10 Jam Mengejar Mas Azam

Shofiyatun
Alumni Jurusan Arsitektur Instintut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya
Konten dari Pengguna
30 Juli 2021 16:14 WIB
·
waktu baca 7 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Shofiyatun tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Dokumentasi Pribadi
zoom-in-whitePerbesar
Dokumentasi Pribadi
ADVERTISEMENT
Judulnya so FTV banget ya?
Di akhir tahun 2016 saya langsung semangat ‘45 ketika ada teman mengajak saya gabung ke grup umrah backpackernya. Rencana perjalanan awal tahun 2017, dengan bonus transit di Mesir selama 10 jam.
ADVERTISEMENT
Transit 10 jam kok bonus sik mba? Hadeeeh...
Jadi kalau dengar kata Mesir apa yang ada di kepala kita? Luxor? Zuma? Alexandria? Huruf Hieroglyph? Firaun? Nabi Musa? Piramid? Sphinx? Terusan Suez? Sungai Nil? Cairo? Al Azhar? mas Fahri? mas Azam? Eaaaa
Apalagi ditambah sebagai generasi yang bertumbuh dengan novel-novel islami era awal. Terutama karya Habibburahman El-zirazy atau dikenal dengan Kang Abik seperti Ayat-Ayat Cinta, Pudarnya Pesona Cleopatra, Cinta Suci Zahrana dan Ketika Cinta Bertasbih. Scene-scene potongan mba Ana bertemu mas Azam di sebuah bus kota makin exciting. Sungguh sinetron sekali!.
Jadi waktu itu saya dapat tiket dengan rute Kuala Lumpur-Jeddah - Kairo-Jeddah. Serta Jeddah-Jakarta senilai cukup 5 juta saja. Sungguh perjalanan yang selo tenan.
ADVERTISEMENT
Terdengar suara pengumuman pramugari untuk mengencangkan sabuk pengaman, melipat meja, membuka tirai jendela karena pesawat akan segera mendarat. Saya yang waktu itu tidur-tidur ayam segera membuka mata. Melihat ke bawah yang tampak hanya padang pasir bergaris-garis panjang. Kemudian saya jadi tahu bahwa garis-garis panjang itu adalah jalanan. Jalanan yang biasanya hanya bisa dinikmatin di film-film atau Google Street View sekarang ada di depan mata.
Nyaiiik... anakmu nyampe Mesir, Benua Afrika! =))
Seturunnya dari pesawat cuaca dingin mulai kerasa, saya cepat-cepat menuju shuttle bus biar ndak terlalu kerasa dinginnya. Dan kemudian mulai kerasa agak hangat ketika antre imigrasi. Entah hangatnya karena memang cuaca atau saya yang mulai deg-degan. Sudah kadung deg-degan eh proses imigrasi lancar. Visa kita pakai Visa On Arrival. Petugas juga langsung stempel-stempel tanpa banyak tanya. =))
ADVERTISEMENT
Ini bandara apa bandara? Sepi amat. Padahal katanya, Bandara Internasional Kairo ini adalah bandara terbesar kedua di Benua Afrika. Bayangin yaa.. kelas terbesarnya sudah kelas benua! Begitu juga ketika ambil bagasi yang antre berasa hanya rombongan kita aja. Entah apa hanya perasaan saya mungkin.
Begitu kelar urusan bagasi, koper-koper kita diangkut semua keluar terminal. Di depan sudah ada satu bus yang sudah nunggu. Dan ternyata juga....jreeeng... ada mas-mas (berzambang) tentara dengan senjata berlaras panjang! Ga cuma satu tapi sekompi!
Dan menurut info dari hasil gugeling ternyata Mesir dalam kondisi krisis pasca diturunkannya Hosni Mubarak melalui revolusi Mesir. Bahkan kondisi di Januari 2017 katanya lagi krisis-krisisnya, banyak penculikan elite politik. Dan kita ke mesir Februari 2017 coba. Opo ndak serem. "Pantes ya tentara bersenjata laras panjang dengan santainya ada di ruang publik, pasti ndak mungkin kalau ndak sedang genting," Ujar teman saya.
ADVERTISEMENT
Eh tapi jangan salah, negara boleh dalam keadaan genting karena krisis politik. Tapi warga Mesir itu warga paling bahagia no 5 di dunia loh. Begitu kata buku The Geography of Bliss.
***
Dan ternyata... Mas Azamnya sudah balik Indonesia!
Terus ngapain dong kalau orang yang pingin didatangi ternyata sudah pulang ke tanah air? Sebagai pelipur lara. Jalan-jalan saja yuk! Dan here we go!
Masjid Al Hussain. Dokumentasi Pribadi
Khan el Khalili + Masjid Al Hussain
Awalnya Khan el Khalili bukan merupakan pasar tapi sebuah penginapan bagi para pedagang mancanegara atau caravanserai. Makanya kemaren agak gimana gitu pas masuk ke kawasan ini, desainnya Seperti desain sebuah flat dengan void di tengahnya serta konsep terbuka ke dalam bukan keluar.
ADVERTISEMENT
Terus pas di pasar ini imajinasi saya juga melayang ke telenovela-telenovela di SCTV zaman dulu. Seperti mendadak mengalami 'pengalaman ruang' apartemen mbak Maria Marcedes dari segi desain juga keramainnya.
Saya agak kesusahan menemukan money charger yang mau tukar mata uang Rupiah ke mata uang Pounds. Akhirnya saya memutuskan nyangu pakai mata uang US dolar saja. Untungnya di Khan El Khalili ini menerima pembayaran menggunakan US dolar bahkan ketika saya kekurangan uang, ternyata mas penjual menerima pembayaran mata uang Rupiah.
