Cermati Label Makanan Cegah Anak Terkena Penyakit Saat Besar Nanti

Skata
SKATA adalah sebuah inisiatif digital yang mendukung pemerintah Indonesia dalam membangun keluarga melalui perencanaan yang lebih baik. SKATA lahir tahun 2015 melalui kerjasama antara Johns Hopkins CCP dan BKKBN.
Konten dari Pengguna
28 Desember 2021 8:17 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Skata tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Cermati Label Makanan Cegah Anak Terkena Penyakit Saat Besar Nanti
zoom-in-whitePerbesar
ADVERTISEMENT
Siapa yang kalau beli makanan dan minuman di minimarket langsung cemplung ke keranjang tanpa baca label pada kemasan? Ya, kita tidak sendiri. Padahal, label makanan memberikan informasi penting tentang apa yang kelak masuk dalam perut kita, efek jangka panjangnya pada tubuh kita -juga anak-, sehingga kita bisa membuat pilihan yang lebih sehat. Bagaimanapun juga, ibu adalah penentu gizi keluarga. Jangan sampai, gara-gara tidak bisa baca label makanan, anak dan suami terkena penyakit degeneratif seperti obesitas, hipertensi, bahkan kanker.
ADVERTISEMENT
Memang, apa saja yang perlu dicermati saat membaca label pada kemasan makanan?
Ada dua jenis informasi yang bisa kita peroleh pada kemasan makanan dan minuman, yaitu informasi nilai gizi dan komposisi. Informasi nilai gizi (nutrition facts) biasanya tercantum dalam bentuk tabel yang mencantumkan jumlah sajian per kemasan, jumlah kalori, serta kandungan nutrisi.
Sementara itu, komposisi atau ingredients membuat kita tahu apa saja bahan yang terkandung dalam produk tersebut. Hal ini sangat membantu mereka yang alergi maupun punya intoleransi pada bahan makanan tertentu, seperti susu dan kacang, misalnya.
Kalau tak punya alergi, adakah yang perlu diperhatikan?
Tentu saja ada. Apalagi, sekarang banyak produk makanan dan minuman yang “katanya sehat” namun isinya ternyata tak lebih dari “pe”: pemanis, perasa, pengawet, dan penyedap. Dan, makanan kemasan yang biasanya produk ultra proses tentu tak lepas dari zat aditif atau bahan-bahan tambahan tersebut.
ADVERTISEMENT
Karena itu, saat melihat komposisi pada label makanan, cermati ada tidaknya:
1. High-fructose corn syrup atau sirup jagung tinggi fruktosa
High-fructose corn syrup adalah salah satu jenis pemanis yang terbuat dari jagung, kaya akan gula sederhana bernama fruktosa. Pemanis ini sering ditemukan dalam makanan ringan, permen, minuman bersoda, atau jus dalam kemasan. Jika dikonsumsi dalam jumlah banyak dapat menyebabkan kenaikan berat badan hingga diabetes.
Beberapa penelitian juga menunjukkan bahwa fruktosa dapat memicu peradangan pada sel, yang kelak menyebabkan kanker, penyakit jantung, dan diabetes. Sirup jagung ini membuat makanan tinggi kalori tapi nol gizi, jadi sebaiknya dihindari.
Selain sirup jagung tinggi fruktosa, kita juga perlu mencermati adanya pemanis buatan seperti sakarin, aspartam, sukralosa, neotam, dan asesulfam-K. Meskipun BPOM menyatakan aman dikonsumsi dalam batas tertentu, kita tetap perlu berhati-hati mengingat terlalu sering mengonsumsi makanan dan minuman manis membuat kita tak bisa lepas darinya. Tentu ini berbahaya untuk kesehatan jangka panjang.
ADVERTISEMENT
2. Natrium
Natrium sebenarnya terkandung dalam garam dapur, namun pada makanan kemasan dapat ditemui juga pada MSG (monosodium glutamat) dan soda kue. Fungsinya antara lain sebagai pengawet hingga memperbaiki tekstur. Sayangnya, makanan dan minuman kemasan biasanya tinggi natrium (lebih dari 300 mg per sajian), seperti mi instan, saus tomat/sambal, mayones, daging olahan (nugget, sosis, dan sejenisnya), dan minuman kemasan. Kelebihan natrium dalam tubuh dapat menyebabkan hipertensi, yang kelak memicu terjadinya serangan jantung hingga stroke.
3. Trans fat (lemak trans)
Penggemar biskuit wajib waspada karena lemak trans banyak digunakan dalam biskuit, produk sejenis kue (yang biasanya dipanggang), maupun margarin. Sederhananya, lemak trans merupakan lemak yang didalamnya ditambahkan hidrogen agar produk lebih awet dan teksturnya lebih pas. Penelitian menunjukkan, makin banyak konsumsi lemak trans, makin berisiko pula kita terkena penyakit jantung maupun diabetes tipe 2.
ADVERTISEMENT
Jadi, enggak boleh makan makanan dan minuman kemasan?
Semua kembali ke pilihan masing-masing. Bagi orang tua, perhatikan apa yang akan diberikan ke anak karena preferensi alias makanan pilihan anak dibentuk sejak ia masih kecil. Yang jelas, selalu ada pilihan yang lebih sehat. Indonesia kaya akan bahan pangan. Menjadi konsumen cerdas akan menyelamatkan anggota keluarga dari “panen penyakit” di masa depan.
Artikel ini telah ditinjau secara medis oleh dr.Sabrina Anggraini
Photo created by freepik - www.freepik.com