Pelukis dan Hujan

Siti Nurlela
Mahasiswa Universitas Pamulang
Konten dari Pengguna
1 Desember 2022 21:38 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Siti Nurlela tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Sumber : Foto Pribadi
zoom-in-whitePerbesar
Sumber : Foto Pribadi
ADVERTISEMENT
Bintang sedang duduk di taman, sambil melihat bunga dan kupu-kupu yang entah kemana arah terbangnya. Ia seorang editor yang kehidupannya hanya pergi pulang kantor, Bintang memikirkan apakah dunia adil untuk dirinya. Kehidupan Bintang yang hampir sempurna akan tetapi kisah percintaan Bintang, yang tidak pernah menemukan laki-laki istimewa. Ia mengagumi laki-laki yang sampai sekarang masih tertata rapih di ruang hati.
ADVERTISEMENT
“Kamu, sedang apa di sini?” April yang melihat bintang sedang duduk di taman, lalu menghampirinya. Bintang melihat ke arah April sambil menjawab “aku sedang duduk dan melihat bunga, lalu kenapa kamu bisa di sini?”
April hanya melihat bunga di taman, lalu menatap Bintang “aku melihat kamu, lalu berjalan ke arah mu,” April adalah sahabat Bintang dari kecil semenjak rumah mereka berdekatan.
“Kau pasti sedang ada masalahkan?” lanjut April, Bintang tak bisa cari alasan lagi “kita berteman sudah sangat lama, sampai kerja pun di tempat yang sama. Sepertinya kau sudah sangat mengenali diriku ini.” kata Bintang.
April hanya menunggu Bintang berbica lagi, “masalah pekerjaan sangat lah wajar, jadi aku tidak apa-apa.” April hanya bisa tarik napas, ia sudah paham dengan sikap Bintang yang suka mencari ketenangan disaat ada masalah.
ADVERTISEMENT
Langit pun sudah mulai berwarna jingga, April dan Bintang hanya duduk sambil menatap bunga-bunga dan kupu-kupu di sore hari. Ketenangan yang diinginkan oleh Bintang sudah didapatkan. April hanya diam dan tak bersuara, ia hanya menemani Bintang duduk.
Sudah malam hari mereka tak kunjung beranjak untuk pulang, “bin, kamu ga mau pulang?” akhirnya April bersuara. Bintang tampak berpikir, “sepertinya, kita harus segera pulang.” Akhirnya mereka pun pulang bersama.
***
Sudah seminggu berjalan, Bintang beraktivitas seperti biasa di pagi hari Bintang mulai bekerja di tim editor, malamnya ia akan nonton drama atau film. Permasalahan yang sering bermunculan di kantor membuat, Bintang terus berpikir untuk berhenti kerja.
Saatnya hari libur tiba, Bintang adalah salah satu orang yang menyukai seni, ia sering menghadiri pameran seni. Tempat di hari sabtu, ia akan menghadiri pameran seni Art Moment 2022. Pameran seni ini akan menampilakan ratusan berbagai karya seni seperti lukisan. Bintang melihat-lihat lukisan, ia tertarik satu lukisan yang membuatnya terus menatap lukisan itu.
ADVERTISEMENT
“Apa kamu tertarik dengan lukisan itu?” Bintang terdiam dan berusaha mengenali suara itu, Gendra itulah suara laki-laki yang membuat Bintang kagum. Bintang hanya terdiam dan enggan untuk menjawab, “aku juga tertarik dengan lukisan ini,” Gendra tampak berbicara lagi. Bintang akhirnya bersuara “aku tak menemukan nama pelukis ini, ia hanya menggunakan nama inisial” Gendra hanya tersenyum kearah Bintang.
Gendra adalah seorang pelukis, yang memang lukisannya sudah banyak terpajang di pameran-pameran seni, ia sengaja tidak menggunakan nama asli hanya nama inisial saja. Bintang dan Gendra sudah lama tidak berjumpa, terakhir ketemu pada saat mereka lulus SMA, Bintang mengagumkan Gendra sudah bertahun-tahun lamanya, sejak ia masih kelas satu SMA, mereka pada saat itu hanya berteman.
ADVERTISEMENT
“Kita sudah lama tidak bertemu, mungkin sekitar lima tahun lalu.” kata Gendra
“Aku tidak ingat” Bintang bersuara
“Ku dengar, kau sekarang seorang editor hebat.” Tanpa bintang ketahui,Gendra mencari tahu kabar Bintang melalui temannya. Bintang terdiam dan cukup kaget, “kenapa kamu bisa tahu?” Bintang mulai penasaran kenapa Gendra bisa tahu, kalau ia seorang editor.
