Puasa Itu Pintu Kasih Sayang (3)

Shamsi Ali
Putra Indonesia ini merupakan Imam yang dihormati di AS. Dinobatkan sebagai salah 1 tokoh agama berpengaruh di New York.
Konten dari Pengguna
10 Mei 2019 8:43 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Shamsi Ali tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Ilustrasi bersujud. Foto: Dok. Pixabay
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi bersujud. Foto: Dok. Pixabay
ADVERTISEMENT
Di sebuah riwayat bahwa Ramadan terbagi ke dalam tiga bagian, yaitu sepuluh malam pertama adalah rahmah (kasih sayang), sepuluh malam kedua adalah magfirah, dan sepuluh malam terakhir adalah pembebasan dari api neraka.
ADVERTISEMENT
Terlepas dari kesahihan hadis itu, kontennya jelas sangat justified (benar) dari segi substansi. Di bulan Ramadan inilah masanya kita tidak saja mencari “rahmah”. Tapi tidak kalah pentingnya membangun rahmah di antara kita sesama umat, baik seagama maupun tidak seagama (tapi tetap semanusia).
Kasih sayang atau dalam bahasa agamanya “rahmah” adalah dasar dari segala “qadar” (keputusan) Ilahi. Alam semesta diciptakan, langit dan bumi, dan segala yang ada di antara keduanya tercipta di atas dasar kasih sayang Allah. Wujud kehidupan makhluk tanpa kecuali terbangun di atas dasar “rahmah” Allah, Tuhan Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang.
Realita besar inilah yang kemudian menjadikan Asma Allah yang paling sering terulang setelah Nama Teragung (Al-ism al-A’dzom), ALLAH, adalah Asma-Nya yang bermakna kasih sayang.
ADVERTISEMENT
Kasih sayang Allah inilah yang menjadi bagian karakternya yang di ekspresikan dalam dua bentuk, dan diulang di setiap awal surah di Kitab Sucinya, bismillahir Rahmanir Rahim. Kecuali tentunya di surah kesembilan dari Al-Quran (At-Taubah).
Bagi seorang Mukmin, kita sadari betul bahwa agama ini dari awal hingga akhir, from A to Z, semuanya terbangun di atas rahmat-Nya. Kita mendapat hidayah-Nya, bukan karena keilmuan kita semata. Bukan karena kehebatan usaha kita semata. Tapi karena kita disayang Allah, karena Rahmah Allah juga.
Ibadah-ibadah yang kita lakukan juga, semuanya dimungkinkan karena Rahmah Allah. Kita salat karena hidayah Allah. Hidayah Allah itu Mungkin karena rahmat-Nya. Karenanya Al-Quran itu salah satunya dikenal sebagai “rohmah” Allah bagi manusia.
ADVERTISEMENT
Bahkan pada akhirnya nanti tiada seorang pun yang akan masuk surga Allah kecuali karena rahmah-Nya. Bahkan Rasulullah SAW sekalipun tidak akan masuk surga Allah kecuali karena rahmat-Nya.
Suatu ketika Rasulullah SAW menyampaikan kepada para sahabatnya: “tidak satu orangpun yang akan masuk surga kecuali dengan kasih sayang Allah”. Sahabat bertanya: “engkau pun ya Rasul?”. Rasulullah SAW menjawab: “saya juga kalau bukan karena Rahmah Allah tidak akan masuk surga”.
Demikianlah urgensi rahmah (kasih sayang) Allah SWT. Dan karenanya rahmah adalah salah satu hal terpenting yang kita “mujahadah” (berjuang) untuk mendapatkannya di bulan ini. Karena ketika rahmah telah kita dapatkan, maka semua sudah ada garansinya (terjamin).
Salah satu kejahilan (ignorance) manusia terhadap Islam adalah persangkaan mereka jika konsep Tuhan dalam Islam itu adalah konsep Tuhan yang keras dan bengis. Seolah Tuhan dalam Islam itu tidak mengenal cinta dan kasih.
ADVERTISEMENT
Demikian pula tuduhan kepada Rasul Allah dengan kekerasan dan kebencian. Seolah Muhammad SAW itu adalah sosok yang menakutkan karena kesangaran dan kekasaran akhlak dan perilakunya.
