Pendukung Sawit Indonesia?

Konten dari Pengguna
18 September 2018 23:28 WIB
comment
1
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Sigit Widodo tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Sejak akhir pekan lalu, Partai Solidaritas Indonesia (PSI) menjadi sorotan dan sasaran tembak kelompok pemerhati dan pencinta lingkungan. Sesuatu yang di luar kebiasaan, karena PSI pada kesehariannya lebih banyak bergandeng tangan dengan aktivis-aktivis lingkungan ketimbang berseberangan dengan kelompok itu.
ADVERTISEMENT
Kegaduhan ini muncul setelah posting video pendek berdurasi 48 detik di media sosial PSI Jumat pekan lalu.
Video ini mencoba merangkum pemikiran Bro Rizal Calvary, juru bicara PSI Bidang Ekonomi, Industri, dan Bisnis yang sekaligus juga caleg PSI Dapil Sulawesi Selatan III, tentang langkah-langkah penguatan rupiah.
Kalau mau dicermati dengan pikiran terbuka, argumen yang mau disampaikan sebetulnya adalah: kita harus mendukung ekspor untuk meningkatkan nilai tukar rupiah terhadap dolar. Saya bukan pakar ekonomi, tapi kira-kira begini: peningkatan ekspor akan meningkatkan devisa kita, membuat neraca perdagangan Indonesia semakin membaik, dan pada akhirnya akan membuat rupiah menguat terhadap dolar.
Lalu salahnya di mana? Saya menangkap, setidaknya ada dua hal yang dipermasalahkan dalam video yang kemudian menjadi viral itu. Yang pertama, mengapa sawit? Bukankah sawit merusak lingkungan? Yang kedua, dikaitkannya penguatan dolar AS dengan harga gawai yang menjadi mahal. “Alay banget sih lu!” Kira-kira begitu, lah.
ADVERTISEMENT
Walaupun faktanya masih lebih pas mengatakan bahwa kenaikan nilai dolar membuat harga gawai mahal ketimbang membuat tempe menjadi setipis kartu ATM, loh. Tapi okelah, itu memang rada-rada alay. Puas?!
Permasalahan kedua lebih cocok buat bahan nyinyiran. Sebagai seorang penyinyir yang sudah aktif sejak media sosial hadir di Indonesia, saya paham sekali dengan materi-materi yang nyinyirable. Jadi sudahlah, kita bahas permasalahan pertama saja yang lebih substansial.
Masalah pertama pun kemudian lebih berkembang sebagai bahan nyinyiran ketimbang membahas substansi masalahnya. Sudah banyak meme beredar memplesetkan PSI sebagai Partai Sawit Indonesia, Pendukung Sawit Indonesia, atau sejenisnya. Bahkan konon sudah ada yang membuat kaosnya. Wow! Sebagai penyinyir senior, saya angkat topi buat kreativitas pembuat kaos tadi. Sans, bro. PSI kumpulan orang dengan selera humor yang tinggi, kok. Saya mungkin juga akan bikin meme sejenis kalau di posisi Anda.
ADVERTISEMENT
Tapi coba kita kembali ke substansi awal dan lepaskan semua nyinyiran. Benarkah PSI tidak pro-lingkungan dan pendukung industri sawit yang merusak lingkungan? Sahabat saya Dandhy Dwi Laksono dalam satu posting-nya mengingatkan bahwa sawit merusak keragaman hayati. Bukankah PSI pendukung keragaman? Siap, Bro Dandhy. Kami mendukung keragaman, termasuk keragaman hayati. Tapi cara kami tidak harus sama dengan Bro Dandhy, tidak apa-apa, ya? Btw, saya kangen loh dengan masa-masa kita bisa nyinyir bersama di era rezim kemarin.
Di dalam PSI sendiri banyak politisi yang berasal dari aktivis lingkungan hidup. Sebut saja nama sahabat saya, Mikhail Gorbachev Dom alias Bro Gorba, Silverius Oscar Unggul alias Bro Onte, dan Bro Agus Sari. Meski bukan aktivis lingkungan seperti mereka bertiga, politisi-politisi PSI yang lain kebanyakan juga pencinta lingkungan hidup, loh. Saat ulang tahun PSI ke-2, misalnya, DPD PSI Langkat memperingatinya dengan menanam bakau di lahan bekas sawit dan menyiarkannya live di Twitter.
ADVERTISEMENT
Lalu kenapa PSI kok jadi pro-sawit? Tunggu dulu. Argumen utama yang mau diajukan Bro Rizal sebetulnya kan peningkatan ekspor untuk meningkatkan nilai rupiah.
Tapi mengapa kemudian memilih sawit?
