6 Tips Agar Berani Membicarakan soal KB dengan Suami

Skata
SKATA adalah sebuah inisiatif digital yang mendukung pemerintah Indonesia dalam membangun keluarga melalui perencanaan yang lebih baik. SKATA lahir tahun 2015 melalui kerjasama antara Johns Hopkins CCP dan BKKBN.
Konten dari Pengguna
26 Januari 2020 7:37 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Skata tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Ilustrasi Suami Istri Berdiskusi Foto: Thinkstock
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi Suami Istri Berdiskusi Foto: Thinkstock
ADVERTISEMENT
Anggapan bahwa masalah keluarga berencana dan masalah reproduksi adalah urusan perempuan membuat suami menjadi terkesan tidak peduli di mata istri. Jika hal ini yang terjadi dengan keluarga kecil Anda, maklumi dulu.
ADVERTISEMENT
Kesalahan bukan murni pada suami Anda, namun program KB selama ini memang menyasar wanita sebagai pihak pengguna alat kontrasepsi. Kita sebagai wanita lah yang harus aktif membuka ruang komunikasi dengan suami seputar masalah perencanaan keluarga berikut pilihan alat kontrasepsinya.
Dengan demikian, suami menjadi well-informed, menjadi tahu, dan pengambilan keputusan pun dapat dilaksanakan berdasarkan kepentingan kedua belah pihak.
Namun, bagaimana jika suami masih belum sepenuh hati membicarakan masalah tersebut?
Bisa jadi, latar belakang keluarga membuat pembicaraan mengenai urusan reproduksi seksual terasa tabu. Bisa juga, suami tidak sepaham dengan Anda untuk membatasi jumlah kelahiran karena satu dan lain hal.
Apabila yang terakhir adalah yang terjadi, Anda tetap bisa melakukan pendekatan kepada suami melalui beberapa cara berikut:
ADVERTISEMENT

1. Ajak suami berkonsultasi ke dokter kandungan

Saat kontrol sehabis melahirkan ataupun saat periksa rutin kehamilan, Anda bisa mengajukan pertanyaan seputar KB. Jika fokus Anda dan suami adalah apakah harus KB atau tidak, tanyakan langsung pada dokter.
Minta beliau mengutarakan konsekuensi untuk setiap alternatif. Mengingat laki-laki lebih banyak menggunakan logika, penjelasan ilmiah dokter diharapkan dapat membuka pikiran suami.

2. Libatkan suami dalam pengasuhan anak

Terkadang, kita sebagai istri kurang percaya bahwa suami pun mampu membantu merawat bayi. Kalaupun suami bersedia membantu, kita sering menginterupsinya dengan terlalu banyak nasehat, kurang ini dan itu, seharusnya lebih begini dan begitu.
Akibatnya, suami jadi malas membantu karena merasa tidak kompeten. Karena itu, percayakan saja kepada suami. Jangan terlalu khawatir memandikannya kurang bersih atau menggendongnya tidak nyaman.
ADVERTISEMENT
Poinnya adalah suami memahami “repotnya” mengasuh anak dan lebih repot lagi jika anak belum mandiri tetapi sudah memiliki adik lagi.

3. Hitung bersama biaya perawatan anak

Membesarkan anak sekarang tidak murah biayanya. Mulai dari kontrol dokter kandungan, biaya persalinan, kebutuhan bayi, imunisasi dan periksa dokter jika bayi sakit, serta biaya pendidikan anak.
Tanyakan pada suami, apakah ia masih ingin memiliki sesuatu yang membutuhkan dana dengan jumlah banyak, seperti mobil atau rumah misalnya. Hitung aset yang anda berdua miliki, hitung pula jumlah pemasukan dan pengeluaran per bulan.
Dengan begitu, suami dan Anda memiliki gambaran seberapa banyak biaya yang dibutuhkan untuk menambah jumlah anak. Katakan pula pada suami jika produktivitas Anda akan berkurang jika memiliki anak, sehingga ada kemungkinan tidak dapat membantu keuangan keluarga.
ADVERTISEMENT

4. Pertimbangkan frekuensi hubungan seksual

Sudah menjadi rahasia umum jika memiliki anak akan membawa perubahan pada hubungan seksual suami dan istri. Yang biasanya seminggu tiga kali menjadi seminggu sekali atau kurang.
Jadwal berhubungan pun harus disesuaikan dengan waktu tidur bayi serta stamina ibu yang mungkin kelelahan mengurus bayi seharian. Biasanya, pihak pria yang lebih sulit untuk mengendalikan kebutuhan biologis.
Karena itu, pendekatan dari faktor ini besar kemungkinan akan membuat suami berpikir dua kali untuk tidak menggunakan alat kontrasepsi.

5. Mempertahankan sisi menarik pasangan

Berkurangnya waktu untuk merawat diri khususnya bagi istri merupakan salah satu konsekuensi memiliki anak. Suami mungkin menyadari istrinya tidak berdandan sesering dulu, atau hanya memakai make up sekenanya saja.
ADVERTISEMENT
Jogging menjadi hal yang sangat mahal, sementara senam aerobik lewat Youtube masih bisa menjadi salah satu tumpuan mengembalikan ukuran tubuh yang sudah tidak seperti sedia kala. Waktu yang tersita untuk buah hati akan kembali kok, ketika Ananda sudah mulai bisa main sendiri.
Namun, jika Anda dan suami tidak ber-KB, bersiaplah memperpanjang masa-masa tersebut. Suami pasti lebih senang jika istrinya selalu tampil cantik dan sehat bukan? Hubungan seks pun akan lebih berkualitas, lho. Siapa sih yang tidak bergairah jika melihat pasangan tampil cantik/tampan dan mempunyai fisik yang fit?

6. Kirim tautan artikel tentang perencanaan keluarga

Jika berbicara langsung masih terasa canggung bagi Anda berdua, coba cari artikel di dunia maya yang mendukung penggunaan alat kontrasepsi kemudian kirim tautannya kepada suami via media sosial. Pastikan artikelnya diambil dari sumber terpercaya, ya.
ADVERTISEMENT
Bagaimana, cukup banyak bukan tips yang bisa dicoba? Poin manapun yang anda pilih, pastikan didukung oleh situasi yang kondusif ketika membicarakannya dengan suami.
Dengarkan pula curahan hati suami, siapa tahu selama ini kita yang terlalu banyak berbicara dan menjelaskan tanpa memberi kesempatan bagi suami untuk mengungkapkan pendapatnya. Selamat berbicara dari hati ke hati!