Selepas belanja di Khan El Khalili kita menuju ke masjid Al Hussain. Masjid ini konon sebelumnya adalah makam (kepala) Hussain setelah terjadinya perang di Karbala. Dan sampai sekarang pun erat kaitannya dengan sejarah Sunni-Syiah.
ADVERTISEMENT
Untuk masjid Al Hussain sendiri style bangunannya agak-agak gotik mirip kastil dengan Menara tinggi menjulang. Terus di depannya ada payung-payung seperti di masjid Nabawi. Nah untuk di dalamnya saya kurang tahu karena saya ndak masuk. Hehe
Begitu kelar di Khan El Khalili dan masjid Al Hussain, kita melanjutkan perjalanan menuju Piramida Giza. Awalnya ngira bakal mampir ke Al Azhar atau paling ndak berhenti sebentar di plangnya buat foto-foto. Ternyata hanya bisa lewat dadah-dadah.
Mas Azam maafkan saya yang tidak menapaktilasi kampusmu. Mengsedih :(
Di sepanjang perjalanan melewati beberapa spot. Di antaranya adalah benteng Shalahuddin Al Ayyubi. Benteng ini dibangun pada tahan (antara) 1176 s/d 1183 SM. Dibangun di bukit Muqattam dengan ketinggian sekitar 10 meter dan lebar 3 meter. Dan konon demi taktik benteng ini dibagi jadi tiga bagian yang menghadap yaitu utara (Syiria dan Palestina), timur (semenanjung arab) dan barat (Mesir).
ADVERTISEMENT
Saya jadi bayanginnya kayak peperangan di Game of Thrones yang mana waktu itu Kings Landing di bawah klan Lannister diserang sama Stannis dari klan Baratheon tapi kemudian si raja Jofrey yang memenangkan peperangan dengan menggunakan taktik perang pamannya, si Tyrion Lannister yang cemerlang.
Apalagi benteng ini dibangun setelah Shalahuddin juga mengalahkan dinasti Fatimiyah yang juga menjadi runtuhnya masa kebesaran ajaran syiah di Mesir, Afrika Utara (Tunisia, Aljazair, Libia), Syam (Suriah), Lebanon, Palestina, dan Yordania. Imajinasi saya itu negara-negara yang paham syiahnya runtuh semacam menjadi klan-klan yang akan menyerang Kings Landing. Dimana Kings Landing ini adalah Mesir dan klan sisa seperti Taergaryan, Stark, Greyjoy adalah negara-negara yang dulunya di bawah dinasti Fatimiyah.
ADVERTISEMENT
***
Sungai Nil
Mungkin karena pengaruh novel-novel kang Abik, semakin mendekati Nil saya semakin mengkhayal. Mengkhayal jadi mas Furqan sedang berada di pojok kamar sebuah hotel kamar suite. Belajar tentang Usluhuddin atau Fiqih. Sambil sesekali menikmati tenangnya Nil. Nil yang menjadi perantara keselamatan Musa kecil dari Firaun.
Nil yang terasa akan membuat takjub tapi ternyata kenyataan menolak khayalan. Yang ada jadi berasa sedang motoran dari Karah ke arah Wiyung, dengan kanan kiri Kali Rolak? Eaak... Bayangan area bantaran sungai keren seperti di Eropa atau Korea mendadak absolutely failed!
Tapi walau gini, sungai Nil penting bagi warga Mesir. “Egypt is the gift of the Nile” begitu kata sejarawan Yunani Herodotus. Untuk menggambarkan pentingnya sungai Nil bagi warga Mesir.
ADVERTISEMENT
***
Jump! Dokumentasi Pribadi
Piramida Giza
Pas mau turun dari bus saya sungguh deg-degan. Akhirnya bisa menginjak tanah tempat pertarungan Decepticon dan Autobot di film Transformer: Revenge of The Fallen (2009). Berasa seperti mimpi. Hahaha
Pas di sini hawanya panas lembab tapi juga dingin. Bikin kulit saya makin kering. Sudah gitu banyak scammer juga di mana-mana. Ada teman saya nanya harga ke salah satu pedagang. Yang ada dicerca sampai terpaksa beli. Saya yang melihat jelas saja tak berani mendekat. Selain tak punya kemampuan menawar saya juga sudah keder duluan kalau dipepet terus tanpa dikasih kendor. Ini boro-boro yang berdagang ya. Kita bertanya pun diminta bayaran. Bahkan difotokan pun yang dia sendiri menawari buat memfotokan juga minta bayaran loh.
ADVERTISEMENT
Waktu semakin mepet ke jam check in untuk lanjut perjalanan ke Jeddah. Kita bersegera ke tujuan terakhir untuk makan dan menikmati tarian mesir di Nile Cruise. Tulisannya di depannya sih Yacht ya. Yang artinya kapal pesiar. Mikirnya sudah kayak Titanic eh pas masuk malah kayak ferry jurusan Surabaya-Kamal dengan isi lebih proper lah. Hahaha..
Kalau di kapal ferry jurusan Surabaya-Kamal PP, live musicnya dangdut koplo bedanya di sini adalah tarian. Ngiranya bakal tari perut gitu eh yang keluar mas-mas berzambang lagi. Hahaha.. Dan tentu sajaaa, si mas-mas akan mendekat ke kita. Yang kemudian si mas malah minta bayaran kalau kita masuk ke frame pepotoannya. Hahaha... zonk maneh! (chop)