Mengenang Ellis Island Medal of Honor

Shamsi Ali
Putra Indonesia ini merupakan Imam yang dihormati di AS. Dinobatkan sebagai salah 1 tokoh agama berpengaruh di New York.
Konten dari Pengguna
4 Oktober 2018 7:52 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Shamsi Ali tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Medali dan buku Ellis Island Medal of Honor. (Foto: Dok: Shamsi Ali)
zoom-in-whitePerbesar
Medali dan buku Ellis Island Medal of Honor. (Foto: Dok: Shamsi Ali)
ADVERTISEMENT
Hari itu harusnya hari bersejarah. Tapi biarlah catatan sejarah itu tercatat di langit. Terkadang hiruk pikuk dunia menjadi labil. Rentang mengantar ke “undesirable end” (ujung yang tidak diinginkan).
ADVERTISEMENT
Di tahun 2009 untuk kedua kalinya seorang Muslim di Amerika terpilih sebagai penerima “Ellis Island Medal of Honor”. Sebuah penghargaan tertinggi non militer yang diberikan kepada immigrant Americans yang dianggap memiliki jasa kepada negara ini.
Dan Alhamdulillah dalam sejarah pemberian award itu saya orang kedua, setelah beberapa tahun sebelumnya seorang Muslim yang lain bernama “Muhammad Ali” yang terpilih sebagai penerima.
Kebanggaan saya adalah pertama karena menjadi satu-satunya orang Islam penerima saat itu (2009). Kebanggaan khusus karena saya pertama imigran Indonesia yang menerima penghargaan ini.
Selain penghargaan dengan sebuah medali, nama-nama para awardees (penerima penghargaan) juga dituliskan di museum pulau “Ellis” (Ellis Island), tempat imigran pertama tiba di kota New York, Amerika.
ADVERTISEMENT
Konon kabarnya juga nama-nama para penerima award (penghargaan) ini dibacakan dalam sebuah resolusi yang ditetapkan oleh Kongres AS.
Saat itu media sosial belum seheboh saat ini. Sehingga peristiwa ini tidak juga heboh. Saya senang karena dengan heningnya peristiwa itu menjadikan langit dengan tenang menerimanya.
Hal lain yang menjadikan saya senang karena penilaian pemerintah Amerika untuk memilih saya karena saya dianggap berjasa dalam mengembangkan hubungan antar komunitas agama di Amerika Serikat.
Saya bersama Jenderal Abi Zayd, former Central Commander US Army . (Foto: Dok: Shamsi Ali)
zoom-in-whitePerbesar
Saya bersama Jenderal Abi Zayd, former Central Commander US Army . (Foto: Dok: Shamsi Ali)
Apapun itu, Semoga penghargaan ini menjadi penyemangat, sekaligus pengingat bahwa tugas di hadapan mata terlalu besar dan berat. Apalagi di saat Islam semakin disalahpahami, bahkan dicurigai sebagai “ancaman”.
ADVERTISEMENT
Penghargaan ini mengingatkan saya bahwa kesalahpahaman dan kecurigaan itu justru harus dijadikan “peluang” untuk membangun persahabatan dan kerjasama. Bahwa pada semua orang dan kelompok ada celah-celah kebajikan (righteousness).
Tantangan kita bukan pada kesalahanpahaman, bahkan kebencian orang lain. Sebab terkadang memang mereka punya alasan, walaupun alasan itu belum terklarifikasi.
Tantangan sesungguhnya adalah bagaimana membalik mispersepsi dan kecurigaan itu menjadi opportunities (peluang-peluang) untuk membangun kesepahaman dan kerja sama (partnerships).
Kini pemberian penghargaan “Ellis Island Medal of Honor” telah berlalu satu dekade (10 tahun). Tentu masa yang telah lama. Tapi penyesalan itu kembali hadir ketika mengingat masa-masa lalu yang kurang produktif.
Oleh karena itu, masanya untuk mengingatkan diri sendiri. Bahwa masih tersisa, sekali lagi tersisa, karena memang tinggal sisa-sisa umur yang ada. Apakah sisa-sisa umur ini bisa dimanfaatkan? Atau akankah berlalu lagi tanpa karya yang bermakna?
ADVERTISEMENT
Saya bersama Penyanyi legendaris Amerika-Hispanic Gloria Estefan, juga awardee. (Foto: Dok: Shamsi Ali)
zoom-in-whitePerbesar
Saya bersama Penyanyi legendaris Amerika-Hispanic Gloria Estefan, juga awardee. (Foto: Dok: Shamsi Ali)
Tentu orang yang bijak (al-qayyis) akan selalu melakukan penghisaban (introspeksi). Melalui introspeksi orang bijak berani melakukan kritikan pada kesalahan-kesalahan yang diperbuatnya. Kritikan itulah yang nanti melahirkan kesadaran untuk melakukan self change (perubahan).
Pada intinya hanya dengan berani melakukan perubahan akan terbangun karya-karya yang diharapkan. Bukankah kita semua sadar bahwa pada akhirnya hanya karya yang dibangun di atas motivasi iman yang akan diperhitungkan?
“Dan berkaryalah! Niscaya Allah akan menilai dan rasulNya dan semua orang-orang yang beriman” (Al-Quran).
ADVERTISEMENT
Penghargaan bukan tujuan dalam berkarya. Penghargaan hanya motivasi dan pengingat semata. Semoga kita semua termotivasi dan teringatkan selalu akan dahsyatnya tanggung jawab kita. Baik pada tataran individu dan juga pada tataran kolektif.
Semoga Allah menjaga!
Catatan: bersama penerima Jenderal Abi Zayd, former Central Commander US Army dan Penyanyi legendaris Amerika-Hispanic Gloria Estefan, juga awardee.