Ant-Man and the Wasp: Berbelit-belit yang Tak Perlu

Shandy Gasella
Penikmat dan pengamat film - Aktif meliput kegiatan perfilman di Jakarta dan sejumlah festival film internasional sejak 2012
Konten dari Pengguna
6 Juli 2018 9:07 WIB
Tulisan dari Shandy Gasella tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Ant-Man dan The Wasp siap beraksi (Foto: Marvel Entertainment)
zoom-in-whitePerbesar
Ant-Man dan The Wasp siap beraksi (Foto: Marvel Entertainment)
ADVERTISEMENT
★★☆☆☆ | Shandy Gasella
PERINGATAN: Ulasan ini tidak mengandung susu, juga tidak mengandung gula. Tetapi mengandung banyak bocoran cerita (Duh, spoiler!)
ADVERTISEMENT
Kembali disutradarai oleh Peyton Reed, sekuel 'Ant-Man' (2015) ini melanjutkan kisah sepak terjang si duren--duda keren, Scott Lang, alias Ant-Man jagoan kita (Paul Rudd, 'This is 40', 'Admission'), setelah keterlibatannya dalam peristiwa 'Captain America: Civil War', yang mana di ending film tersebut dikisahkan bahwa ia mesti menerima ganjaran yang cukup merepotkan, yakni menjadi seorang tahanan rumah FBI.
Pergelangan kaki Scott dipasangi alat yang dapat mengirim sinyal kepada pihak berwajib bilamana ia sejengkal saja keluar dari pintu rumahnya. Scott mesti menjalani hukuman rumah tersebut selama dua tahun, waktu yang lebih dari cukup untuk ia manfaatkan berlatih menabuh drum, mempelajari trik-trik sulap lewat video Youtube, atau bahkan membuat video-video Tik-Tok, untuk sekadar menghilangkan rasa jenuh.
ADVERTISEMENT
Tetapi, tak cuma Scott yang mesti berurusan dengan FBI, Hank Pym (Michael Douglas, 'Basic Instinct', 'Wall Street'), si penemu kostum Ant-Man, dan putrinya sekaligus gebetan Scott, Hope van Dyne (Evangeline Lilly, 'Serial Lost', 'The Hobbit'), juga menjadi buronan pemerintah. Scott tak pernah menghubungi mereka sejak ia ditahan FBI.
Sampai akhirnya ketika hanya sisa dua hari lagi masa penahanan rumahnya berakhir, Scott tiba-tiba memimpikan istrinya Hank, Janet (Michelle Pfeiffer, 'One Fine Day', 'Batman Returns') alias Si Wasp pertama, yang ketika melakukan sebuah misi dahulu kala bersama Hank, ia mesti menyusutkan tubuhnya hingga ke ukuran subatom dan lenyap ke alam kuantum untuk terperangkap di sana, meninggalkan Hank dan putrinya nelangsa untuk waktu yang lama.
ADVERTISEMENT
Di film 'Ant-Man' pertama, Scott pun pernah mengecil hingga sekecil partikel atom, atau barangkali jauh lebih kecil lagi, dan memasuki alam kuantum. Tetapi, ia pada akhirnya bisa kembali ke dunia yang fana ini. Duh, maaf, super spoiler--bagi yang belum pernah menyaksikan film 'Ant-Man' pertama.
Scott kemudian menceritakan ihwal mimpinya tersebut kepada Hank. "Om Hank, aku memimpikan istrimu. Dan terasa begitu nyata, seolah-olah bukan seperti mimpi. Aku merasa aku mesti menceritakannya kepadamu," terang Scott kepada Hank lewat panggilan ponsel.
Tak seperti kebanyakan dari kita yang barangkali bila mendapati cerita dari seseorang bahwa ia bermimpi akan istri atau pasangan kita yang telah lama tiada, pasti kita akan menebak-nebak apa maksud tersembunyi dari mimpi tersebut, apakah sang istri atau pasangan kita minta didoakan dari alam sana, atau apakah itu artinya kita akan ketiban rezeki?
ADVERTISEMENT
Tetapi, tidak, bagi Hank sang ilmuwan jenius pakar teori kuantum, mimpi Scott adalah pembuktian dari hipotesis bahwa ada probabilitas untuk memasuki alam kuantum dan lantas melakukan misi penyelamatan terhadap Janet yang telah hilang 30 tahun lamanya.
Tak butuh waktu lama bagi Hank dibantu putri semata wayangnya untuk menciptakan sebuah alat canggih yang ia namai Jembatan Kuantum yang akan menjadi penghubung antara dua alam ini. Alat hampir sempurna, hanya butuh satu suku cadang lagi yang bakal membuatnya berfungsi optimal.
Suku cadang tersebut mesti didapatkan dari seorang mafia pasar gelap bernama Sonny Burch (Walton Goggins, 'The Hateful Eight', 'Diablo'). Hope datang menemuinya dengan membawa satu tas penuh berisi uang dolar Amerika, hanya untuk kemudian dikhianati--seperti biasanya adegan transaksi yang tak berjalan sesuai rencana di setiap film Hollywood yang pernah kita jumpai.
