Pahlawan Berkuda Besi Itu Ayahku

Sri Indah Rahmadini
Journalist student at Politeknik Negeri Jakarta
Konten dari Pengguna
24 Mei 2022 16:34 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Sri Indah Rahmadini tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Ilustrasi seorang Ayah. Foto: pexels.com
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi seorang Ayah. Foto: pexels.com
ADVERTISEMENT
Perjuangan seorang Ayah untuk bisa menghidupi keluarga memang tidak bisa dibilang mudah. Seorang Ayah rela mengambil risiko yang mungkin bisa membahayakan dirinya sendiri. Ayahku misalnya, dengan kuda besi yang dimiliki, ia berprofesi sebagai ojek online di kota Jakarta.
ADVERTISEMENT
Ayahku bernama Junaedi, lelaki yang mengajarkanku untuk menjadi orang yang bermanfaat untuk sekitar dan melakukannya dengan ikhlas. Bisa dibilang ia cinta pertamaku. Sering berusaha memberi yang terbaik untuk keluarga, dan terkadang sampai lupa dengan dirinya sendiri.
“Kalo kamu kerja atau lagi ngelakuin sesuatu, lakuin secara ikhlas. Karena dengan ikhlas kamu ga peduli sama ucapan orang lain.” kata Ayah saat memberi wejangan padaku.
Sebelum menjadi ojek online, Ayahku merupakan karyawan perusahaan swasta di bidang otomotif. Karena ada permasalahan yang cukup besar, dengan berat hati Ayahku keluar dari perusahaan setelah mengabdi hampir 20 tahun. Namun karena insting yang dimiliki seorang Ayah, tidak membuat ia larut dalam kubangan kesedihan.
Pada saat itu, Ayahku mengambil kesempatan menjadi ojek online. Perusahaan di bidang jasa hasil karya anak bangsa. Aku begitu bangga pada Ayahku. Memiliki rasa ikhlas, selalu tersenyum bahkan saat dunianya sedang tidak baik, dan tidak membenci pihak yang menyakitinya.
ADVERTISEMENT
Ayahku sudah menjadi ojek online sejak 2015. Pergi sehabis sholat subuh dan pulang menjelang tengah malam, hampir setiap hari ia lakukan. Tidak peduli dirinya kepanasan atau kehujanan. Tidak takut tangan kokoh yang menjadi pelindung untukku selama ini, terbakar panasnya sang mentari. Ataupun saat suara guntur yang begitu menggelegar dikala hujan.
Berprofesi sebagai ojek online cukup Ayahku senangi, “Ayah senang bisa jadi go-jek. Karena bisa bekerja sendiri tanpa ada yang suruh, dan bisa libur kapan aja.” ujarnya sambil tertawa. Terkadang aku salut dengan Ayah, tidak menampakkan rasa sedih atau marah saat disakiti orang lain. Namun ada kalanya aku sedih melihat Ayah. Saat Ia kedinginan karena kehujanan ataupun merasa pusing karena teriknya sinar matahari. Meski begitu, Ayahku tetap menebar senyuman saat dirumah, seakan semua baik-baik saja.
ADVERTISEMENT
Aku bersyukur Allah selalu melindungi Ayah dan memberi banyak hadiah indah selama menjadi ojek online. Ia pernah mendapat promo telepon seluler yang bisa di bayar perhari. Bahkan yang luar biasa, Ayahku menjadi salah satu Mitra yang mendapat kesempatan beasiswa. Dengan rasa percaya diri yang tinggi, Ayah mengambil kesempatan emas tersebut untukku. Meski awalnya aku ragu, namun Ayah berhasil meyakinkanku untuk tidak menolak hal baik.
Bahkan jika ada waktu luang di kala mengojek, Ayah meluangkan waktu untuk menjemputku yang sehabis bermain. Ayahku memang bukan orang hebat, tapi Ia selalu ada di saat aku membutuhkan bantuan. Mengajarkanku banyak hal baru yang belum aku ketahui. Hidupku akan baik-baik saja selama masih bisa melihat senyum Ayah.
ADVERTISEMENT
(Sri Indah Rahmadini/Politeknik Negeri Jakarta)