Ciptakan Pembangunan yang Berkelanjutan melalui Migrasi Siaran Televisi Digital

Shiddiq Sugiono
Lebih menyukai untuk mengamati dan mengeksplorasi
Konten dari Pengguna
18 Agustus 2021 14:59 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Shiddiq Sugiono tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Anak-anak menonton televisi. Sumber: People photo created by rawpixel.com - www.freepik.com
zoom-in-whitePerbesar
Anak-anak menonton televisi. Sumber: People photo created by rawpixel.com - www.freepik.com
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Sampai saat ini, siaran TV analog telah menemani bangsa Indonesia selama lebih dari 60 tahun sejak siaran pertama TVRI di tahun 1962. Banyak manfaat yang kita rasakan melalui siaran TV tersebut, mulai dari menyaksikan siaran langsung pertandingan klub sepak bola kesayangan hingga konser musik dari grup band favorit. Bahkan siaran televisi turut membuka berbagai lapangan kerja dan memunculkan talenta-talenta baru di industri kreatif.
ADVERTISEMENT
Sampai pada akhirnya, penggunaan teknologi siaran analog menemui permasalahan yang harus dipecahkan bersama-sama. Setidaknya terdapat tiga dampak negatif jika dilihat dalam lingkup industri:
Sebagai ilustrasi, coba anda bayangkan sebuah lahan selebar 6 meter yang akan dibangun jalan selebar 1 meter. Secara logika, seharusnya ada 6 lajur yang dapat dibangun dalam lahan tersebut. Siaran TV analog tidak memungkinkan adanya lajur yang saling berhimpitan karena sinyalnya yang tidak stabil. Jika dianalogikan pada sebuah kendaraan, pada akhirnya akan terjadi tabrakan karena sinyal analog tidak bisa berjalan lurus. Hal ini menyebabkan sinyal analog harus menyisakan jarak antar lajur sehingga yang awalnya dapat dibuat 6 lajur harus dikurangi agar ada jarak aman di mana sinyal bergerak.
ADVERTISEMENT
Hal ini menutup kesempatan bagi mereka untuk memutar perekonomian melalui industri pertelevisian, terutama di daerah yang berskala kecil. Padahal dengan adanya slot kosong pada frekuensi maka semakin besar peluang lembaga penyiaran di daerah untuk bersiaran dan memproduksi konten kreatif, terlebih yang berwawasan daerah. Pada akhirnya perekonomian di daerah dapat semakin maju karena terbukanya lapangan pekerjaan di bidang penyiaran dan industri kreatif.
Pada dasarnya, satu siaran televisi analog memerlukan satu kanal infrastruktur pemancar, hal ini dinilai tidak menguntungkan bagi sektor industri. Terlebih bagi stasiun TV yang masih berskala kecil. Padahal banyak masyarakat Indonesia yang masih belum terjangkau siaran televisi. Kondisi tersebut dapat berdampak buruk bagi masyarakat karena informasi hanya dapat diakses oleh kalangan tertentu saja.
ADVERTISEMENT
Dalam hal ini, konsep pembangunan berkelanjutan akan digunakan sebagai pendekatan yang dinilai sesuai untuk mengatasi permasalahan siaran TV analog.
Dilansir dari law.ui.ac.id, pembangunan berkelanjutan/sustainable development adalah proses pembangunan masyarakat yang berprinsip memenuhi kebutuhan saat ini tanpa mengorbankan pemenuhan kebutuhan generasi masa depan. Terdapat tiga aspek yang perlu dihadapi dan diseimbangkan untuk mencapai pembangunan berkelanjutan yaitu memperbaiki kehancuran lingkungan tanpa mengorbankan kebutuhan pembangunan ekonomi dan keadilan sosial.
Harvard Kennedy School menyampaikan bahwa kebijakan mengenai inovasi teknologi memiliki peran dalam mewujudkan pembangunan yang berkelanjutan. Melalui sebuah Inovasi dari pengembangan teknologi maka akan muncul sebuah efisiensi dari pengelolaan sumber daya alam sehingga di samping dapat memenuhi kebutuhan manusia juga dapat menjaga kelestarian bumi dan mempromosikan kesetaraan kebutuhan manusia.
ADVERTISEMENT
Melalui pendekatan pembangunan yang berkelanjutan maka diperlukan suatu kebijakan inovasi teknologi tertentu untuk mengatasi berbagai permasalahan yang muncul akibat pengimplementasian TV Analog.

