Berbagai Masalah Penyebab Berhenti KB Ternyata Bisa Diatasi

Skata
SKATA adalah sebuah inisiatif digital yang mendukung pemerintah Indonesia dalam membangun keluarga melalui perencanaan yang lebih baik. SKATA lahir tahun 2015 melalui kerjasama antara Johns Hopkins CCP dan BKKBN.
Konten dari Pengguna
5 Januari 2021 9:15 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Skata tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Berbagai Masalah Penyebab Berhenti KB Ternyata Bisa Diatasi
zoom-in-whitePerbesar
ADVERTISEMENT
Bagi sebagian wanita, memilih alat kontrasepsi ternyata tidak semudah yang dibayangkan. Mulai dari takut membayangkan IUD dimasukkan ke rahim hingga khawatir pil KB bikin gemuk. Setelah memilih pun, banyak yang merasa efek samping KB pilihan tidak tertahankan sehingga memilih untuk putus KB (berhenti menggunakan alat kontrasepsi) saja. Padahal, masih banyak metode kontrasepsi lain yang bisa dipilih. Risiko putus KB terlalu besar, apalagi dalam kondisi pandemi yang membuat kondisi finansial keluarga (juga kondisi emosi) menjadi tidak stabil.
ADVERTISEMENT
Menurut Kepala Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional (BKKBN), dr. Hasto Wardoyo, SpOG, terjadi penurunan lebih dari saju juta layanan KB selama Januari-April 2020. Ketakutan tertular Covid-19 saat mengunjungi fasilitas kesehatan (faskes) selama pandemi pun jadi alasan. Hal ini dibenarkan oleh sejumlah penyuluh KB (PKB) di berbagai provinsi di Indonesia. Apalagi, jika ada petugas medis yang terpapar Covid-19 di faskes tujuan, mereka yang biasanya menggunakan KB suntik lah yang biasanya paling terpengaruh.
Meskipun demikian, terdapat alasan lain yang menyebabkan wanita usia subur memutuskan untuk berhenti menggunakan alat kontrasepsi, seperti yang dihadapi para PKB berikut ini:
“Akseptor implan dan suntik merasa tidak cocok dengan metode KB tersebut karena menstruasi menjadi tidak teratur. Saya sarankan untuk beralih ke KB non hormonal seperti IUD atau tubektomi.”
ADVERTISEMENT
-RR Nurfitha Indira Luhitowati, PKB Kalimantan Tengah
“Mungkin sebenarnya tidak ingin berhenti. Tapi karena masa efektif implannya habis di saat kondisi ekonomi kurang baik, akseptor menunggu layanan KB gratis.”
-Miftakhul Huda, PKB Gorontalo
“Alasan putus KB-nya macam-macam, ada yang merasa tambah gemuk, malas bolak-balik suntik ke fasilitas kesehatan, ingin punya anak lagi, atau sudah bercerai dari suami.”
-Regina Frety Veronica, S.K.M, PKB Kalimantan Barat
“Mereka yang menjelang usia 45 tahun banyak yang tidak mau suntik lagi dengan alasan sudah tidak menstruasi lagi atau sudah jarang sekali berhubungan seks. Padahal, bisa saja tidak menstruasinya karena efek samping KB suntik, bukan karena menopause.”
-Ni Luh Rina Budiarti, PKB Lombok
Menanggapi hal ini, dr.Irfan Riswan, Senior Program Officer KBPP JHCCP Indonesia, mengungkapkan bahwa sebenarnya berbagai macam penyebab putus KB berakar pada empat hal, yaitu:
ADVERTISEMENT
1. Tidak paham cara pemakaian atau pemasangannya, seperti khawatir IUD berpindah tempat.
2. Tidak paham cara kerja alat kontrasepsi tersebut, seperti kandungan hormon dalam implan yang mengganggu siklus menstruasi.
3. Efek samping, seperti pusing dan mual.
4. Kondisi kesehatan akseptor, misal memiliki darah tinggi.
Padahal, keempat hal tersebut sangat bisa diantisipasi. Caranya, antara lain dengan mengakses sumber informasi yang terpercaya, baik melalui media maupun dengan berkonsultasi pada dokter atau bidan yang menguasai dengan baik tentang seluk beluk kontrasepsi. Tenaga kesehatan (nakes) yang bisa menjelaskan dengan baik cara kerja dan cara lepas pasang alat kontrasepsi mampu membuat calon akseptor menepis kekhawatiran berlebihan jika muncul keluhan setelah pemasangan. Anda pun bisa memilih tenaga kesehatan yang sudah Anda yakini kompetensinya untuk menghindari terjadinya kesalahan saat memasang atau melepas alat kontrasepsi. Jika perlu, cari informasi terlebih dahulu maupun banyak bertanya sebelum memutuskan untuk memakai metode kontrasepsi pilihan.
ADVERTISEMENT
Di luar faktor tenaga kesehatan, Anda perlu memahami bahwa setiap metode kontrasepsi memiliki efek samping. Ada yang akan mereda seiring dengan waktu, ada pula yang bertahan. Yang pasti, hal tersebut tidak membahayakan. Namun, setiap orang memiliki batas toleransi dan kondisi tubuh yang berbeda, sehingga efek samping yang dialami seseorang bisa tidak dirasakan oleh orang lainnya. Karena itu, jika Anda merasa tak nyaman, masih ada banyak metode kontrasepsi lain yang bisa Anda pilih. Konsultasikan pada tenaga kesehatan jika Anda bingung menentukan pilihan. Jangan lupa, ambil keputusan bersama dengan pasangan karena Anda yang menjalaninya bersama.