Gendra tak menjawab pertanyaan dari Bintang, “lukisannya indah, tampak wanita penyuka hujan yang sedang menikmati hujan” Gendra pun membahas hal lain. Gendra tahu kalau Bintang adalah penyuka hujan, ia sangat menikmati hujan. “Lukisan ini menggambarkan dirimu,” lagi lagi Bintang hanya bisa diam.
“Kenapa kamu bisa di sini?” Bintang bertanya.
“Aku suka lukisan,” Gendra merendahkan suaranya. “apa kita perlu berbicara, sepertinya banyak yang akan mau dibahas” Bintang sedang berpikir. “Tampaknya kita menyukai lukisan yang sama.” Lalu lanjut bertanya, “sejak kapan kamu menyukai lukisan?” Gendra sedang berpikir, “aku menyukai lukisan, karena seseorang gadis yang ku kagum. Apa kamu tak menyadari selama ini?” mereka berdua cukup lama berdiam diri, Bintang mencoba memahami maksud yang disampaikan oleh Gendra.
ADVERTISEMENT
***
Pagi hari yang sangat cerah, Bintang memasuki kantor dengan perasaan yang bahagia, karena hari liburnya cukup menenangkan. “Nanti makan siang bareng ya” terdengar suara April, Bintang bersuara “baiklah, tapi aku tidak bisa ikut pulang bareng dengan mu.”
“Bentar, kok tumben tidak bareng? atau jangan-jangan” April dengan raut wajah penasarannya.
“Aku ada janji dengan seseorang” jawab Bintang.
“Aku pahammm, pasti kamu sudah menemukan laki-laki itu kan?” tampak raut wajah Bintang bingung, sebetulnya April adalah salah satu teman dekat Gendra, jadi Gendra tahu soal Bintang ya dari April, karena mereka bertiga berteman di masa SMA.
“Tidak usah dipikirkan” kata April, akhirnya mereka memulai bekerja, sampai jam kerja telah selesai. Lalu Bintang mengingat ia ada janji dengan Gendra, langung melihat HP, ternyata Gendra sudah berada di kantornya. Ia langsung membereskan meja kantornya. “Kamu, mau makan dulu?” terdengar suara Gendra. “Sepertinya kita harus keliling terlebih dahulu, mumpung sore hari dan cuacanya agak mendung.” kata Bintang.
ADVERTISEMENT
Mereka berdua berkeliling kota Yogyakarta, dan melihat dipinggir jalan banyak sekali pedagang kaki lima, akhirnya mereka duduk di taman. “Aku berpikir, kalau lukisan di pameran Art Moment itu milik kamu” Bintang mulai bersuara. “Bagaimana kamu berpikir seperti itu?” kata Gendra.
“Pada saat itu, kamu menjelaskan lukisan itu, seakan-akan kamu yang melukisnya” kata Bintang. Gendra tertawa ringan dan menjawab “memang aku penulisnya, lukisan itu memang buat kamu.” Bintang mulai bertanya lagi, “JADI KAMU PELUKIS? kenapa namanya harus inisial? sejak kapan kamu mulai melukis?”
“Aku memang sengaja memakai nama inisial, biar kamu yang cari aku, aku mulai suka melukis dari kecil, tapi tidak pernah di pelajari lagi, pada saat aku tahu kalau kamu suka pameran seni lukis, dari situ aku mulai kembali untuk melukis dan sampai sekarang.” Gendra menjawab dengan tenang, Bintang pun mendengarkan dengan perlahan. Sambil berbicara, mereka membeli makanan pedagang kaki lima.
ADVERTISEMENT
Sudah mulai sore, langit terlihat gelap tampak nya hujan akan segera turun, tetapi mereka berdua enggan beranjak dari taman. Tiba lah saatnya hujan, orang-orang sekitar mencari tempat untuk berlindung diri dari hujan, namun gadis satu ini enggan untuk meneduh, ia lebih memilih bernari di bawah hujan. Gendra pun ikut dengan Bintang, mereka berdua akhirnya menari di atas guyuran hujan sambil melihat bunga-bunga di taman.
“Apa kita seperti ini terus?” Gendra mulai menanyakan hal serius ke Bintang.
“Sepertinya. Akan begini terus” ucap Bintang.
Akhirnya si penyuka hujan dan si pelukis memilih untuk bersama dan mamulai kisah, tanpa ketidaksadaran mereka sebetulnya mereka mengagumi satu sama lain, namun keadaan membuat mereka harus memilih untuk diam dan menunggu waktu yang tepat. Sekarang mereka sudah memiliki pekerjaan, bintang sebagai editor sedangkan gendra menyukai dunia lukis, dan akhirnya gendra menjadi pelukis yang karyanya berada di setiap pameran seni.
ADVERTISEMENT
**Selesai**