Konten dari Pengguna

Kepemimpinan Kearifan Lokal Budaya Jawa Sebagai Model Siapkan Kepemimpinan Muda

Salsabila Khoirunnisa
Seorang mahasiswi jurusan Pendidikan Agama Islam STIT Madani Yogyakarta. Yang tertarik dengan isu pendidikan, psikologi dan parenting keluarga.
15 Juli 2024 10:05 WIB
·
waktu baca 4 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Salsabila Khoirunnisa tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Sumber: Doc Pribadi (Kraton Yogyakarta)
zoom-in-whitePerbesar
Sumber: Doc Pribadi (Kraton Yogyakarta)
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Bukan hal yang asing bagi kita mendengar bahwa kaum muda akan menjadi pemimpin pada masa berikutnya. Sejalan dengan ungkapan Syaikh Musthafa Al Galayani dalam kitab Idha-atun Nasyi’in. Yaitu pemuda hari ini adalah pemimpin masa depan. Oleh karena itu perlu dipersiapkan kepemimpinn muda dari sekarang.
ADVERTISEMENT
Akan tetapi persoalan yang ada sekarang adalah praktik model kepemimpinan saat ini berbasis pada model-model yang berasal dari Amerika Serikat, Eropa, Jepang sehingga diperlukan banyak penafsiran dan adaptasi untuk menyesuaikan dengan kondisi dan kebudayaan lokal. Untuk mengatasi permasalahan tersebut, bangsa Indonesia sebenarnya sudah memiliki warisan luhur dari nenek moyang. Dalam berbagai budaya daerah di Indonesia terdapat kekayaan yang tak ternilai, yaitu kekayaan kearifan lokal berupa kepemimpinan dan berbagai kebijakan hidup untuk dijadikan pegangan para pemimpin. Dan bisa dijadikan sebagai model kepemimpinan muda di masa depan.

Kepemimpinan Kearifan Lokal Budaya Jawa

Kearifan lokal budaya Jawa dari zaman dahulu terkenal sebagai budaya adihulung yang menyimpan banyak nilai yang sangat luhur mulai dari etika dan sopan santun di dalam rumah sampai sopan santun di ranah publik. Bagaimana mengeluarkan pendapat, berbicara kepada orang tua, berpakaian, adab makan minum, memperlakukan orang lain, berbuat baik dan sebagainya semua itu telah ada dalam budaya Jawa. Dan kepemimpinan kearifan lokal budaya Jawa ini bisa dijadikan model dalam siapkan kepemimpinan muda masa depan.
ADVERTISEMENT
Falsafah kepemimpinan Jawa merupakan data tentang kekuasaan dan kepemimpinan Jawa menyoroti pengaruh faktor-faktor sastra, budaya dan politik. Tradisi kepemimpinan Jawa ini mengalami perkembangan menuju kepemimpinan modern dengan mencampurkan pendekatan terbuka dan tradisional. Kekuasaan di Jawa sangat erat dengan pemimpinnya, baik dalam konteks tradisional maupun modern. Ini memberikan kewibawaan pada pemimpin yang terkait erat dengan persoalan budaya kekuasaan yang kompleks.
Ketika menjadi pemimpin, orang Jawa memiliki beberapa semboyan atau pandangan hidup yang selalu harus dilaksanakan agar kepemimpinannya berjalan dengan baik. Sikap dan pandangan itu antara lain ialah seorang pemimpin harus dapat hamangku, hamengku, hamengkoni. Hamangku diartikan sebagai sikap dan pandangan yang harus berani bertanggung jawab terhadap kewajiban, hamengku diartikan sebagai sikap yang harus berani ngerengkuh (mengaku) sebagai kewajibannya dan hamengkoni diartikan sebagai sikap berani melindungi dalam segala situasi.
ADVERTISEMENT
Ungkapan yang paling popular dalam masyarakat adalah ing ngarsa sung tuladha, ing madya mangun karsa, tut wuri handayani. Ungkapan ini mengandung nilai-nilai yang sangat baik untuk panutan seorang pemimpin. Dia harus selalu berada di depan untuk memberikan contoh yang baik dalam bentuk sikap, ucapan, dan tindakan yang selalu konsisten. Ketika seorang pemimpin berada di tengah rakyatnya, dia harus mangun karsa (memberi semangat) agar rakyat tidak mudah putus asa jika menghadapi segala macam cobaan. Ketika dia ada di belakang dia harus selalu tut wuri handayani (mau mendorong) agar rakyat selalu maju.

Kepemimpinan Hasta Brata

Hasta Brata merupakan watak atau sifat utama yang diambil dari sifat alam. Hasta mempunyai arti depalan sedangkan Brata mempunyai arti laku. Dapat diartikan juga bahwa Hasta Brata adalah delapan laku, watak atau sifat utama yang harus dipegang teguh dan dilaksanakan oleh seorang pemimpin atau siapa saja yang terpilih menjadi pemimpin. Berdasarkan konsep tersebut maka seorang pemimpin harus memiliki delapan sifat alam yaitu: bumi, matahari, api, samudera, langit, angin, bulan dan Bintang.
ADVERTISEMENT
Dari delapan sifat alam itu maka sifat pemimpin yang perlu ada dalam setiap pemimpin adalah sifat tegas, motivator, berani, berpandangan luas, melindungi, fleksibel, solutif dan panutan. Dengan semua sifat ini, pemimpin dengan delapan karakteristik Hastabrata merupakan ciri kepemimpinan paling ideal.

Kepemimpinan Kearifan Lokal Budaya Jawa Sebagai Model Kepemimpinan Muda

Mentransformasikan nilai, pemikiran atau ajaran di masa lalu ke masa kini, memang sulit, tetapi bukan berarti tidak bisa. Kepemimpinan kearifan lokal budaya Jawa ini dapat direalisasikan dalam model kepemimpinan muda di masa depan. Seperti dalam membangun dan membentuk seorang pemimpin yang sopan, jujur, adil dan bijaksana dapat dengan mengenalkan kebudayaan Jawa secara mendalam.
Kearifan lokal budaya Jawa tentang kepemimpinan Hasta Brata memberikan pandangan baru terhadap pembelajaran kepemimpinan yang filosofis terhadap lingkungan internal dan eksternal. Oleh karena itu melengkapi pendekatan positivis model barat kepemimpinan kearifan lokal budaya Jawa Hasta Brata ini bisa di kombinasikan dengan teori kepemimpinan modern, akan muncul konsep baru model kepemimpinan teori yang mungkin akan masih masih terus berkembang untuk meningkatkan outcome yang lebih efektif.
ADVERTISEMENT
Ditulis Oleh: Noviatuzzahro Kadariyyah, Salsabila Khoirunnisa, Dr. Sarwadi M.Pd.I
Referensi:
Adhitya, & Asbari, M. (2024). Falsafah kepemimpinan Jawa : butir-butir nilai yang membangun karakter seorang pemimpin menurut budaya Jawa. Literaksi: Jurnal Manajemen Pendidikan, 02(02), 141–146.
Bai, Xuezhu & Roberts, William.2011. Taoism and its model of traits of succesfull leaders. Journal of Management Development Vol. 30 No. 7/8, 2011.
Purwadi. 2012. Konsep kekuasaan Jawa menurut serat nitipraja. Universitas Negeri Yogyakarta.
Yasasusastra, J. Syahban. 2011. Hasta Brata 8 Unsur Alam Simbol Kepemimpinan. Yogyakarta : Pustaka Mahardika.