Puasa Ramadan-13

Shamsi Ali
Putra Indonesia ini merupakan Imam yang dihormati di AS. Dinobatkan sebagai salah 1 tokoh agama berpengaruh di New York.
Konten dari Pengguna
31 Mei 2018 12:57 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Shamsi Ali tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Islam (Foto: Pixabay)
zoom-in-whitePerbesar
Islam (Foto: Pixabay)
ADVERTISEMENT
Salah satu bentuk misrepresentasi ajaran Islam di dunia Barat khususnya adalah bahwa Islam itu mengajarkan kekerasan, minimal ajarannya penuh dengan kebencian dan kekakuan. Konsep ketuhanan kerap kali ditampilkan sebagai Tuhan yang kasar, bengis, dan tiada belas kasih.
ADVERTISEMENT
Kebodohan atau terkadang juga kebohongan ini sengaja dipromosikan untuk menumbuhkan rasa takut, bahkan kebencian kepada Islam. Apalagi kerap kali memang perilaku segelintir orang-orang yang mengaku Muslim dianggap sebagai justifikasi (pembenaran) untuknya.
Padahal jika dikaji semua aspek ajaran agama ini, baik dari akidahnya, dan seluruh amalan ritual serta muamalahnya mengajarkan kasih sayang itu. Sholat misalnya memang dimulai dengan takbir, mengakui kebesaran Ilahi. Tapi sholat juga diakhiri dengan Salam. Sebuah komitmen kedamaian yang sejati.
Tuhan yang Maha Kasih dalam akidah Islam, salah satunya terefleksi dalam bentuk pengumpunan-Nya. Bahwa Allah SWT yang Maha menguasai langit dan bumi itu membuka pintu-pintu “pengampunan” dan “taubat” bagi semua hamba-Nya yang ingin mendapatkannya dalam hidup.
Saya katakan bagi yang ingin. Karena dalam Islam manusia itu telah di berikan tanggung jawab untuk melakukan tugasnya. Artinya ajaran Islam tidak mengajarkan paham apatisme, tidak peduli, dan mengharap semuanya ditentukan oleh pihak lain. Jika ingin diampuni maka berusahalah untuk diampuni.
ADVERTISEMENT
Al-Quran misalnya menegaskan: “dan bergegaslah kalian kepada ampunan Tuhanmu dan surga yang luasnya seluas langit dan bumi, disiapkan bagi orang-orang yang bertanya”. (Al-Quran).
Kata bergegas mengindikasikan keseriusan dan kesungguhan, serta mujahadah dalam meraih maghfirah Allah SWT. Maknanya jika ingin diampuni kejarlah ampunan itu.
Dalam ampunan Allah inilah nampak secara gamblang kasih dan Rahmah Allah SWT. Allah tidak pernah menutup kemingkinan ampunan itu selama hamba-Nya masih hidup, dan memang ingin diampuni.
Kecintaan Allah yang tiada batas itu menjadikan-Nya mendeklarasikan dengan tegas: “Katakan Wahai hamba-hamba-Ku (ibaadiya) jangan kamu berputus asa dari rahmat Allah. Sesungguhnya Allah mengampuni semua dosa-dosa. Sesuatu sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang”.
Ayat ini menyampaikan beberapa penekanan sebagai berikut:
ADVERTISEMENT
ADVERTISEMENT
Intinya adalah bahwa ampunan Allah itu adalah bentuk kasih-Nya yang terbesar. Hanya dengan diampuni seorang hamba akan masuk surga. Dan hanya dengan rahmat-Nya seorang hamba akan diampuni.
Cerita seorang pembunuhan 99 orang adalah contoh lain dari kasih sayang Allah SWT. Diriwayatkan oleh Al-Bukhari bahwa seorang pemuda telah membunuh 99 orang. Lalu mendatangi seorang ahli ibadah dan bertanya kira-kira Allah masih akan mengampuninya?
Sang ahli ibadah itu menjawab bahwa dia tidak akan diampuni lagi dengan dosa sebesar itu. Jangankan membunuh 99 orang. Membunuh seorang saja dosanya bagaikan membunuh seluruh umat manusia.
Mungkin karena frustrasi dan marah, sang pemuda itu juga membunuhnya. Kini ia telah membunuh 100 orang. Tapi keinginan untuk diampuni masih ada dalam hatinya. Dia pun berjalan hingga ketemu dengan ahli ilmu dan bertanya apakah Allah masih mengampuninya?
ADVERTISEMENT
Mendengar itu sang ahli ilmu teringat dengan ayat tadi, “Wahai hamba-hamba-Ku jangan berputus asa dari Rahmat Allah...sesungguhnya Allah mengampuni semua dosa”. Melihat keseriusan dan kemanisan hati sang pemuda, ahli ilmu itu menjawab: “Iya Allah masih akan mengampuninya”.
