Crazy Rich Asians: Bukan Komedi-Romantis yang Gitu-gitu Aja

Shandy Gasella
Penikmat dan pengamat film - Aktif meliput kegiatan perfilman di Jakarta dan sejumlah festival film internasional sejak 2012
Konten dari Pengguna
13 September 2018 12:42 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Shandy Gasella tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Crazy Rich Asians. (Foto: Dok. Crazy Rich Asians)
zoom-in-whitePerbesar
Crazy Rich Asians. (Foto: Dok. Crazy Rich Asians)
ADVERTISEMENT
★★★★☆ | Shandy Gasella
Keluarga adalah inti dari kehidupan kita. Keluarga selalu ada untuk kita manakala teman-teman kita sedang pergi menjauh. Tergantung dari bagaimana cara kita memupuk dan merawat hubungan antar anggota keluarga. Keluarga dapat membuat kita merasakan seolah-seolah kita hidup sebagai pangeran atau puteri kerajaan atau justru malah "seonggok sampah".
ADVERTISEMENT
'Crazy Rich Asians' garapan Jon M Chu ('G.I. Joe: Retaliation', 'Now You See Me 2') yang didasarkan pada novel berjudul sama karangan Kevin Kwan ini merupakan film "kisah Cinderella" luar biasa yang mengangkat permasalahan tersebut, membungkusnya dalam struktur cerita komedi-romantis konvensional yang anehnya pada saat bersamaan juga terasa begitu segar.
Film ini adalah kisah kasih antara Nick (debut Henry Golding) dan Rachel (Constance Wu, 'Next Gen', 'Parallels'), dua sejoli rupawan yang saling mencintai satu sama lain. Tetapi, agar membuat kisah mereka seru untuk diikuti, tentu perlu adanya aral melintang yang mesti mereka langkahi.
Nick, seorang Cina-Singapura, adalah putera ahli waris dari keluarga konglomerat paling tajir di Singapura. Sedangkan Rachel, seorang Cina-Amerika, datang dari kalangan keluarga biasa-biasa saja -- tetapi bukan sobat miskin lantaran ia juga merupakan seorang dosen bergelar Profesor Ekonomi di Amerika.
Michelle Yeoh memerankan ibunda Nick (Foto: Warner Bros. Picture)
zoom-in-whitePerbesar
Michelle Yeoh memerankan ibunda Nick (Foto: Warner Bros. Picture)
Hanya saja, bagi Eleanor Young (Michelle Yeoh, 'Crouching Tiger, Hidden Dragon', 'Tomorrow Never Dies'), ibunda Nick, Rachel bukanlah siapa-siapa, terlebih -- ini yang baru saya pahami -- walaupun mereka sama-sama orang keturunan Cina, Cina peranakan Singapura, Cina peranakan Amerika, dan peranakan-peranakan lainnya dianggap berbeda baik dari segi kultur maupun lahiriah -- walaupun mereka sama-sama bisa berbicara bahasa Mandarin.
ADVERTISEMENT
Nick dan Rachel bertemu di Amerika lantas menjalin hubungan asmara. Kita tak diberitahu ihwal awal mereka bertemu. Di permulaan film, keduanya sudah saling klik, akur serasi, dan so sweet. Datanglah undangan untuk menghadiri pesta perkawinan seorang sahabat baik Nick di Singapura.
Untuk pertama kalinya, Rachel akan dikenalkan dan dipertemukan dengan keluarga Nick di Singapura. Yang tak diketahui olehnya, keluarga Nick begitu tajir, BUANGET! Pada bagian ini, bagaimana Rachel tak mengetahui bahwa kekasihnya seorang "sultan" dengan justifikasi bahwa ia sekadar tak peduli dan tak mau tahu saja, ini agak tak masuk akal.
Dengan setting tahun 2018, aneh rasanya bila Rachel tak sempat mencari tahu latar belakang kekasihnya sendiri yang dapat dengan mudah ditemukan di internet. Tetapi, saya mafhum bahwa hal tersebut disampaikan demikian kepada kita barangkali hanya demi satu tujuan, yakni memberi disclaimer bahwa Rachel bukanlah cewek matre.
ADVERTISEMENT
Secara naratif, tak ada kebaruan yang ditawarkan film ini, premis filmnya sendiri setua umur peradaban yang ada di muka bumi. Satu-satunya hal yang baru barangkali adalah fakta bahwa ini merupakan film komedi-romantis pertama yang diproduseri studio film besar di Hollywood dengan dipenuhi aktor-aktris dari Asia Tenggara.
Constance Wu berperan sebagai Rachel (Foto: Warner Bros. Picture)
zoom-in-whitePerbesar
Constance Wu berperan sebagai Rachel (Foto: Warner Bros. Picture)
Terakhir kali film yang dicukongi studio Hollywood dengan cast utama orang Asia seingat saya, 'Crouching Tiger, Hidden Dragon: Sword of Destiny' (Woo-Ping Yuen, 2016), 'Revenge of the Green Dragons (Wai-Keung Lau, 2014), 'A Very Harold and Kumar 3D Christmas (Todd Strauss-Schulson, 2011), 'Letters from Iwo Jiwa (Clint Eastwood, 2006), lihat, tak setiap tahun film semacam itu ada kan?
