Hajj Journey 2: Tapak Tilas Perjalanan Religiusitas Manusia

Shamsi Ali
Putra Indonesia ini merupakan Imam yang dihormati di AS. Dinobatkan sebagai salah 1 tokoh agama berpengaruh di New York.
Konten dari Pengguna
20 Juli 2019 4:48 WIB
comment
1
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Shamsi Ali tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Suasana Kakbah di Masjidil Haram Foto: AP Photo/Dar Yasin
zoom-in-whitePerbesar
Suasana Kakbah di Masjidil Haram Foto: AP Photo/Dar Yasin
ADVERTISEMENT
Ada indikasi kuat bahwa haji atau amalan-amalan ritual di Tanah Haram sudah ada sejak awal turunnya manusia ke bumi. Hal itu terbukti dengan jejak-jejak sejarah kedua orang tua manusia, Adam dan Hawa, yang diturunkan ke bumi di sekitar wilayah Tanah Haram.
ADVERTISEMENT
Belakangan diketahui mereka pertama kali turun atau diturunkan ke bumi dalam keadaan terpisah. Mereka pun saling mencari didorong oleh rasa “rahmah” (kasih sayang) yang ada pada keduanya. Maka atas kasih sayang Allah mereka dipertemukan di sebuah bukit yang juga dikenal dengan Bukit Rahmah (bukit kasih sayang). Bukit itu lebih dikenal saat ini dengan nama “Jabal Rahmah”.
Sudah pasti tidak ada catatan sejarah mengenai mereka berdua. Tidak ada catatan tinta kasat, kecuali narasi-narasi yang disimpulkan dari informasi langit.
Belakangan diriwayatkan bahwa Adam meninggal di Kota Suci Makkah. Dan dikuburkan di “lokasi suci” sekitar Kakbah. Ada yang menyebutkan Adam dikuburkan di sebuah lokasi antara Kakbah dan Sumur Zam-Zam saat ini.
ADVERTISEMENT
Sementara Hawa melakukan perjalanan hingga ke pinggiran pantai di sebuah daerah di luar Kota Suci Makkah. Daerah pinggiran pantai itu sekarang dikenal sebagai sebuah kota metropolitan di Arab Saudi bernama Jeddah. Di sanalah nenek manusia itu dikuburkan. Bahkan kuburannya hingga kini menjadi salah satu tujuan para peziarah Makkah dan Madinah.
Namun demikian, catatan sejarah tentang ritual haji yang paling jelas dalam literasi agama kembali kepada sejarah Ibrahim AS dan keluarganya. Ibrahim dan keluarganyalah, khususnya anak istrinya Hajar dan Ismail AS, yang kemudian menjadi tema sentral dalam pembicaraan tentang haji dan tanah suci.
Ibrahim akan menjadi sebutan berulang dalam membahas tentang haji dan Tanah Haram. Dari Ihram, ke Wukuf, Muzdalifah, Mina, hingga ke Thawaf dan Sa’i. Semuanya tidak terlepas dari sejarah napak tilas Ibrahim AS dan anaknya, Ismail AS.
ADVERTISEMENT
Bahkan ada juga sebutan riwayat bahwa Musa AS juga pernah melakukan tawaf di sekitar Kakbah. Entah kapan dan bagaimana? Teknisnya memang Allah yang Maha Tahu.
Suasana bangunan kakbah di Masjidil Haram dari atas Foto: AP Photo/Dar Yasin
Tapi yang pasti memang Kakbahlah dalam sejarah agama yang pertama kali dijadikan sebagai pusat “ibadah”. Karenanya sangat wajar manusia secara turun-temurun telah menjadikan tempat ini sebagai pusat “peribadatan”.
Alquran menyebutkan: “sesungguhnya rumah (tempat ibadah) yang pertama ditempatkan di bumi adalah yang ada di Kakbah yang suci itu.” (Alquran).
Demikian dalam sejarahnya kita kenal juga bahwa jauh sebelum Rasulullah SAW dilahirkan di Tanah Makkah, kaum Arab dan tetangga-tetangganya telah menjadikan Kakbah sebagai pusat ritual ibadah mereka. Hanya saja mereka melakukan itu tanpa syariat (aturan agama) yang benar.
ADVERTISEMENT
Salah satu yang kita baca dalam sejarah bahwa kaum Arab sebelum Muhammad SAW hadir melakukan tawaf di sekitar Kakbah dan Da’i di antara Shofa-Marwa dengan telanjang.
Umat Islam melakukan Tawaf keliling Kakbah sebagai bagian dari pelaksanaan ibadah Umroh di Masjidil Haram, Makkah Al Mukarramah, Arab Saudi. Foto: Antara/Aji Styawan
Demikian seterusnya tempat yang dikenal dengan Tanah Haram ini menjadi pusat peribadatan sepanjang sejarah. Dan dengan kehadiran Ibrahim dan putranya Ismail mendoakan: “Wahai Tuhan kami, jadikan hati sebagian manusia cinta kepadanya (Makkah)” hal itu semakin mengakar.
Diutusnya Rasul dan Nabi penutup, Muhammad SAW, menjadikan praktik ritual bersejarah itu menjadi “hukum” atau syariat yang baku. Bahkan dalam agama Islam dijadikan sebagai salah satu pilar (tiang) agama itu sendiri.
ADVERTISEMENT
Bahkan disebutkan, di Al-Bait al-Ma’muur di sekitar Arsy Allah, malaikat tiada henti melaksanakan tawaf menyembah dan membesarkan asma Allah. Maka di bumi sekitar Kakbah inilah tempat para hamba Allah tiada hentinya menyembah Allah dan membesarkan asma-Nya.
Dengan melaksanakan ibadah haji kita diingatkan kembali perjalanan “keagamaan” dan “ketaatan” kepada Tuhan. Seolah dengan perjalanan haji kita membangun kembali komitmen keagamaan dan ketaatan dalam sejarah interaksi manusia dengan penciptanya. (Bersambung.....).
New York, 19 Juli 2019
* Presiden Nusantara Foundation / Pembimbing Nusantara Hajj & Umrah Group USA.
Chika Nakamura, mantan petinju profesional yang kini menjadi seorang muslimah dan mendedikasikan dirinya di jalan dakwah. Foto: Dok. Shamsi Ali
Foto: Dari sekian yang Allah berikan hidayah melalui usaha dakwah sederhana kami adalah Chika Nakamura. Dari petinju profesional, juara dunia, dan atleti sukses, menjadi seorang muslimah dan saat ini berjuang di jalan dakwah. Terakhir kakeknya yang berumur 95 tahun di Jepang menerima Islam. Chika Nakamura, tinggal di Kota New York, warga Amerika keturunan Jepang. Doakan Semoga istiqamah!
ADVERTISEMENT