Kembangkan Desa Melek Literasi, Tim KKN UNDIP Mendesain Rumah Baca Masyarakat

Seftalia Ersa Wardiana
seorang mahasiswi jurusan Teknik Infrastruktur Sipil dan Perancangan Arsitektur, diploma 4 (Sekolah Vokasi), Universitas Diponegoro
Konten dari Pengguna
12 Februari 2023 20:33 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Seftalia Ersa Wardiana tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Pemalang (8/2/2023). Literasi sebuah kata yang tidak memiliki batas usia untuk peminatnya. Literasi dianggap merupakan inti kemampuan dan modal utama bagi generasi muda dalam belajar dan menghadapi tantangan-tantangan masa depan. Pembelajaran literasi yang bermutu adalah kunci dari keberhasilan generasi mendatang. Indonesia sendiri masih di peringkat 60 sebagai negara sadar membaca di dunia, baik anak-anak maupun orang dewasa sama-sama rata memiliki kesadaran membaca yang masih rendah. Hubungan antara masyarakat dengan literasi cukup berpengaruh. Akan tetapi, saat ini minat membaca buku cetak mulai hilang dan masyarakat memilih dunia maya yang mana akses informasi sering tidak diketahui sumber dan kebenarannya dan memilih literasi media sebagai cara instannya.
ADVERTISEMENT
Mendatangi rumah baca yang bernama TBM Adinda di Desa Majakerta, Kecamatan Watukumpul, Pemalang sebagai sample program keilmuan monodisiplin, Seftalia Ersa Wardiana selaku mahasiswa KKN Universitas Diponegoro jurusan Teknik Infrastruktur Sipil dan Perancangan Arsitektur mencoba berbincang-bincang dengan pengelolanya, “Sejauh ini rumah baca ini anggotanya hanya anak-anak SD yang banyak. SMP hanya sebatas relawan kalau saya mengadakan acara-acara kecil.” ujar Ibu Lilis, pendiri TBM Adinda. Beliau menghendaki pergerakan desa literasi di Desa Majakerta, hanya saja keterbatasan ruang dan belum tertatanya ruangan interior menjadi penghalang.
Kondisi eksisting rumah baca TBM Adinda (dok. pribadi)
Hasil dari diskusi tersebut, Seftalia mengajukan menjadi relawan untuk mendesainkan rumah baca dengan konsep baru arsitektur industrial minimalis berbeda dengan desain taman baca lainnya yang indentik dengan colourfull agar keterjangkauan minat literasi bisa sampai target ke masyarakat. “Saya dari dulu berangan-angan kepengen konsep bangunan seperti itu, soalnya kadang disini juga jadi tempat diskusi organisasi desa seperti pokdarwis (kelompok sadar wisata) dan ibu-ibu kelompok literasi juga. Jadi biar bisa kerasa nyaman dan santai kayak di cafe. Beruntung kita sepemikiran, Mbak.” ungkap Ibu Lilis Kembali.
Asistensi desain rumah baca TBM Adinda Majakerta (dok. pribadi)
Pembuatan desain dilakukan melalui beberapa tahapan dan observasi. Survey dilakukan dengan sketsa kasar kondisi eksisting berdasarkan pengukuran lahan lokasi secara langsung untuk memudahkan pembuatan layout. Pengaplikasian desain dilakukan menggunakan 3D modeling dengan ukuran lahan terambil 20 m x 10 m yang terdiri dari ruang diskusi dan baca, ruang les, mushola, tempat wudhu, dua kamar mandi, satu kamar tidur dan dapur. Penentuan tata letak jendela juga diperhatikan untuk sirkulasi udara agar cahaya dapat optimal dan efisien penggunaan listrik.
Hasil redesain 3D modeling rumah baca TBM Adinda (Dok. Pribadi)
Pada tanggal 11 Februari 2023 pukul 11.00 WIB, desain telah diberikan kepada Ibu Lilis selaku pendiri dan penanggungjawab rumah baca TBM Adinda. “Terimakasih banyak Mbak Sasa (Seftalia). Desainnya sesuai harapan saya, semoga dapat direalisasikan secepatnya. Suasananya keliatan santai dan nyaman di desainnya, semoga makin banyak yang mampir kesini nanti kalau sudah dibangun.” tutur beliau.
ADVERTISEMENT