ADVERTISEMENT
Orang beretnis Asia selama ini kurang direpresentasikan dengan baik-baik dalam film-film Hollywood, aktor-aktris keturunan Asia yang mencari nafkah di Hollywood juga sering kali mendapatkan perlakuan tak adil; jarang dijadikan karakter utama, selalu diberi peran hampir tak begitu penting. Namun, kini hal tersebut lambat laun mendapatkan perhatian yang serius.
Belum lama ini kita disuguhi film bikinan studio Hollywood bergenre thriller-misteri-drama berjudul 'Searching' (Aneesh Chaganty, 2018) yang menggaet John Cho, aktor Korea-Amerika sebagai tokoh utama.
Lantas munculnya 'Crazy Rich Asians' yang dengan begitu baik diterima penonton, baik penonton film di Amerika maupun di negara-negara lain seperti di Indonesia misalnya, film ini di beberapa bioskop di Jakarta sampai mendapatkan jatah dua studio, selayaknya di masa mendatang akan lebih banyak lagi film bikinan studio Hollywood yang menempatkan aktor-aktris berdarah Asia sebagai jualan utama.
ADVERTISEMENT
Film yang amat menghibur ini merayakan sekaligus mengkritisi kebudayaan Asia dengan keunikannya tersendiri, dengan berbagai karakter dan tingkah polahnya yang ditunjukkan, kita sebagai orang Asia barangkali sudah mengakrabinya.
Crazy Rich Asians  (Foto: Dok. Warner Bross Pictures )
zoom-in-whitePerbesar
Crazy Rich Asians (Foto: Dok. Warner Bross Pictures )
Sama halnya seperti 'Marvel's Black Panther' yang mengangkat budaya Afrika dan Afrika-Amerika dan 'The Big Sick' yang mengangkat budaya Muslim-Amerika, 'Crazy Rich Asians' memberikan sedikit banyak wawasan tentang beberapa tradisi, masalah, dan gaya hidup berbeda yang ada di Singapura dan juga di antara orang Amerika berdarah Asia, yang dalam film ini diwakili Rachel, karakter yang diperankan Constance Wu.
Baik film maupun novelnya terkesan begitu ambisius, tetapi, sutradara film pun penulis naskah berhasil menyampaikannya. Memberikan suguhan yang menyenangkan tanpa perlu menghina akal sehat kita -- sesuatu yang kerap kali terjadi dalam kebanyakan film komedi-romantis.
ADVERTISEMENT
Semua elemen terbaik yang dapat ditawarkan film bergenre komedi-romantis dari storyline yang menarik, kelucuan dan keharuan hadir paripurna, para cast dengan penampilan mereka yang solid membantu mewujudkannya menjadi kenyataan.
Constance Wu dengan luar biasa berperan sebagai tokoh utama kita. Wu memberi karisma yang hangat sekaligus kerapuhan terhadap karakternya, dan membuat Rachel menjadi karakter dalam film ini yang paling membumi dan relatable.
Sementara itu, presenter-TV-sekarang-aktor-top, Henry Golding, memiliki pembawaan dan daya tarik yang cukup untuk membuat persona pangeran nan kaya raya menjadi karakter yang juga relatable dan mudah disukai.
ADVERTISEMENT
Selain mereka, film ini memiliki deretan pemeran pendukung yang sama luar biasanya seperti Awkwafina ('Neighbors 2', Ocean's Eight') sebagai Peik Lin Goh, Nick Santos ('Paul Blart: Mall Cop') sebagai Oliver, dan Ken Jeong ('The Hangover', 'Transformers: Dark of the Moon') sebagai Wye Mun Goh yang mencuri perhatian lewat momen-momen komedik di setiap adegan di mana mereka hadir.
Crazy Rich Asians  (Foto: Dok. Warner Bross Pictures )
zoom-in-whitePerbesar
Crazy Rich Asians (Foto: Dok. Warner Bross Pictures )
Aktris top dunia asal Malaysia, Michelle Yeoh, sebagai Eleanor Young juga memberikan penampilan comeback terbaiknya, dan Gemma Chan (dari serial 'Humans') sebagai Astrid, karakter yang dimainkannya memiliki subplot menarik tersendiri yang menambah bobot film ini menjadi tak sekadar film komedi romantis yang gitu-gitu aja.
Dari mulai tampilan filmnya yang memukau, dan deretan soundtrack recycle dari lagu-lagu pop Asia, 'Crazy Rich Asians' adalah film yang tahu persis apa yang ia mau dan untuk siapa ia dibuat.
ADVERTISEMENT
Bahkan, walaupun film ini terasa seperti dibuat untuk satu kelompok penonton tertentu, tetapi pada akhirnya ia juga membuktikan bahwa ia juga menarik bagi penonton etnis apa pun pada umumnya.
Film ini terbukti disukai banyak orang, kita bisa berharap tidak hanya untuk sekuel, tetapi agar studio besar di Hollywood lebih pede dan lebih sering lagi membiayai proyek dengan cast dan cerita yang mewakili dunia kita.