5 Cara Cegah Konflik dengan Guru Saat Belajar Daring

Skata
SKATA adalah sebuah inisiatif digital yang mendukung pemerintah Indonesia dalam membangun keluarga melalui perencanaan yang lebih baik. SKATA lahir tahun 2015 melalui kerjasama antara Johns Hopkins CCP dan BKKBN.
Konten dari Pengguna
6 Januari 2021 9:43 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Skata tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
5 Cara Cegah Konflik dengan Guru Saat Belajar Daring
zoom-in-whitePerbesar
ADVERTISEMENT
Tak dapat dipungkiri, pembelajaran daring yang berlangsung selama pandemi Covid-19 rentan menimbulkan konflik antara orang tua dan guru. Sebagian orang tua merasa guru terlalu banyak memberi tugas tanpa disertai penjelasan materi yang memadai sehingga orang tua mendadak harus mengambil alih tugas mengajar tersebut. Perasaan bahwa yang dibayarkan tidak sepadan dengan yang didapat bisa memperburuk kondisi, apalagi jika orang tua masih harus bekerja atau mengurus rumah tangga.
ADVERTISEMENT
Di sisi lain, guru merasa “jungkir baliknya” merombak total rencana belajar di masa pandemi seperti tidak dihargai ketika orang tua masih melayangkan protes. Untuk menyampaikan beban pelajaran lewat teknologi persis dengan ketika belajar tatap muka jelas tidak mungkin. Anak pun bukan robot yang bisa diforsir menatap layar berjam-jam sehingga menurunkan target yang harus dicapai mau tidak mau adalah jalan terbaik.
Jika kondisi semacam ini tidak dicari jalan keluarnya, proses belajar anak bisa terkena dampaknya. Padahal, orang tua dan guru seharusnya menjadi tim yang solid demi proses belajar yang efektif. Terkadang, terbatasnya komunikasi selamabelajar daring menyebabkan satu dua keluhan tidak terselesaikan. Ekspektasi orang tua terhadap guru/sekolah maupun sebaliknya kerap tak terpenuhi. Akibatnya, konflik pun membesar. Jadi, bagaimana seharusnya Anda sebagai orang tua harus bersikap agar hubungan dengan guru tetap harmonis selama pandemi dan proses belajar daring efektif?
ADVERTISEMENT
1. Menjalin komunikasi dengan guru
Meskipun hubungan Anda dengan guru Ananda pada situasi normal tidak terlalu intens, ada baiknya selama pandemi Anda tidak ragu untuk mengomunikasikan apapun tentang proses belajar anak. Jika tidak ada hal yang perlu ditanyakan, tidak ada salahnya sekadar bertanya kabar atau mengucapkan terima kasih karena telah memfasilitasi proses belajar anak. Hal ini akan membuat guru merasa dihargai dan berusaha memberi yang terbaik untuk anak didiknya.
2. Menyampaikan kritik untuk mencari solusi bersama
Ya, kritik boleh disampaikan dengan cara yang baik serta bertujuan untuk mencari solusi. Kritik yang dilontarkan hanya untuk melampiaskan emosi tentu bisa menyinggung perasaan dan menutup pintu diskusi. Jadi, tentukan apa saja poin yang ingin disampaikan beserta solusi yang Anda usulkan. Terbukalah untuk menerima solusi dari guru jika memang usulan Anda tidak mungkin dilakukan. Tak mencapai titik temu? Cari masukan dari pihak lain yang bisa memberi sudut pandang baru.
ADVERTISEMENT
3. Pikirkan kembali manfaat mempertahankan konflik
Tanyakan pada diri sendiri, perlukah mempertahankan konflik dengan guru selama anak melakukan pembelajaran daring? Jika Anda merasa hal tersebut tidak bermanfaat dan menambah rumit persoalan, pertimbangkan untuk mencari jalan keluarnya. Memang tidak semua yang Anda sampaikan pada pihak sekolah dapat diakomodir. Namun, Anda bisa memilih untuk memberi respon yang positif agar beban pikiran Anda tidak semakin berat dan bisa mendampingi anak belajar dengan sepenuh hati.
4. Berpegang pada tujuan pembelajaran yang ingin dicapai
Biasanya, di awal tahun ajaran, pihak sekolah mengadakan pertemuan dengan orang tua siswa untuk membahas tentang apa saja yang akan dipelajari anak dan apa saja poin penting yang perlu dicapai oleh anak. Tujuan belajar ini disepakati bersama, sehingga jika Anda merasa kegiatan belajar mengajar yang sekarang berlangsung tidak dapat memfasilitasi tujuan tersebut, Anda bisa mengingatkan guru. Sebaliknya, Anda juga harus menerima jika guru merasa Anda harus lebih banyak terlibat dalam proses belajar anak demi tercapainya tujuan tersebut. Toh, ini semua demi kebaikan anak, bukan mencari siapa yang lebih besar “pengorbanannya”.
ADVERTISEMENT
5. Menyadari beratnya tekanan pandemi pada semua orang
Tidak hanya Anda, guru (dan hampir semua orang) pasti merasakan beratnya pandemi pada kehidupan mereka. Anda mungkin repot mengajari anak belajar sembari merawat bayi plus mengurus rumah, namun guru Ananda mungkin juga menjalani status yang sama. Kita tidak tahu perjuangan apa yang dihadapinya saat ini, namun menyadari bahwa pandemi ini ujian bersama dapat membantu Anda menumbuhkan empati dan memaklumi berbagai kekurangan yang ada.
Pandemi Covid-19 ini adalah situasi baru untuk siapapun. Bekerja sama tentu akan meringankan beban, juga memudahkan proses belajar anak. Apabila upaya di atas sudah Anda lakukan namun tidak memenuhi ekspektasi Anda, lakukan apa yang Anda mampu untuk membuat anak belajar dengan optimal namun nyaman.
ADVERTISEMENT