Dengan dukungan media dibangun persepsi yang buruk jika umat ini adalah umat pembenci dan senang perang. Umat yang kesukaannya melakukan pengrusakan dan pembunuhan kepada siapa yang dianggap tidak sejalan dalam akidah dan pemahaman.
Ternyata semua itu terbantah dengan ajaran ini. Allah SWT itu adalah Tuhan yang mengedepankan sifat kasih sayangnya di atas segala sifatNya yang lain. “Wa rahmati wasi’at kulla sate" (dan kasih-Ku melebih segala sesuatu).
Menunjukkan bahwa marahNya Allah sekalipun itu ada dalam ruang lingkup kasihNya. Bagaikan marahnya orang tua kepada anaknya, tentu bukan karena kebencian. Marahnya Allah bahkan menjadi bagian dari rahmah-Nya yang tiada batas.
ADVERTISEMENT
Salah satu bukti terbesar dari rahmah Allah itu adalah pintu-pintu kasih yang dibuka luas untuk mengampuni hamba-hamba-Nya. “Sesungguhnya Allah mengampuni semua dosa hamba-hamba-Nya”, demikian Alquran.
Suasana buka puasa bersama di Masjid Istiqlal, Jakarta Pusat. Foto: Jamal Ramadhan/kumparan
“Wahai hamba-hamba-Ku yang telah melampaui batas, jangan berputus asa dari rahmah-Nya Allah. Sesungguhnya mengampuni semua dosa-dosa hamba-Nya”. Demikian firman Allah pada ayat lain.
Dalam berbagai hadis juga disebutkan Allah membuka pintu seluas-luasnya kepada mereka yang berbuat dosa di malam hari untuk diampuni di siang hari. Dan membuka pintu taubat di siang hari bagi pendosa malam hari.
Bahkan Allah SWT masih membuka kesempatan bertaubat hamba-Nya sebelum terdengar suara terakhir yang akan keluar dari tenggorokan seorang hamba tersebut di saat sakratul maut. Suara ini dikenal dalam bahasa Arab dengan “ghirghaar”.
ADVERTISEMENT
Dalam hadis lain disebutkan: “Sesungguhnya Allah menerima taubat hamba-Nya sebelum tiba masa di mana matahari terbit dari barat”. Artinya pintu taubat selalu terbuka selama kematian atau Kiamat belum terjadi.
Baik ayat-ayat Alquran maupun hadis-hadis Rasulullah SAW semua menggambarkan bagaimana kasih dan sayang Allah dan Rasul-Nya.
Rasulullah SAW pernah sangat marah karena seorang wanita dari kalangan musuh terbunuh di medan perang. Atau ketika sebuah sarang semut dibakar tanpa alasan apapun.
Dari semua itu pesan moral terbesarnya adalah bahwa kasih sayang, apalagi di bulan Ramadan ini menjadi sesuatu yang mutlak. Melakukan kekerasan-kekerasan, terorisme dan pembunuhan kaum sipil jelas tidak saja terkutuk dalam agama. Tapi sesungguhnya merusak secara gamblang ajaran agama yang menjunjung tinggi kehidupan dan kedamaian.
ADVERTISEMENT
Kasih sayang Allah dan Rasul itu membangun karakter kasih sayang terhadap sesama. Sebab rahmah Allah terikat oleh kasih kita kepada sesama. Hadis menegaskan: man laa yarham laa yurham (siapa yang tidak memiliki kasih sayang, tak akan dikasihi oleh Allah SWT”.
“Irham man fil-ardh yarhamka man fis-samaa (kasihi siapa yang ada di bumi, niscaya Dia yang di langit mengasihimu”, sabda baginda Rasulullah SAW.
Dan mereka yang mati dengan kebencian dan perlakukan buruk kepada orang lain, sudah pasti tidak menerima rahmah sebagai prasyarat untuk masuk surga. Sebaliknya, kebencian dan perlakuan buruk mereka kepada sesama akan menyebabkan murka dan siksa Allah yang sangat pedih.
Semoga di bulan yang penuh kasih sayang (rahmah) ini, kita tidak saja disayang. Tapi juga mampu membangun karakter kasih sayang itu. Sehingga dengan karakter itulah bangsa kita, bahkan dunia kita akan lebih aman dan damai. Amin.
ADVERTISEMENT
New York, 8 Mei 2019