ADVERTISEMENT
Tentu saja adegan tersebut memaksa Hope untuk kemudian berubah menjadi The Wasp, memiliki kemampuan seperti Ant-Man ditambah bonus sayap dan senjata blaster di kedua tangannya, Hope dengan penuh gaya menghajar para begundal anak buah si Sonny Burch.
Sekonyong-konyong, di tengah aksi kelahi tersebut, muncullah Ghost (Hannah John-Kamen, 'Ready Player One', 'Tomb Raider'), seseorang dalam balutan kostum super, yang juga menginginkan teknologi yang akan dipakai Hank tersebut untuk membantunya sembuh dari penyakit kekuatan super yang dideritanya, yakni dapat menembus tembok seperti Casper. Pada level molekul tertentu keadaanya dapat membunuhnya.
Pastikan Anda jangan berpikir ketika menyaksikan film ini, apalagi sampai coba-coba mencari kesempatan mengeluarkan ponsel lantas meng-google arti kata "kuantum", "kuantum ini", "kuantum itu", pokoknya semua istilah yang diakhiri dengan kata "kuantum".
ADVERTISEMENT
Sebab, jika Anda bersikeras, Anda barangkali akan bertanya-tanya sendiri tentang bagaimana bisa Janet, yang selama 30 tahun menjalin hubungan dengan molekul-molekul, tanpa makan dan minum, tanpa tempat berteduh, tanpa teman yang bisa diajak mengobrol, tanpa internet, bisa survive, dan ketika pada akhirnya ia bisa kembali ke dunia yang fana, sikap yang ia tunjukkan seolah-olah ia baru selesai pulang nyalon.
Ghost di film Ant-Man and The Wasp (Foto: Marvel Entertainment)
zoom-in-whitePerbesar
Ghost di film Ant-Man and The Wasp (Foto: Marvel Entertainment)
Setiap kali Hank menjelaskan tentang konsep-konsep keilmuan yang sengaja dibuat terlihat njelimet, setiap kali itu pula Scott memberitahukan bahwa dirinya pusing tak memahaminya, lantas bertanya dengan setengah mengejek, "Apakah kalian mesti selalu menyebutkan kata kuantum di setiap kalimat yang kalian ucapkan?"
Lucunya, alih-alih penonton film ini sendiri yang semestinya bertanya demikian, penulis skenario film ini (keroyokan; Chris McKenna, Erik Sommers, Paul Rudd, Andrew Barrer, dan Gabriel Ferrari) malah secara sadar menyampaikannya kepada penonton seolah-olah melakukan otokritik, padahal yang mereka lakukan adalah otodidak menciptakan istilah-istilah berakhiran kuantum agar terkesan sci-fi saja, baru sebatas pura-pura sci-fi.
ADVERTISEMENT
Film 'Ant-Man' pertama begitu ringan, lucu, dan walaupun skalanya lebih kecil, paling kecil malah bila dibandingkan dengan sejumlah film superhero Marvel lain. Tetapi kehadirannya kala itu dirasa justru amat inventif, dan membawa angin segar, seperti kali pertama 'The Guardians of the Galaxy' muncul.
Walau kisahnya bergulat dalam skala yang kecil, tetapi pertaruhannya besar. Ada ancaman yang betul-betul serius yang sekaligus memvalidasi bahwa kehadiran Ant-Man memang diperlukan.
Tokoh antagonis bernama Ghost dalam sekuelnya kali ini, gagal untuk bisa dianggap sebagai sosok misterius nan berbahaya seperti yang dicita-citakannya. Kehadirannya, juga si Anu, hanya mampu membangun eksposisi yang sengaja dibuat ruwet, padahal plot cerita tak memerlukan keruwetan tersebut. Jadilah film ini dipenuhi eksposisi dan sejumlah subplot yang tak perlu.
ADVERTISEMENT
Saking merasa perlunya para pembuat film ini untuk dianggap serius dengan menampilkan bagaimana film ini ditampilkan, pada satu titik mereka pada akhirnya menampakkan ketidaktahuan mereka, misalnya kita diperlihatkan pada sebuah subplot yang kira-kira cerita besarnya ialah, si Ghost penjahat kita ini meyakini bahwa dengan membunuh Janet, ia akan sembuh dari "penyakit" yang dideritanya. Bagaimana itu bisa terjadi? Apa penjelasan ilmiahnya?
Pengalaman menonton film ini adalah salah satu yang terburuk bagi saya, seperti pengalaman kecopetan ketika sedang berada di dalam bus umum. Sepanjang perjalanan memang terasa biasa-biasa saja, layaknya naik bus umum kekinian; ber-AC, kursinya pun nyaman sedikit empuk, dan untuk sekejap dua kejap sempat tertidur juga lantaran ngantuk. Begitu turun dari bus dan merogoh saku celana, barulah perasaan itu muncul. Perasaan dongkol tak terperi.
ADVERTISEMENT
Tetapi, pada akhirnya saya ikhlaskan. Toh, seusai menyaksikan film ini, satu dua hari lagi juga saya akan segera lupa.