Jurassic World: Fallen Kingdom, Sekuel dengan Sentuhan Horor

Shandy Gasella
Penikmat dan pengamat film - Aktif meliput kegiatan perfilman di Jakarta dan sejumlah festival film internasional sejak 2012
Konten dari Pengguna
12 Juni 2018 16:21 WIB
comment
1
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Shandy Gasella tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Jurassic World: The Fallen Kingdom. (Foto: instagram @ the_jurassic_theorist)
zoom-in-whitePerbesar
Jurassic World: The Fallen Kingdom. (Foto: instagram @ the_jurassic_theorist)
ADVERTISEMENT
★★★★☆ | Shandy Gasella
Tiga tahun lalu, film seri adaptasi dari novel karangan Michael Crichton berjudul 'Jurassic Park' yang sudah lebih dulu difilmkan oleh sineas legendaris Steven Spielberg di tahun 1993. Dengan judul yang sama film ini kembali dibangkitkan lewat sebuah "remake" dengan judul 'Jurassic World'.
ADVERTISEMENT
'Jurassic World' yang disutradarai Colin Trevorrow ('The Book of Henry') sejatinya tak cuma dipandang remake belaka, namun juga dianggap sebagai kelanjutan langsung dari 'Jurassic Park' pertama, lantas menghapus seluruhnya keberadaan 'The Lost World: Jurassic Park' (Steven Spielberg, 1997) dan 'Jurassic Park III' (Joe Johnston, 2001).
Sebagai remake, 'Jurassic World' dibangun di atas template 'Jurassic Park', ia copy-paste dengan sedikit modifikasi saja. Bahwa 'Jurassic World' -- sebuah wahana atraksi dengan pertunjukan Dinosaurus hidup dibangun di atas puing-puing sisa kehancuran Jurassic Park 22 tahun silam, adalah apa yang saya sebut sebagai sedikit modifikasi tadi, yang lantas menjadikannya sah dianggap sebagai sekuel langsung dari film pertama.
Sebelum membahas 'Jurassic World: Fallen Kingdom', izinkan saya untuk mengulas sedikit 'Jurassic World' yang tayang tiga tahun silam. Film itu jeleknya minta ampun!
ADVERTISEMENT
'Jurassic World' tidak mampu memberikan alasan yang cukup masuk akal, mengapa dibutuhkan 22 tahun untuk kembali membangun sebuah taman rekreasi dengan dinosaurus hidup di lahan sama seperti 'Jurassic Park' yang pernah gagal.
Colin Trevorrow sebagai sutradara sekaligus penulis naskah, gagal untuk dapat menyamai apalagi melampaui kualitas 'Jurassic Park' yang kini sudah berstatus film cult. Masalah 'Jurassic World' laku keras adalah hal lain, sebab kesukesan box office tak selalu berbanding lurus dengan kualitas filmnya sendiri.
Jelas, pangsa pasar film tersebut menyasar para penonton yang mudah "dikibuli". Dikibuli dengan bombardir adegan-adegan action hasil jerih payah para seniman CGI, juga dikibuli sentimen nostalgia belaka. Secara keseluruhan film tersebut jatuh di level kelas B, hampir tak nampak kemampuan penyutradaraan Trevorrow.
ADVERTISEMENT
Tetapi, 'Jurassic World: Fallen Kingdom' alhamdulillah tidak kembali disutradarai olehnya, tetapi oleh J.A. Bayona, sutradara jempolan yang sukses mempertunjukkan kepiawaiannya lewat film seperti 'The Orphanage', 'The Impossible', dan 'A Monster Calls'. Ia amat ahli dalam menghidupkan elemen horor dalam setiap film yang dibesutnya.
Di tangannya, 'Jurassic World: Fallen Kingdom' tampil menjadi film yang dipenuhi adegan mencekam "lompat dari kursi". Bayona menyuntikkan sejumlah elemen teror, elemen yang semestinya ada di setiap film 'Jurassic Park' sebelum ini.
Dia membuat kisah kelanjutan 'Jurassic World' ini menjadi gelap dan lebih menakutkan, melebihi ekspektasi saya. Plot filmnya sendiri masih formulaik -- ya iya lah penulisnya kan masih Colin Trevorrow, tetapi perhatiannya terhadap tone film membawa film ini ke level yang tak pernah dicapai film-film sebelumnya.
ADVERTISEMENT
'Jurassic World: Fallen Kingdom' memadukan tontonan penuh aksi ala blockbuster dengan elemen horor yang dapat membuat kita diterpa panas-dingin.