Siaran Televisi Digital

Migrasi Siaran TV digital merupakan inovasi teknologi yang dinilai mampu menjawab permasalahan yang ditimbulkan oleh siaran TV analog (Gultom, 2018). Migrasi tersebut merupakan hasil konferensi internasional yang diselenggarakan oleh International Telecommunication Union (ITU) tanggal 16 Juni 2006 di Jenewa, Swiss. Digitalisasi dinilai mampu memberikan kejelasan dan kualitas sinyal serta efisiensi spektrum lebih baik dibandingkan siaran analog.
Merujuk pada Website Kementerian Kominfo, Siaran TV digital merupakan jalan keluar untuk mengatasi permasalahan eksploitasi frekuensi sebagai sumber daya alam yang terbatas. Tidak seperti siaran TV analog yang hanya memungkinkan 1 siaran pada satu kanal pita frekuensi sebesar 8 Mhz, dalam sistem penyiaran digital, pita frekuensi 8 Mhz dapat dimanfaatkan untuk menyiarkan 5 siaran High Definition (HD) atau 13 siaran dengan kualitas standard definition (SD).
ADVERTISEMENT
Melalui mekanisme tersebut maka terjadi efisiensi frekuensi siaran dengan perbandingan minimal 1:5 dan maksimal 1:13 siaran stasiun televisi. Selain itu, televisi digital turut menghilangkan frekuensi kosong yang biasanya digunakan untuk memberi ruang antar siaran TV analog sehingga akan banyak menyisakan frekuensi yang dapat digunakan kembali/digital dividend. Bahkan siaran TV digital dapat memangkas pemakaian listrik infrastruktur sebesar 94% (Gultom, 2018).
Efisiensi terhadap pembangunan infrastruktur turut menjadi permasalahan yang dapat dijawab. Satu frekuensi dapat digunakan oleh 5-13 stasiun televisi secara bersamaan dengan sistem multipleksing. Singkatnya, multipleksing adalah satu menara untuk bersama di mana satu infrastruktur yang awalnya hanya memfasilitasi satu siaran di kanal tertentu dapat menyiarkan banyak program siaran.
Lembaga penyiaran dapat fokus memproduksi konten karena aktivitas penyiaran dilakukan oleh penyelenggara multipleksing melalui sistem cost sharing. Melalui mekanisme tersebut maka biaya investasi terhadap infrastruktur penyiaran menjadi semakin murah. Pada akhirnya, infrastruktur penyiaran akan semakin meluas dan menjangkau daerah yang belum dapat menerima siaran televisi.
ADVERTISEMENT

Peran Televisi Digital Dalam Mendukung Pembangunan Berkelanjutan

Ilustrasi Pembangunan Berkelanjutan. Sumber:<a href='https://www.freepik.com/vectors/social'>Social vector created by freepik - www.freepik.com</a>
Sebagai sumber daya alam yang terbatas, pemborosan frekuensi dapat diselesaikan dengan sinyal digital dimana frekuensi akan semakin padat dan tidak ada lagi jalur kosong yang memisahkan satu siaran dengan siaran lain. Terlebih adanya efisiensi tersebut dapat mengurangi konsumsi listrik untuk infrastruktur siaran.
Hasil efisiensi frekuensi dapat diisi dengan berbagai kebutuhan seperti kanal peringatan dini atas bencana alam. Seperti yang kita ketahui bahwa kondisi geografis Indonesia merupakan daerah yang rawan bencana alam.
Semakin terbuka lebarnya frekuensi publik maka semakin banyak kesempatan masyarakat untuk melakukan penyiaran. Kondisi ini bisa menjadi momentum untuk memutar roda perekonomian di daerah. Masyarakat tidak perlu khawatir dengan biaya pembuatan infrastruktur penyiaran yang memakan biaya miliaran. Melalui sistem multipleksing, investasi penyiaran akan semakin murah dan mereka dapat fokus pada aktivitas produksi konten.
ADVERTISEMENT
Melalui mekanisme penyiaran multipleksing, daya jangkau siaran akan semakin meluas ke berbagai daerah akan mendukung keberlanjutan sosial. Aspek keberlanjutan sosial sendiri menitikberatkan pada inklusivitas akses terhadap suatu produk/layanan. Akhirnya, siaran televisi akan semakin meluas hingga daerah perbatasan.
Terpecahkannya masalah-masalah tersebut membuktikan bahwa siaran TV digital mendukung terciptanya pembangunan yang berkelanjutan. Migrasi siaran TV analog menjadi digital adalah sebuah keniscayaan untuk membangun dan memajukan perekonomian yang lebih ramah lingkungan dan berperikemanusiaan. Mari kita sambut migrasi siaran TV digital di Indonesia dengan penuh suka cita!