Paris Fashion Week Menggaet Brand Nonfashion Asal Indonesia, Benarkah?

Shanti Anggraeni Rachman
Mahasiswa Bahasa dan Sastra Indonesia, Universitas Pendidikan Indonesia
Konten dari Pengguna
15 Maret 2022 22:05 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Shanti Anggraeni Rachman tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Foto oleh Duane Mendes dari Pexels
zoom-in-whitePerbesar
Foto oleh Duane Mendes dari Pexels
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Sepekan terakhir, Paris Fashion Week 2022 ramai menjadi topik pembicaraan warganet Indonesia di berbagai media sosial. Bukan tanpa alasan, Paris Fashion Week yang merupakan acara peragaan busana terbesar yang diadakan setiap tahun di Paris, Prancis ini digadang-gadang menggaet sejumlah merek lokal asal Indonesia. Sejumlah artis dan public figure ditunjuk menjadi perwakilan dari berbagai merek tersebut. Mereka meramaikan media sosial dengan tagar #ParisFashionWeek. Atas dasar inilah, warganet Indonesia berbangga atas pencapaian merek lokal yang mulai go internasional. Namun, tak sedikit warganet mulai mempertanyakan keaslian acara yang dihadiri oleh merek lokal tersebut. Mengapa merek makanan dan perawatan kulit dapat menghadiri acara yang bergerak di bidang fashion?
ADVERTISEMENT

Ditinjau dari Segi Pragmatik

Mari kita selisik lebih jauh melalui referensi di dalam ilmu pragmatik. Menurut Kushartanti (2007: 110) dalam Wijoyanto (2017), referensi merupakan cara mengacu maksud melalui bentuk bahasa yang dipakai oleh penutur untuk menyampaikan pesan kepada petutur. Singkatnya, penutur menyampaikan maksud tuturannya menggunakan bentuk bahasa. Referensi sangat berkaitan dengan maksud yang ingin penutur sampaikan. Referensi yang tidak sesuai dapat mengakibatkan miskomunikasi antara penutur dan pendengar. Pendengar mungkin saja menangkap pesan yang berlainan dengan maksud penutur.
Pragmatik membagi referensi menjadi beberapa bagian, yaitu pemakaian atributif, pemakaian referensial, nama dan referen, koteks, anafora, dan katafora. Pada persoalan ini, pemakaian referensial dapat menjadi alat untuk membongkar tuturan. Pemakaian referensial merupakan tuturan yang memiliki referen nyata tetapi penutur memilih ungkapan lain untuk menyampaikan maksudnya. Pemakaian referensial digunakan oleh penutur dengan berbagai tujuan. Bisa saja penutur ingin mendeskripsikan entitas yang ada, tetapi tidak mengetahuinya secara rinci. Adapun penutur ingin mengajak pendengar untuk berasumsi melalui penggunaan referensial. Kemungkinan selanjutnya, penutur ingin memberikan kesan yang lebih menarik pada sebuah tuturan daripada menggunakan ungkapan sesungguhnya.
ADVERTISEMENT

Analisis Tuturan mengenai Paris Fashion Week dari Segi Pragmatik

Kembali kepada polemik merek Indonesia menghadiri Paris Fashion Week 2022, Sandiaga Uno selaku Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Parekraf) angkat bicara. Sandiaga menyatakan bahwa Kemenparekraf memfasilitasi produk ekonomi kreatif yang ingin mendunia. Ia menyebutkan bahwa acara ini merupakan bagian dari tatanan ekonomi baru pascapandemi. Atas dasar tuturan Sandiaga Uno tersebut, dapat ditilik bahwa Kemenparekraf memfasilitasi berbagai produk tanah air untuk datang ke Paris. Dengan ini dapat diketahui bahwa berbagai merek lokal Indonesia yang menghadiri acara Paris Fashion Week adalah tidak benar. Berbagai merek tersebut diterbangkan oleh Kemenparekraf untuk menghadiri acara yang Kemenparekraf buat sendiri.
Selanjutnya Ifan Seventeen sebagai Ketua Bakominfo Gekrafs (Gerakan Ekonomi Kreatif Nasional) menyatakan bahwa atas tingginya antusias seluruh pemerhati dan penggemar fashion dari seluruh dunia, di sekeliling Paris Fashion Week diadakan acara-acara peragaan busana mandiri. Acara-acara tersebut tidak diselenggarakan oleh Federation de la Haute Couture et de la Mode (FHCM) yang merupakan penyelenggara resmi Paris Fashion Week. Maka dari itu Gekrafs bersama Kemenparekraf mengajak merek yang dinilai kompeten untuk berangkat ke Paris. Merek nondesain berkolaborasi dengan para desainer, namun memang bukan di acara Paris Fashion Week dari FHCM. Maka dari ini Gekrafs menamai acaranya dengan “Gekrafs Paris Fashion Show during Paris Fashion Week”. Hal ini dilakukan untuk mengenalkan industri fashion Indonesia kepada dunia. Menurut Ifan, hal ini tidak salah asal jangan menyertakan logo FHCM.
ADVERTISEMENT
Pernyataan Ifan tersebut dapat dilihat melalui pemakaian referensial. Alih-alih menggunakan nama “Gekrafs Fashion Show during Paris Fashion Week”, sejumlah artis dan public figure memang santer menyebut-nyebut nama Paris Fashion Week sebagai acara yang dihadirinya. Tuturan ini mungkin saja bertujuan untuk memberikan kesan yang lebih menarik bagi pendengar. Sebagaimana yang telah dijelaskan bahwa Paris Fashion Week merupakan acara peragaan busana terbesar, sehingga besar kemungkinannya untuk dapat menarik perhatian siapapun yang mendengarnya. Kemungkinan selanjutnya, bisa saja para artis dan public figure ini tidak mengetahui seluk-beluk acara yang dihadirinya secara rinci sehingga mereka mengira acara yang mereka hadiri merupakan bagian dari Paris Fashion Week. Sehingga para artis dan public figure menggunakan tagar #ParisFashionWeek di media sosial.
ADVERTISEMENT
Kemungkinan-kemungkinan yang disebutkan di atas merupakan analisis sebuah tuturan melalui ilmu pragmatik. Referensi yang tidak sesuai dapat mengakibatkan masalah yang cukup rumit. Polemik merek Indonesia menghadiri Paris Fashion Week ini berawal dari penggunaan referensial yang tidak sempurna. Maka dari itu, sebaiknya penggunaan referensial harus disertakan dengan pernyataan-pernyataan yang jelas. Contoh nyatanya jika saja sedari awal artis dan public figure menggunakan tagar #GekrafsFashionShowduringParisFashionWeek alih-alih menggunakan tagar #ParisFashionWeek, tentu saja masalah miskomunikasi ini dapat diminimalisir.
Sumber:
Wijoyanto, Danang. (2017). Hubungan Referensi-Inferensi dalam Wangsalan Sindhenan. Basindo, 2579-3799.