Cerita saya singkat. Sang pemuda diarahkan untuk berangkat ke sebuah kampung dan bergabung dengan penghuni kampung itu beribadah kepada Allah SWT. Di tengah jalan dia meninggalkan dunia. Malaikat surga dan neraka pun berebut untuk menjemputnya.
Namun Allah dengan Rahmat-Nya dan kasih-Nya mengampuni dosa-dosanya. Walau telah membunuh 100 orang dengan Rahmat dan ampunannya sang pemuda itu akhirnya diputuskan menjadi penghuni surga.
Kalau semua dosa diampuni, lalu bagaimana dengan dosa yang dinyatakan oleh Al-Quran tidak terampuni? Yaitu dosa syirik atau dosa yang dilakukan dalam menyembah selain Allah SWT. “Sungguh Allah tidak mengampuni dosa dengan mempersekutukan sesuatu dalam menyembah. Dan mengampuni dosa selain itu bagi siapa yang Dia kehendaki”.
ADVERTISEMENT
Dosa syirik yang tidak terampuni adalah ketika dosa itu terbawa mati, dan tidak sempat melakukan taubat sebelum kematiannya. Berbeda dengan dosa selain syirik. Kalau pun meninggal dalam keadaan berdosa, tapi dalam hatinya ada iman atau tauhid maka do'a itu pada akhirnya akan terhapuskan.
Saya akhiri dengan kisah ibu seorang imam di Amerika dan kisah ibu seorang da’i juga di Amerika. Mereka berdua memiliki orang tua yang tidak saja musyrik. Tapi juga sangat anti Islam dan membenci anak-anak mereka yang memeluk Islam.
Imam Ayub Abdul Baqi adalah seorang Imam keturunan Afro American di Queens, New York. Beliau salah seorang yang sangat aktif memperjuangkan hak-hak sipiil umat Islam di kota ini.
ADVERTISEMENT
Kisahnya bermula ketika beliau masuk Islam. Beliau ketika itu masih muda. Karena marah kepada anaknya, Ibu Imam Ayub mengusirnya dari rumahnya. Dan tidak pernah lagi menerimanya kembali ke rumah itu.
Hingga Imam Ayub menikah, lalu dikaruniai beberapa anak. Beliau kemudian sengaja mengirimkan anaknya untuk menengok neneknya. Sang nenek benar jatuh hati. Cinta cucu-cucunya. Tapi tetap membenci anaknya, Imam Ayub.
Singkat cerita sang Ibu sakit keras dan masuk rumah sakit. Berhari-hari Imam Ayub menunggui ibunya di rumah sakit. Hingga di waktu-waktu menjelang sakratul maut, Imam Ayub memeluk ibunya, menangis dan menyampaikan: “Ibuku, say cinta Engkau. Saya tidak bisa membayar jasamu kepadaku. Hanya satu hadiah yang ingin saya berikan kepadamu, Ibuku”.
ADVERTISEMENT
Sambil memeluk Ibunya, Imam Ayub dengan suara pelan membisikkan: Asy-hadu anlaa ilaaha illallah wa asy-hadu anna Muhammadan Rasulullah”.
Dan ibunya di detik-detik terakhir hidupnya itu menerima Kalimah Tauhid. Menerima kunci surga itu. Alhamdulillah.
Kisah kedua adalah kisah Ibu Syeikh Muhammad Yasin. Seorang da’i yang sangat gigih, santun dan sopan. Beliau muallaf berkulit putih, Alhamdulillah pernah mengenyam pendidikan Islam di Madinah.
Hanya beberapa tahun lalu Ibu beliau meninggal dunia. Tapi yang paling membahagiakan adalah setelah bertahun-tahun sakit, bahkan Syeikh Yasin ketika itu menunda menikah demi merawat ibunya.
Hingga pada saat-saat krusial itu, ibunya diakhir hayatnya, Syeikh Yasin mendekat ke telinga Ibunya dan mengajaknya menerima: “Laa ilaaha illallah - Muhammad Rasulullah”. Dan beliaupun menerimanya hanya sesaat sebelum menghembuskan nafas terakhirnya.
ADVERTISEMENT
Kedua cerita nyata dari New York di atas menyampaikan pesan bahwa seorang manusia selalu ada harapan. Karena memang Rahmat Allah itu lebih luas dari segala dosa dan kesalahan manusia.
Semangat ini jugalah yang kita bangun di bulan Ramadan ini. Karena Sungguh di bulan ini secara khusus Allah bukakan pintu-pintu maghfirah-Nya seluas-luasnya. Semoga Allah SWT mengampuni dosa-dosa kita semua. Amin!
Jamaica Hills, 31 Mei 2018
* Presiden Nusantara Foundation