Self-Acceptance: Mencoba untuk Menerima Diri

Siska Lestari
Mahasiswa S1 Psikologi Universitas Muhammadiyah Prof. Dr. Hamka
Konten dari Pengguna
7 Desember 2022 21:47 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Siska Lestari tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Designed by Canva
zoom-in-whitePerbesar
Designed by Canva
ADVERTISEMENT
Saya yakin, beberapa di antara kalian ketika ditanya terkait apa yang menjadi kekurangan kalian, dalam beberapa saat akan langsung menjawabnya tanpa ragu-ragu. Sebaliknya, ketika diminta untuk menyebutkan apa yang menjadi kelebihan kalian, maka perlu waktu beberapa saat untuk memikirkan jawabannya. Bahkan, ada juga yang sama sekali tidak menemukan jawabannya.
ADVERTISEMENT
Kira-kira mengapa hal tersebut bisa terjadi? Menurut padangan saya, salah satu penyebabnya adalah karena kita cenderung terlalu fokus pada hal-hal yang menjadi kekurangan dalam diri kita dan melabelinya sebagai suatu hal yang buruk.
Oleh karena itu, kita membutuhkan sebuah kemampuan yang bisa membuat kita menerima apapun yang ada di dalam diri kita, tanpa melakukan penilaian. Lalu, kemampuan seperti apa yang dimaksud? Kemampuan yang dimaksud adalah self-acceptance atau penerimaan diri.
Self-Acceptance
Self-Acceptance atau penerimaan diri adalah suatu kemampuan yang dimiliki individu untuk dapat menerima berbagai hal yang ada pada dirinya, baik kelebihan ataupun kekurangannya. Penerimaan diri juga disebut sebagai komponen yang penting untuk kesehatan mental.
Sebagai manusia yang memiliki sifat dasar tidak pernah puas, maka tidak aneh ketika kita terus merasa tidak cukup terhadap apa yang telah kita miliki. Kemudian, banyak dari kita yang akan bersikap seolah-olah menolak kenyataan yang ada, seperti terus menyalahkan diri sendiri, tidak percaya diri, menyerah dan juga membodohi diri dengan cara mengubah makna dari suatu hal atau peristiwa. Namun, kita juga harus sadar bahwa apa yang ada dalam diri kita merupakan bagian dari diri kita yang harus kita terima apa adanya tanpa melakukan penilaian.
ADVERTISEMENT
Manfaat Self-Acceptance
1. Lebih Mengenali Diri
Dengan self-acceptance, kita akan mampu menjadi individu yang lebih mengenali diri sendiri. Mengapa demikian? Karena dengan melakukan self-acceptance, berarti kita tidak hanya berfokus pada salah satu aspek saja, melainkan berbagai aspek yang ada dalam diri baik kekurangan ataupun kelebihan.
2. Merasa Cukup dan Bahagia
Ketika kita mampu melakukan self-acceptance, maka kebahagiaan bukan suatu hal yang sulit untuk dirasakan. Selain itu, kita akan berhenti menyiksa diri karena tidak lagi berekspetasi pada suatu hal yang tidak kita miliki dan akan merasa cukup akan berbagai hal yang telah kita miliki.
3. Menumbuhkan self-compassion
Seringkali kita melakukan pembandingan diri dengan orang lain yang kita anggap memiliki hal-hal yang tidak kita miliki. Dalam penelitian yang dilakukan di Lab Ellen Langer di Harvard pada pria dan wanita berusia 18 – 52 tahun, dengan beberapa indikator termasuk daya tarik, kecerdasan, kekayaan dan kepribadian. Penelitian ini menunjukan orang yang jarang terlibat dalam perbandingan sosial akan lebih sedikit memiliki rasa bersalah, penyesalan dan menyalahkan (White, Langer, Yuriv, & Welch, dalam pres), sebaliknya orang yang sering membandingkan dirinya dengan orang lain lebih banyak merasakan penyesalan, rasa bersalah dan menyalahkan.
ADVERTISEMENT
Setelah mengetahui sedikit terkait self-acceptance, dari sini saya harap kita mampu sadar betapa pentingnya self-acceptance. Kemudian, saya akan beralih pada pembahasan inti dari artikel ini, yaitu keterkaitan antara psikologi mindfulness dengan self-acceptance. Selain itu, bagaimana cara untuk mencapai self-acceptance setelah mempelajari psikologi mindfulness.
Psikologi Mindfulness dan Self-Acceptance
Menurut Kabat-Zinn (2005), mindfulness merupakan kesadaran untuk memperhatikan sesuatu dengan cara tertentu secara non-reaktif dengan tanpa menilai atau menghakimi, seterbuka mungkin.
Mindfulness juga memberikan kesempatan pada kita untuk bisa menjadi diri kita sendiri. Selain itu, dalam mindfulness juga kita berfokus pada situasi yang ada saat ini, tanpa menyesali hal yang sudah lalu ataupun cemas akan masa depan yang belum diketahui.
Dilihat dari pengertian mindfulness, kita sadar bahwa self-acceptance dengan mindfulness memberikan kita pelajaran untuk tidak menilai atau menghakimi suatu hal dan berusaha untuk menerima berbagai hal yang ada dengan sebagaimana adanya.
ADVERTISEMENT
Namun, kita tahu bahwa memang tidak semudah itu untuk melakukan self-acceptance. Oleh karena itu, dalam psikologi mindfulness kita akan membahas terkait cara yang bisa dilakukan untuk bisa melakukan atau meningkatkan self-acceptance.
Menyadari Emosi yang Muncul
Siapa di antara kalian yang masih mengabaikan atau bahkan berlarut dalam sebuah emosi, misalnya sedih, marah, kecewa dan sebagainya. Dalam mindfulness, ketika sebuah emosi muncul sebaiknya kita tidak langsung bersikap reaktif terhadap emosi tersebut.
Tidak ada salahnya kita mencoba menerima dan merasakan emosi yang muncul dalam diri kita. Namun, hal yang perlu disadari adalah emosi yang kalian rasakan sifatnya sementara. Sehingga, kita tidak perlu denial ataupun mengabaikannya.
Sadar Akan Ketidaksempurnaan
Kita perlu sadar bahwa setiap manusia telah diciptakan dengan kelebihan dan kekurangannya masing-masing. Jangan terlalu fokus pada salah satunya saja, baik itu kelebihan atau kekurangan. Ketika kita bersikap adil pada dua hal tersebut, maka kita akan bisa mengenali diri kita dan akan mencapai self-acceptance.
ADVERTISEMENT
Berhenti Membodohi Diri Sendiri
Dalam mindfulness, kita diajari untuk menerima suatu hal dengan apa adanya dan tidak mengubah makna dari sebuah hal atau peristiwa. Misalnya, sebuah kegagalan. Banyak dari kita yang mengubah makna kegagalan sebagai keberhasilan yang tertunda. Tetapi, pada dasarnya kegagalan hanyalah kegagalan, bukan bagian dari keberhasilan ataupun keberhasilan yang tertunda. Ketika kita mampu untuk berhenti mengubah makna dari sebuah hal, kita akan lebih bisa melakukan self-acceptance.
Reference
Alidina, S. (2020). Mindfulness for dummies. John Wiley & Sons.
Carson, S., & Langer, E. (2006). Mindfulness and self-acceptance. Journal of Rational-Emotive & Cognitive-Behavior Therapy 24(1):29-43.
https://doi.org/10.1007/s10942-006-0022-5
Self-Acceptance. (2020). In APA Dictionary of Psychology. Retrieved from https://dictionary.apa.org/self-acceptance