Yuk kita lihat nilai ekspor sawit Indonesia. Menurut data Gabungan Perusahaan Kelapa Sawit Indonesia (Gapki), pada 2017 ekspor crude palm oil alias CPO tercatat mencapai 2,97 miliar dolar AS, atau sekitar Rp298,61 triliun – naik 26 persen dibandingkan tahun sebelumnya. Dengan angka ini, sawit menjadi komoditas terbesar di bawah ekspor batubara.
Selain itu, tidak bisa dipungkiri minyak sawit saat ini telah menjadi bahan baku yang sulit untuk tidak dikonsumsi. Mulai dari sabun, kosmetik, sampo, hingga coklat, es krim, dan mi instan, semuanya tak lepas dari bahan baku minyak sawit. Jadi paham dong, kenapa sawit dikedepankan dalam argument Bro Rizal itu.
ADVERTISEMENT
Tapi kan sawit merusak lingkungan, bro dan sis?
Okelah, kita sepakat ada masalah antara industri kelapa sawit Indonesia dengan pelestarian lingkungan hidup. Bukan itu saja, konon di beberapa tempat, pengelolaannya juga mengeksploitasi buruh dan masyarakat, sampai menghancurkan habitat Orangutan. Walhi bahkan menengarai, devisa hasil penjualan minyak sawit banyak yang diparkir di luar negeri. Tentu saja ini menjadi masalah yang harus kita selesaikan bersama.
Bro Rizal mencoba menjelaskan dengan singkat, bahwa yang didukung oleh PSI adalah “sawit putih”, bukan “sawit hitam”. Namun argumen ini kembali dihantam kelompok aktivis lingkungan hidup, bahkan dijadikan meme yang kemudian dicetak di atas kaos tadi. Tapi sekali lagi, tidak apa-apa. Saya menghargai sekali kreativitas kawan-kawan sesama penyinyir.
ADVERTISEMENT
Kita tidak ingin merusak lingkungan, itu jelas. Dunia ini adalah pinjaman yang harus kita kembalikan ke generasi mendatang. Tapi apakah itu artinya kita harus menutup semua perkebunan kelapa sawit, menghilangkan devisa ratusan triliun rupiah per tahun, dan menutup hajat hidup 17 juta warga negara yang bekerja di bidang ini?
Jangan lupa, perkebunan kelapa sawit juga tak sedikit yang merupakan perkebunan rakyat dan tidak semuanya dimiliki oleh perusahaan konglomerasi raksasa.
Masalah utamanya ada di proses pembuatan perkebunan dan pengelolaan yang seringkali tidak ramah lingkungan. Sejak belasan tahun silam sebetulnya sudah ada usaha untuk mengelola perkebunan kelapa sawit yang lebih ramah lingkungan, atau yang sering disebut sebagai sustainable palm oil. Salah satu usaha menuju sustainable palm oil adalah larangan membuka lahan dengan cara membakar yang cukup ketat ditegakkan di era pemerintahan Presiden Jokowi. Hasilnya cukup efektif mengurangi tingkat kebakaran hutan di Indonesia beberapa tahun ini.
ADVERTISEMENT
Jadi, apakah PSI mendukung industri sawit? Ya, selama pengelolaannya dilakukan dengan benar dan tidak merusak lingkungan – yang dalam istilah Bro Rizal disebut sebagai “sawit putih”. Menjaga lingkungan hidup adalah salah satu platform utama PSI. Dengan segala rasa hormat kepada kawan-kawan Walhi yang selama ini berkomitmen menjaga agenda lingkungan hidup, kami bukan partai milenial beragenda kolonial.
Saya sebagai caleg PSI bersama caleg-caleg lainnya menyambut baik semua kritik dari sahabat-sahabat penggiat lingkungan hidup dan berterima kasih kepada semua pihak yang sudah mengingatkan agar PSI tetap berada di jalurnya sebagai “partai lingkungan hidup”. Kami menyampaikan permohonan maaf apabila video kami menimbulkan kegaduhan yang tidak perlu pada komunitas aktivis lingkungan hidup akibat kesalahan contoh dan mispersepsi.
ADVERTISEMENT
Setelah muncul kasus ini, beberapa caleg – termasuk Bro Gorba, Bro Onte, Bro Agus, dan saya – kemudian membentuk “Kaukus Lingkungan PSI”. Kaukus ini akan menjaga agar tidak terjadi kesalahan contoh dan mispersepsi tentang permasalahan lingkungan hidup di kemudian hari.
Lingkungan hidup harus dipertahankan agar tetap lestari di tengah pertumbuhan ekonomi yang akan membawa kesejahteraan bagi bangsa ini.
Sama-sama sejahtera, sama-sama cinta lingkungan.
Sigit Widodo
Penulis adalah mahasiswa S3 Ilmu Komunikasi Universitas Indonesia dan calon anggota DPR-RI Partai Solidaritas Indonesia daerah pemilihan Kabupaten Banyumas dan Kabupaten Cilacap.