Ibrahim AS dan Komunitas (4)

Shamsi Ali
Putra Indonesia ini merupakan Imam yang dihormati di AS. Dinobatkan sebagai salah 1 tokoh agama berpengaruh di New York.
Konten dari Pengguna
5 Agustus 2021 7:08 WIB
·
waktu baca 2 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Shamsi Ali tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Ilustrasi gurun di Arab Foto: AFP/Mohamed el-Shahed
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi gurun di Arab Foto: AFP/Mohamed el-Shahed
ADVERTISEMENT
Ibrahim AS memang diutus bukan untuk Mekah. Melainkan untuk tanah Syam dan sekitarnya. Karenanya Ibrahim harus meninggalkan anak-istrinya (Ismail dan Hajar) di lembah yang dalam benak manusia tidak menjanjikan. Gunung bebatuan, padang pasir, dan pastinya berbagai binatang buas yang mengancam kehidupan Hajar dan putranya Ismail AS.
ADVERTISEMENT
Sebelum dengan berat hati meninggalkan kota tua itu, dari balik sebuah gunung Ibrahim AS berhenti sejenak, menengadahkan tangannya ke langit seraya bermunajat, meminta beberapa hal kepada Allah SWT.
Pertama, meminta kiranya Allah menjadikan “sebagian manusia” jatuh hati kepada kota itu. “Waj’al af-ifadatan minan naas tahwi ilaihim”, demikian firmanNya.
Dengan doa inilah Allah membuka jalan bagi banyak orang untuk berkeinginan tinggal di Kota Mekah ini. Tentu ada yang bermotivasi dunia, seperti untuk pekerjaan dan niaga. Tapi motif terutama dari “tahwi” (dari kata hawaa atau keinginan/desire) ini adalah dorongan nilai (value) yang Allah berikan kepada kota ini.
Terlepas dari sejarah Perjalanan orang-orang luar datang ke kota itu, yang konon kabarnya dimulai oleh kabilah Jurhum dari kawasan Yaman tua. Saya justru lebih tertarik menggali makna dari doa Ibrahim ini. Kenapa justru berdoa agar Allah menjadikan manusia jatuh hati kepada kota itu? Kenapa justru bukan meminta “penjagaan” Allah untuk keluarganya?
ADVERTISEMENT
Ada beberapa makna penting dari doa ini.
ADVERTISEMENT
Kedua, doa kedua Ibrahim adalah kiranya Allah memberikan rezeki berupa buah-buahan kepada kota ini. Tentu timbul pertanyaan di benak kita. Kenapa buah-buahan di sebuah daerah/kota yang tidak ada air? Pegunungan batu dan gurun pasir yang kering. Dari mana logika akan datangnya buah-buahan itu?
Di sini Ibrahim AS kembali ingin membuktikan Kuasa Allah. Bahwa dengan Kuasa Allah tidak ada yang mustahil. Buah-buahan yang diminta pastinya akan terwujud dengan cara Allah yang kerap di luar nalar biasa manusia.
Tapi yang makna terpenting dari doa ini adalah bahwa dengan hadirnya orang-orang bertempat tinggal di kota ini Ibrahim tidak menginginkan mereka menjadi orang-orang yang papah dan miskin. Ibrahim memiliki wawasan kemajuan. Bahwa masyarakat ideal di sebuah negeri itu adalah masyarakat yang secara ekonomi mampu dan makmur.
ADVERTISEMENT
Hal ini tentunya menjadi pelajaran penting juga bahwa dalam pandangan Islam, Komunitas atau masyarakat yang dibangun itu harus kuat secara ekonomi. Seperti yang dilakukan oleh Rasulullah di Madinah dengan membeli pasar itu dari masyarakat Yahudi.
Hanya dengan perekonomian yang kuat Komunitas Muslim akan kuat. Kuat secara politik, militer, bahkan menguasai media dan dunia. Salah satu hal yang kita bisa pelajari dari Komunitas Yahudi dunia.
Ketiga, dari semua doa itu, doa terpenting yang Ibrahim panjatkan adakah doa agar kelak Allah mengutus seorang rasul kepada bangsa ini. Doa ini memiliki makna-makna yang luar biasa untuk menjadi pelajaran bagi Umat ini.
ADVERTISEMENT
Doa Ibrahim AS inilah yang kemudian terbukti berabad-berabad kemudian dengan diutusnya Rasulullah, Muhammad SAW. Seorang Rasul yang ternyata menjadi “sayyidul mursaliin” (penghulu para rasul dan nabi). Sekaligus “khatamun nabiyyin” (penutup semua nabi).
Dengan semua doa-doa di atas sekaligus mengajarkan bahwa Ibrahim memang bukan sekadar nabi yang telah hadir menyampaikan wahyu semata. Tapi sekaligus hadir untuk mewujudkan “Komunitas” atau Umat yang besar.
Dan karenanya wajar jika Ibrahim pada dirinya, pada pikiran dan misinya adalah ummah (komunitas/bangsa) (Bersambung)….