'Jurassic World: Fallen Kingdom' dibuka di Isla Nublar yang kini terancam oleh gunung berapi di sana yang siap meletus meluluhlantakkan pulau di mana dulu Jurassic Park dan Jurassic World pernah ada. Taman wahana atrasi tersebut sudah ditinggalkan, dan kini para politisi berdebat untuk memutuskan nasib para dinosaurus yang masih hidup di pulau tersebut. Haruskah mereka dibiarkan menghadapi kepunahannya? Atau diselamatkan, untuk mencurangi alam atas kepunahan mereka.
Claire Dearing (Bryce Dallas Howard, 'Jurassic World', 'The Help') ingin menyelamatkan para hewan purba itu dengan segala cara. Dia kemudian direkrut oleh Eli Mills (Rafe Spall, 'Life of Pi', 'The Big Short'), seorang tangan kanan dari miliarder Benjamin Lockwood (James Cromwell, 'The Green Mile'), rekan bisnis Hammond di Jurassic Park untuk "menyelamatkan" mereka dan memindahkannya ke tempat baru.
ADVERTISEMENT
Secara terus terang Mills meminta Claire untuk dapat membawa Blue, si velociraptor terlatih nan cerdas. Maka Claire mesti memperbaiki hubungannya kembali dengan Owen (Chris Pratt, 'Guardians of the Galaxy'), satu-satunya orang yang mampu melacak keberadaan Blue.
Film ini tak banyak berbasi-basi. Tak lama film bergulir, kita langsung disuguhi eksposisi adegan-adegan penuh ledakan intercut dengan adegan-adegan yang memperlihatkan para jagoan kita yang tengah terancam.
Isla Nublar lenyap dilahap lava gunung merapi yang mengamuk. Bagian pertama dari film ini adalah aksi menyelamatkan diri ala film bencana. Cuplikan-cuplikan adegan yang Anda lihat dalam trailer, semua tumpah ruah di sini. Adegan-adegan mahal dihabiskan di paruh awal film!
Bayona punya suguhan lain untuk kita di paruh akhir film yang benar-benar berbeda dan barangkali tak kita duga. Paruh kedua dan akhir film adalah pertunjukan petualangan yang lebih "personal" dan mencekam, di mana plot yang sebenarnya dimulai.
ADVERTISEMENT
Ledakan-ledakan dan aksi di paruh awal adalah appetizer, sensasi sesungguhnya menanti kita di tempat-tempat yang lebih tenang dan gelap, di koridor rumah, di rubanah, di sudut-sudut tergelap.
Ada karakter baru yang menambah banyak kedalaman film ini. Pendatang baru Isabella Sermon bermain sebagai Maisie, cucu Lockwood. Setiap film Jurassic Park memiliki karakter anak-anak sebagai bagian tak terpisahkan dari cerita.
Maisie memiliki peranan yang amat penting, dan kisahnya merupakan subplot yang betul-betul dielaborasi menjadi ajang unjuk kepiawaian Bayona dalam penyutradaraan.
Bayona menyampaikan kengerian para dinosaurus melalui mata seorang gadis kecil yang ketakutan. Setidaknya ada satu adegan yang dapat membuat bulu kuduk Anda berdiri, betul-betul sebuah referensi horor "monster di dalam lemari" yang jenuin.
ADVERTISEMENT
Cara Bayona membawa perubahan ini saya sambut baik, sebab ia tak terlena dengan rentetan efek visual semata yang sekarang sudah kadung menjadi wabah yang menjangkiti film-film blocbuster. Ketegangan yang coba dihadirkan Bayona di film ini setara dengan apa yang dicapai Spielberg melalui 'Jurassic Park' pertama, tetapi cara yang ia tempuh berbeda.
Jauh dari sempurna, 'Jurassic World: Fallen Kingdom' juga sebenarnya memiliki kelemahan-kelemahan seperti kebanyakan film Hollywood lain yang sejenis; karakter bertindak bodoh, dinosaurus ganas nan liar tanpa motivasi atau insting yang meyakinkan, lantas kekacauan dan kehancuran terjadi kemudian. Itu semua formulaik, sudah dicoba dan dibuktikan efektivitasnya dalam banyak film. Apa yang membedakan film ini memjadi berbeda dan istimewa adalah pendekatannya.
ADVERTISEMENT
Babak penutup film ini begitu menghibur, dalam cara yang liar. Bagaimana film ditutup membawa wacana ancaman dinosaurus ke level yang belum pernah dicapai oleh film-film sebelumnya. Sentuhan horor yang diberikan J.A. Bayona dalam film ini betul-betul menjadi perspektif yang segar, sesuatu yang dibutuhkan demi melawan formula-formula klise ala film blockbuster Hollywood yang menjemukan.
Duduk manis hingga credit tittle usai bergulir. Ada satu tambahan adegan ekstra yang menanti Anda.