5 Ketakutan Terbesar Ibu Baru

Skata
SKATA adalah sebuah inisiatif digital yang mendukung pemerintah Indonesia dalam membangun keluarga melalui perencanaan yang lebih baik. SKATA lahir tahun 2015 melalui kerjasama antara Johns Hopkins CCP dan BKKBN.
Konten dari Pengguna
26 Desember 2019 8:03 WIB
comment
5
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Skata tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Ilustrasi bayi.
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi bayi.
ADVERTISEMENT
Menjadi ibu bukan perkara mudah. Fakta yang muncul belakangan ini membuktikan bahwa ibu baru ternyata rentan mengalami stres karena berbagai tantangan baik yang muncul dari diri sendiri maupun tekanan lingkungan sekitarnya. Wenny Aidina, psikolog dari platform konsultasi psikologi online KALM, memaparkan 5 ketakutan terbesar ibu baru beserta cara menguranginya, agar ibu baru dapat menjalani kehidupan pasca persalinan dengan lebih baik.
ADVERTISEMENT
Hal ini sering terjadi pada ibu baru karena minimnya pengalaman dan kurangnya informasi mengenai proses persalinan. Selain itu, calon ibu biasanya lupa mempersiapkan mental mereka untuk bisa menerima kondisi di luar rencana. Banyak juga yang lebih banyak larut dalam euforia mempersiapkan pernak-pernik bayi. Agar ketakutan ini tidak terjadi, hal yang dapat dilakukan antara lain:
Hal ini dibutuhkan agar ibu memiliki pengetahuan tentang apa yang ia harus lakukan ketika terjadi kontraksi, flek, pecah ketuban. Di kelas ini pula ibu bisa melakukan latihan pernapasan, gerakan yang memperkuat fisik ibu selama proses persalinan, cara mengejan yang benar, termasuk kesempatan berbagi kisah kehamilan dengan sesama peserta, yang mungkin bisa berbagi pengalaman melahirkan anak pertama mereka.
ADVERTISEMENT
Ibu sebaiknya tahu di mana ia akan melakukan persalinan, dengan siapa dia akan dibantu, fasilitas apa saja yang dimiliki tempat tersebut untuk kebutuhan ibu. Hal-hal ini akan meminimalisir kekhawatiran ibu dalam menjalani proses persalinan.
Sebagai ibu baru, pasti ada keinginan untuk memberikan ASI eksklusif kepada anaknya.Sayangnya, tidak semua ibu dapat langsung menyusui dengan sukses. Bagaimana jika ASI-nya macet? Bagaimana jika sampai hari ketiga tidak ada ASI yang keluar, haruskah memberi bayi susu formula?
Untuk mengurangi ketakutan tersebut, sebaiknya ibu mengikuti kelas persiapan menyusui atau seminar tentang pemberian ASI. Hal ini akan membuat ibu mendapatkan informasi mengenai hal-hal yang dapat dilakukan sebelum melahirkan untuk melancarkan produksi ASI dan cara menyusui yang tepat. Mengikuti kelas persiapan menyusui membuat ibu merasa lebih tenang karena memiliki gambaran tentang apa yang akan terjadi, apa yang perlu diantisipasi, dan memiliki solusi saat mengalami hambatan.
ADVERTISEMENT
Menjadi ibu baru tentunya adalah pengalaman awal yang dimiliki sebagai orang tua. Minimnya pengalaman yang dimiliki ibu dalam berinteraksi dengan bayi dan anak-anak dapat memengaruhi kepercayaan diri ibu dalam merawat dan mengasuh anaknya. Oleh karena itu, mengikuti kelas-kelas parenting, membaca buku atau menonton video parenting sejak masih hamil atau saat perencanaan kehamilan, adalah cara terbaik untuk membuat ibu merasa lebih yakin pada kemampuan dirinya untuk merawat anak.
Selain itu, ibu juga dapat berkonsultasi pada ahli untuk mendapatkan masukan mengenai prinsip dasar dalam pengasuhan anak. Jangan lupa untuk melibatkan suami dalam persiapan pengasuhan, mengingat membesarkan anak adalah tanggung jawab suami dan istri.
com-Ilustrasi ibu dan bayi. Foto: Shutterstock
ADVERTISEMENT
Tidak dapat dipungkiri bahwa kehamilan, persalinan, dan membesarkan anak membutuhkan banyak biaya. Untuk mampu mencukupi biaya persalinan, tentunya dibutuhkan perencanaan finansial yang matang. Suami dan istri harus merancang bersama alokasi keuangan keluarga, prioritas keuangan, berapa anggaran untuk persalinan dan pasca-persalinan, dari pos mana anggaran tersebut akan diambil, serta rencana cadangan jika terjadi hal tak terduga.
Salah satu hal yang paling diharapkan oleh ibu hamil adalah mendapati bayinya sehat secara fisik dan mental. Karenanya, banyak ibu khawatir bayinya mengalami kelainan, harus mendapat perawatan di NICU, maupun tumbuh besar dengan kondisi khusus.
ADVERTISEMENT
Kekhawatiran mengenai kesehatan ini biasanya dapat diminimalisir dengan rutin melakukan pemeriksaan kandungan. Hal ini akan membuat ibu merasa lebih tenang karena mendapat laporan mengenai perkembangan sang bayi. Menjaga asupan nutrisi, menjauhi hal-hal yang berpotensi menimbulkan cacat janin, dan meningkatkan aspek spiritual untuk ketenangan batin dapat menjadi solusi untuk mengurangi ketakutan tersebut.
Jangan lupa, dukungan pasangan dan keluarga terdekat sangat penting. Menjadi pendengar yang baik dan tidak menyangkal perasaan ibu hamil selama kehamilan dan pasca-persalinan terkadang dapat mengurangi kecemasan. Tidak memberikan penilaian negatif serta menghormati pilihan orang tua untuk anaknya adalah cara untuk membuat ibu lebih nyaman menjalani proses kehamilan dan persalinan.