news-card-video
Jakarta
imsak
subuh
terbit
dzuhur
ashar
maghrib
isya

Cara Membuat Anak Paham Kondisi Keuangan Orang Tua

Skata
SKATA adalah sebuah inisiatif digital yang mendukung pemerintah Indonesia dalam membangun keluarga melalui perencanaan yang lebih baik. SKATA lahir tahun 2015 melalui kerjasama antara Johns Hopkins CCP dan BKKBN.
Konten dari Pengguna
29 Maret 2021 9:46 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Skata tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Cara Membuat Anak Paham Kondisi Keuangan Orang Tua
zoom-in-whitePerbesar
ADVERTISEMENT
“Saya lagi bingung menghadapi anak semata wayang saya, Alena. Sulit menghadapi dia dan gaya hidupnya sekarang, mungkin karena teman-teman sekolahnya dari kalangan menengah ke atas. Ia sering marah ketika kami tidak bisa membelikan barang yang ia inginkan. Padahal, situasi finansial kami benar-benar tidak mumpuni. Bagaimana ya, supaya saya dan pasangan bisa membuatnya paham dan menerima kondisi keuangan kami?” (Anna, 40 tahun)
ADVERTISEMENT
Menjelaskan situasi finansial seringkali sama sulitnya dengan menjelaskan seks pada anak. Ada yang tabu membicarakannya, ada yang tidak. Rasanya, tidak nyaman kalau harus berbagi urusan finansial pada anak. Inginnya, Anda memberikan apa yang ia inginkan tanpa harus ikut berpikir beratnya mencari nafkah. Namun, yang terjadi adalah anak menjadi abai dengan kondisi Anda, merasa mudah difasilitasi keinginannya tanpa tahu perjuangannya. Akhirnya, anak merasa tidak dianggap kebutuhannya, merasa Anda hanya ingin menyusahkan dirinya karena akan dianggap ‘tidak mampu’ depan teman-temannya, dan lain sebagainya. Padahal Anda tentunya ingin memenuhi kebutuhan (walau semampunya), kan?
Menurut psikolog dan founder Keluarga Kita, Najelaa Shihab, untuk membuat anak memahami kondisi finansial orang tua tidak bisa dilakukan sepotong-sepotong dan dalam waktu singkat. “Anak perlu literasi finansial dari orang tua, dimulai sejak kecil,” ujarnya dalam webinar Parenting Teenagers Journey. Literasi finansial tersebut dapat dimulai dari pertanyaan, seperti..
ADVERTISEMENT
Apa sih guna uang?
Selain untuk alat tukar, apa saja sih gunanya uang? Kenapa kita harus memilikinya dan bagaimana kita mengelolanya? Ini adalah pengertian dasar mengenai uang yang perlu anak pahami. Pastikan anak mengerti bahwa kita membutuhkan uang untuk hidup: untuk makan, untuk membeli pakaian, untuk membeli atau mengontrak rumah, untuk biaya sekolah. Jika kebutuhan dasar tersebut telah terpenuhi, uang bisa digunakan untuk kebutuhan lain seperti jalan-jalan saat weekend, membeli barang sesuai hobi, maupun travelling.
Bagaimana cara membuat anggaran?
Untuk melengkapi kebutuhan tersebut, tentu Anda perlu membuat anggaran yaitu anggaran utama dan anggaran ekstra. Selain itu, Anda pun perlu memiliki pos ekstra untuk tabungan dan dana darurat. Jelaskan pula pos uang jajan untuk anak dan berapa jumlah idealnya untuk usia mereka. Tentunya, karena hal ini tidak bisa dilakukan secara instan, Anda perlu perlahan menjelaskan.
ADVERTISEMENT
Cara menjelaskan kondisi finansial keluarga pada anak
Pertama, lakukan komunikasi terbuka bersama. Jelaskan pendapatan dan pengeluaran yang Anda lakukan tiap bulannya dan sisa pendapatan yang bisa digunakan untuk kebutuhan tambahan. Dengan melakukan komunikasi secara terbuka, diharapkan anak bisa memiliki pemahaman yang baik tentang kondisi finansial Anda sekaligus berempati dengan keadaan tersebut.
Kedua, bersikap objektif akan keinginan anak. Seringkali, kita merasa lebih paham kebutuhan anak sehingga dengan mudah mengatakan tidak pada apa yang mereka inginkan. Misal, anak ingin menonton konser idolanya. Karena harganya mahal, Anda langsung menolak tanpa berpikir panjang. “Sayang uangnya, kak. Cuma nonton dua jam, setelah itu sudah. Kayaknya, bisa nonton via YouTube live aja, ya?” Padahal, mungkin bagi anak ada kepuasan tersendiri jika menonton bersama teman. Alih-alih langsung berkata tidak, coba ajak berdiskusi bagaimana cara mendapatkan uang untuk menonton konser? Dengan jualan kue buatannya, misalnya. Atau, mengerjakan tugas rumah senilai rupiah yang disepakati.
ADVERTISEMENT
Ketiga, biarkan anak menentukan pilihannya. Yang sering terjadi, anak merasa marah karena merasa Anda mengintervensi keinginannya. Sehingga, yang ia lihat bukan lagi Anda yang tak mampu membiayai, tapi Anda yang tak mengerti apa kebutuhannya. Karenanya, biarkan anak memiliki pilihan dan bertanggung jawab pada pilihannya. Katakanlah, anak ingin tas merk yang cukup mahal lalu Anda mampu membelikan, atau ia sanggup membeli dengan uang tabungannya. Biarkan ia membeli, dan merasakan sendiri keputusan finansial yang dipilih. Apakah ia akan menyesal, atau justru menghargai. Terkadang, cara seperti ini lebih efektif untuk anak ketimbang nasehat panjang dari Anda.
Cara anak menghargai uang, tergantung dari pembiasaan Anda mendidik mereka untuk memahami cara mendapatkan uang dan mengelolanya dengan bijak. Kebanyakan orang tua hanya ingin menghilangkan perilaku konsumtif anak tanpa melihat bahwa hal tersebut hanyalah satu bagian dari pendidikan keuangan. Saat ia paham bahwa mencari uang itu tidak mudah dan ada banyak kebutuhan lain yang harus dipenuhi, harapannya mereka pun akan lebih realistis dengan keinginannya.
ADVERTISEMENT