Mural kemerderkaan indonesia.

Nasionalisme/Pascanasionalisme

Seno Gumira Ajidarma
Seno Gumira Ajidarma lahir tahun 1958. Bekerja sebagai wartawan sejak tahun 1977. Menulis fiksi maupun nonfiksi, dalam media massa maupun jurnal ilmiah, mendapat sejumlah penghargaan sastra, dan mengajar di berbagai perguruan tinggi.
9 Januari 2022 8:45 WIB
·
waktu baca 4 menit
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Banyak orang berjualan nasionalisme, bagian dari cara membangun kredibilitas dan identitas, seperti nasionalisme itu sebuah topeng kulit yang melekat pada wajahnya sendiri. Padahal nasionalisme itu barang jualan yang sejak kata pascanasional belum dikenal pun sudah bermasalah.
Nasionalisme, dalam pengertian umum, adalah rasa memiliki pada kelompok yang disatukan oleh ikatan rasial, linguistik, sejarah, dan biasanya dengan wilayah tertentu. Dalam pengertian khusus, nasionalisme adalah korespondensi ideologi yang memuliakan negara-bangsa sebagai bentuk ideal organisasi politis dengan klaim atas pentingnya kesetiaan warga (Bullock., Reilly. dalam Bullock dan Trombley, 1999:562).
Sebetulnya baru sejak akhir abad ke-18 kewarganegaraan dan identitas nasional hadir bersama, yang kemudian menjadi sosok nasionalisme, demi keperluan fungsional menyediakan prinsip integrasi untuk melayani mobilisasi transisi, dari kedaulatan monarki ke kedaulatan rakyat. Nasionalisme menyediakan solusi terhadap problema kembar: legitimasi sekuler dan integrasi kompleks—dalam bangkitnya perpecahan (schism) agama dan revolusi kaum republik.
Lanjut membaca konten eksklusif ini dengan berlangganan
Keuntungan berlangganan kumparanPLUS
check
Ribuan konten eksklusif dari kreator terbaik
check
Bebas iklan mengganggu
check
Berlangganan ke newsletters kumparanPLUS
check
Gratis akses ke event spesial kumparan
check
Bebas akses di web dan aplikasi
Kendala berlangganan hubungi [email protected] atau whatsapp +6281295655814
Sedang memuat...0 Konten
Sedang memuat...0 Konten
Sedang memuat...0 Konten
Sedang memuat...0 Konten
Sedang memuat...0 Konten