra sifatnya tidak membatasi,” ujar dosen yang tengah menempuh studi S-3 di Universitas Sebelas Maret itu.
Karya sastra seperti prosa, novel, puisi, dan karya sastra lainnya masing-masing mempunyai bahasanya sendiri. Bahasa di dalam masing-masing karya sastra sesuai dengan ciri khasnya. Konvensi dari tiap karya sastra pun berbeda. Konvensi puisi berbeda dengan konvensi drama dan prosa, begitu pula dengan konvensi pantun yang memiliki konvensinya sendiri. Pantun yang terdiri dari empat baris, memiliki sampiran dan isi, bersajak a-b-a-b ialah disebut konvensi pantun. Artinya, pantun memiliki aturan-aturan seperti itu di dalam penciptaannya.
ADVERTISEMENT
Tokoh dan penokohan dalam novel juga termasuk dalam konvensi sastra. Perlu diketahui bahwa tokoh yang baik ialah tokoh yang dinamis. Selain tokoh, terdapat pula penokohan atau karakter tokoh. Karakter dari setiap tokoh dapat kita ketahui dari pikiran, perbuatan, dan perkataannya dalam cerita. Namun, ada pula pengarang yang telah menyebutkan karakter tokohnya dan itulah cara paling mudah untuk mengetahui karakter tokoh.
“Konvensi sastra tentu perlu dan penting. Namun, konvensi perlu diubah. Batasan sastra memang beda tipis,” ungkap Pak Abah. Tujuan diubahnya konvensi sastra ialah tidak lain untuk kepentingan estetika atau keindahan. Dengan demikian, konvensi sastra sifatnya tidak membatasi. Pasti ada kreativitas dan inovasi dari si pengarang.
Sastra harus ada inovasi dalam semua hal. Itulah sebabnya perkembangan karya sastra selalu berada dalam ketegangan antara konvensi dan inovasi. Maksud ketegangan di sini ialah terjadi perubahan. Seiring dengan perkembangan zaman, konvensi sastra mengalami perubahan sesuai dengan dorongan untuk berkreativitas dan keinginan untuk berinovasi yang muncul dari si pengarang.
ADVERTISEMENT