Hajj Journey 9: Wukuf di Arafah

Shamsi Ali
Putra Indonesia ini merupakan Imam yang dihormati di AS. Dinobatkan sebagai salah 1 tokoh agama berpengaruh di New York.
Konten dari Pengguna
5 Agustus 2019 8:51 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Shamsi Ali tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Jemaah haji Nusantara USA berkunjung ke kebun kurma di Madinah. Foto: Shamsi Ali
zoom-in-whitePerbesar
Jemaah haji Nusantara USA berkunjung ke kebun kurma di Madinah. Foto: Shamsi Ali
ADVERTISEMENT
Dalam sebuah hadisnya, Rasulullah SAW pernah menekankan seolah semua inti sari pelaksanaan haji itu ada pada wukuf di Arafah. Beliau nampaknya ingin menggambarkan urgensi mendasar dari rukun haji ini. Bahwasanya wukuf itu menyimpulkan semua amalan haji.
ADVERTISEMENT
Sabda beliau: ”Al-hajju Arafah,” (haji itu adalah Arafah).
Wukuf itu berasal dari kata ”waqafa-yaqifu-waqfun wa wuquufun” yang berarti berdiri atau berhenti.
Maka, wukuf di Arafah dapat dipahami sebagai berhenti atau berada di Padang Arafah pada waktu tertentu (9 Zulhijah antara zuhur dan magrib) dengan niat sebagai ibadah kepada Allah SWT.
Wukuf di Arafah formalnya dimulai ketika waktu salat zuhur telah tiba. Dimulai dengan sholat zuhur dan asar (Jamak qasar) lalu diikuti dengan khotbah Arafah oleh khatib. Dilanjutkan kemudian dengan doa, boleh bersama-sama atau sendiri-sendiri.
Satu hal harus menjadi catatan penting bagi jemaah haji adalah bahwa ketika matahari telah tergelincir atau masuk waktu zuhur, maka mereka tidak diperbolehkan untuk keluar dari daerah Arafah, walau sejengkal. Berada di dalam daerah wukuf merupakan kewajiban hingga terbenam matahari.
ADVERTISEMENT
Jika kalau sampai keluar dari Arafah walau satu jengkal saja, maka sebuah wajib haji dilanggar. Itu berarti yang bersangkutan harus membayar dam atau menyembelih kambing atau domba.
Orang yang wukuf di Arafah tidak harus dalam keadaan wudu. Walaupun pastinya harus memulai dalam keadaan wudu karena wukuf dimulai dengan salat zuhur. Namun setelah itu jika wudunya batal, yang bersangkutan tidak diharuskan berwudu.
Walaupun demikian, para ulama sangat menganjurkan agar jemaah yang sedang wukuf sebisanya dalam keadaan wudu. Karena wukuf Arafah adalah ibadah penting dan setiap ibadah hendaknya dilakukan dalam keadaan wudu.
Selama wukuf di Arafah, jemaah haji sangat dianjurkan untuk memperbanyak doa, zikir, tasbih, tahmid, atau beristigfar sebanyak mungkin. Atau juga membaca ayat-ayat suci Alquran atau melanjutkan talbiah yang dibaca sejak awal ihramnya.
ADVERTISEMENT
Zikir yang paling afdal dibaca selama wukuf adalah: ”laa ilaaha illallah wahdahu laa syariika lahu lahul mulku walhul hamdu wa huwa alaa kulli syaein qadiir”.
Jemaah yang sedang wukuf juga diperbolehkan untuk berbicara (yang baik-baik). Bahkan juga tidak dilarang tidur jika memang kelelahan.
Demikian seterusnya hingga menjelang terbenam matahari, para jemaah sangat dianjurkan untuk keluar dari tenda-tendanya untuk berdoa di bawah langit yang terbuka. Rasulullah SAW melakukan itu, bahkan mengangkat tangannya ke langit tinggi-tinggi.
Jika matahari terbenam (masuk waktu magrib), para jemaah diperbolehkan untuk meninggalkan Arafah. Mereka tidak melakukan salat magrib di Arafah, tapi melakukan salat magrib dan isya dengan jamak qasar di Muzdalifah. ​
Kesimpulannya, wukuf di Arafah adalah salah satu dari rukun haji yang terpenting. Bahkan, orang yang sakit keras pun jika sudah dalam keadaan ihram, wajib dibawa atau dihadirkan di Arafah walau sekejap.
ADVERTISEMENT
(Bersambung...)
Masjid Nabawi, 4 Agustus 2019
* Presiden Nusantara Foundation / Pembimbing jamaah haji Nusantara USA